24. Harry?

597 46 3
                                    

"Sial, kenapa harus hujan?"

Mendengar umpatan yang sangat terdengar keluar dari mulut Zayn, membuat Zoe terkekeh karena melihat pria dengan gaya yang sangar, bisa mengumpat karena hujan.

"Kau menertawai ku?" tanya Zayn sedikit kesal.

"Tidak, untuk apa aku menertawai mu? Aku menertawai Olivia. Lihat, dia sangat lucu ketika tidur."

Zayn hanya mendengus kesal mendengar perkataan Zoe. Zayn bukanlah orang bodoh yang semudah itu percaya kepada ucapan seseorang.

Dia tahu, saat ini Zoe menertawainya. Tapi apa boleh buat? Tidak mungkin mereka saling melempar bantal, yang akhirnya mengenai Olivia, lalu ia terbangun dan mengamuk.

"Ceritakan tentang dirimu Zoe."

"Apa yang harus ku ceritakan? Tidak ada hal yang spesial dalam hidupku yang harus diceritakan, tuan Malik."

"Apa saja, aku ingin mendengarnya," keukeh Zayn, sambil tersenyum kearah Zoe dan berhasil membuat Zoe gugup.

Zoe membernarkan cara duduknya, sebelum memulai pembicaraan yang sangat ingin Zayn dengar saat ini. Begitulah Zayn, orang yang sangat penasaran.

"Aku hanya gadis yang hidup sebatang kara dan bekerja di sebuah kafe, lalu aku di pecat, sampai mantan pacarku atau lebih tepatnya bos ku menawarkan ku pekerjaan dan akhirnya aku bekerja di perusahaannya."

Zoe mengembuskan napas sebelum akhirnya berbicara lagi.

"Selain itu juga aku kuliah, namun apa boleh buat, sekarang aku menjadi buronan para penjahat. Hidupku memang mengenaskan, Zayn."

"Mengenaskan? Siapa bilang? Setelah mendengar ceritamu, aku semakin yakin kau adalah wanita yang mandiri," ujar Zayn.

"Aku tahu kau hanya ingin membuatku tersenyum, terima kasih akan hal itu."

Zayn mendengus, "aku bersungguh-sungguh. Kata orang tuaku, dan saudaraku, aku adalah orang yang sangat sulit untuk berbohong. Kau bisa lihat sekarang di mataku."

Zayn menghadapkan wajah Zoe didepan wajahnya. Mata mereka saling bertemu dan saling memandang keindahan untuk beberapa saat.

Sampai akhirnya, Zoe memutuskan tatapan mereka, dan membuang arah pandangannya kearah vas bunga yang berada di dekat televisi.

"Eh, hm, oh iya Zoe, siapa nama mantan kekasih mu itu? Maksudku bos mu itu?"

"Kenapa kau ingin tahu? Apa kau mulai tertarik padanya, Zayn?" tanya Zoe sambil terkekeh.

Zayn menggeleng keras, "tidak. Aku masih normal, dan ayolah, aku hanya ingin tahu siapa yang pernah mengisi hati seorang Zoe McAvoy."

"Baiklah, namanya Harry Styles."

"Siapa? Harry?"

Zoe mendengus kesal, "Harry Styles."

Seketika memori tentang sesuatu berputar di otak Zayn saat ini.

"Aku menyukai Nathalie Zayn, tapi kau menyukainya."

"Kau tahu, persahabatan lebih penting dari apapun. Toh, kita juga masih berada di sekolah dasar, dan aku tidak benar-benar menyukainya."

Seorang anak berambut ikal, memeluk sahabatnya yang tepat berada di samping kanannya.

"Kau sahabat terbaik."










"Zayn, kau baik-baik saja?" tanya Zoe yang mulai khawatir, karena melihat Zayn yang seketika diam.

Zayn mengangguk, "bisa aku minta nomor telepon atau apapun yang menyangkut tentang Harry Styles?"

-

"Secepat ini?"

Luke mengangguk, sambil menepuk pundak Harry sahabatnya. Luke memeluk Harry dengan erat, begitu juga dengan Harry yang tak kalah erat.

"Kau akan menjadi pria dewasa."

"Tentu saja, dengan cara itu juga, aku bisa mengencani gadis-gadis cantik yang ada di sana nantinya."

Harry terkekeh dan menepuk bahu sahabatnya itu dengan kencang. Bagaimana tidak, Luke saja sampai meringis kesakitan mendapat tepukan bahu dari Harry.

"Kau akan menjadi ahli waris, masih saja berpikir layaknya bajingan."

"Hanya bergurau, tapi tidak ada salahnya kan?" tanya Luke sedikit serius.

Harry menggeleng pasrah dan mengambil sesuatu yang ada di saku celananya. Ia mengambil sebuah kartu nama dan memberikannya kepada Luke.

"Apa ini?" tanya Luke bingung.

"Aku tahu kau dan ayahmu sempat berdebat tentang masa depanmu Luke. Hubungi, atau datangi alamat ini sesampainya kau di Australia."

Luke membaca kartu nama tersebut, dan mengangguk semangat. Harry memang sangat mengenal apa yang Luke sukai.

"Mungkin semua orang akan mendoakan mu sebagai pewaris usaha ayahmu, tapi aku akan mendoakan mu semoga kau sukses menjadi musisi seperti yang kau inginkan."

Luke kembali memeluk Harry dengan erat, "terima kasih, Harry."

"Lepaskan, bodoh!"

Luke melepaskan pelukan eratnya dari Harry. Ia tersenyum menatap wajah sahabatnya itu. Walaupun sempat ada persaingan antara mereka, sahabat tetaplah sahabat.

"Oh iya, untuk masalah Zoe, aku belum mendengar kabar bahwa Zoe berada di tangan Niall. Maka dari itu, aku memberimu mata-mata yang akan membantu mata-mata mu mengawasi Niall dan Jeslyn."

Harry mengangguk, "terima kasih."

Disisi lain, Niall yang sedang berada di sebuah base camp dimana hanya ada mata-matanya, dia, dan juga kekasihnya Jeslyn.

"Lalu bagaimana?" tanya Jeslyn yang sedikit frustasi.

"Kita harus segera menemukan Zoe dengan cepat. Jika tidak, Harry akan semakin curiga dan misi kita akan gagal."

-

Apa sih ini?
Gak jelas, pendek lagi, maaf ya.

Aku harap kalian suka sama cerita yang makin hari makin gak jelas ini. Astaga!

Tapi aku ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya buat kalian yang udah baca atau sekedar mampir, sekali lagi terima kasih.

Maaf belum bisa kasih yang terbaik, tapi akan selalu berusaha.

Sekali lagi terima kasih

Love 🥀🌷🏵️

Half A Heart [Harbara] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang