25. pray for good things

465 32 5
                                    

"Lalu aku harus bagaimana, Niall? Kenapa kau selalu menyalahkan ku atas hilangnya Zoe?!"

Jeslyn, gadis itu berteriak frustasi didepan kekasihnya yang saat ini sedang menjadi partner in crime nya. Sudah lebih dari tiga puluh menit yang lalu Niall terus mengumpat karena tidak menemukan keberadaan Zoe.

Semua anak buahnya sudah ia kerahkan untuk mencari gadis itu, namun belum juga ada petunjuk keberadaan Zoe. Sempat tersirat pemikiran bahwa anak buahnya hanya duduk santai di taman, dan memakan gaji buta.

"Sudahlah Jeslyn, jangan berteriak seperti itu. Kau hanya membuatku bertambah pening mendengarnya."

"Kau bilang aku membuat mu pening karena kalimat yang aku ucapkan? Bagus, Niall, kau yang menyalahkanku, dan sekarang kau yang pening."

"Bisa kau diam?" tanya Niall, geram. Ingin sekali saat ini Niall menghancurkan barang-barang yang ada di sekitarnya, namun ia masih memiliki akal untuk tidak memecahkan barang mahal.

Jeslyn yang tadinya berdiri, sekarang duduk di sofa seberang Niall. Mereka diam dalam pemikiran mereka masing-masing. Tidak ada yang membuka percakapan, kecuali dengan Niall yang berdiri membuat Jeslyn membuka suaranya.

"Kau ingin kemana?"

"Airport. Aku akan kembali ke London untuk mengurus Harry. Kau tetap disini."

Niall yang hendak pergi, segera ditahan Jeslyn yang sudah berdiri. Ia membalikan badan Niall, dan memeluk Niall dengan erat.

"Maaf aku sudah membentak dirimu, Niall. Sungguh, aku merasa tidak terima kau memarahi ku tadi."

Niall mengembuskan napasnya, "ya, aku juga. Ya sudah, aku pergi. Jaga dirimu baik-baik. Jangan lupa, jika sudah ada tanda-tanda keberadaan Zoe, beri tahu aku dengan segera."

"Tentu. Hati-hati di jalan," ujar Jeslyn.

--

"Bisa dipercepat?" tanya Harry, dengan nada tinggi. Ia sangat tidak sabar untuk segera menemukan Zoe yang sudah menghilang berhari-hari tanpa ada kejelasan.

Ia sudah mengetahui bahwa Niall, sahabatnya lah yang menculik Zoe. Tapi Harry harus menunggu yang tepat untuk menangkap Niall, Jeslyn, dan para komplotannya.

"Belum bisa, tuan. Yang kami dengar dari mata-mata yang berada di sekitar sana, nona Zoe menghilang dan Niall pun tidak tahu dimana keberadaan Zoe."

"Menghilang?" tanya Harry, terkejut.

"Iya, tuan. Nona Zoe kabur saat berada disana, dan sampai sekarang belum ada kejelasan."

"Dimana lokasinya?"

"New Jersey, tuan."

Harry berdecak, "segera siapkan keperluan ku untuk kesana. Jangan sampai Niall, dan yang lainnya tahu. Apalagi mom."

"Baik, tuan. Saya permisi."

Anak buah Harry itu, segera keluar dari ruangan kerja Harry untuk mengerjakan tugas yang Harry berikan. Harry yang merasa sedikit pusing, duduk di sofa ruangannya dengan memijat pelipisnya.

Banyak sekali yang ia pikirkan, terutama adalah kepergian Zoe yang notabenenya masih karyawan perusahaan Harry yang sudah menghilang beberapa hari tanpa penjelasan.

Jika menanyakan bagaimana perasaannya dengan Zoe? Ia sudah ikhlas, melepaskan Zoe untuk bahagia tapi dia tidak bisa membiarkan Zoe diluar sana dengan kondisi yang tidak aman.

Bagaimanapun juga, Zoe adalah karyawan kantornya dan seseorang yang pernah ada di hidupnya. Sudah sejak lama Harry ingin berbicara kepada Niall, tapi ia masih menunggu waktu yang pas, dimana Niall dan Jeslyn sudah tidak berdaya lagi. Entah kapan waktunya.

--

"Kami berpisah karena keputusan ku, dan aku tidak akan memberitahukan kepadamu apa alasan ku berpisah dengannya."

Zayn hanya tersenyum mendengar penjelasan yang keluar dari mulut Zoe. Melihat senyuman tipis yang Zayn lakukan, membuat Zoe bingung apa yang ia pikirkan?

"Zayn, kau baik-baik saja kan? Kenapa kau melamun seperti itu?"

"Tak apa, Zoe. Kurasa aku mengantuk, aku akan ke kamar ku dulu untuk tidur sebentar."

Zoe mengangguk, "ya, selamat tidur!"

Zayn pergi dari hadapannya dan berjalan menuju kamarnya yang berada di rumah Olivia itu. Ada rasa bersalah dan rasa bingung dalam diri Zoe.

Ia merasa bersalah, mungkin Zayn merindukan Harry dan akhirnya menjadi diam dan ingin menyendiri terlebih dahulu. Dengan segera ia melupakan rasa itu sementara, ia akan meminta maaf kepada Zayn nanti. Itu pasti.

Bingung harus berbuat apa, Zoe segera pergi ke dapur untuk mengambil segelas air dan membawanya kembali ke ruang tv. Ia melihat tayangan telivisi sambil berusaha melupakan hal-hal yang terjadi dan yang membuatnya bingung.

Ting!

Satu notifikasi pesan masuk, terdengar dari ponsel yang ada di meja ruang tv rumah Olivia. Zoe yang mendengar pun mengambil ponsel itu dan melihat pesan dari seseorang.

"Niall? Apakah Niall yang ada disini sama dengan Niall yang menculik ku?" tanya Zoe berbisik pada dirinya sendiri.

Membaca sedikit pesan yang dikirimkan oleh pemilik nama Niall, ia sedikit terkejut dengan isi pesan yang dikirimkan.

Niall : bagus, jangan sampai dia lepas.

Membaca pesan di layar notifikasi, seketika jantung Zoe berdegup kencang karena takut. Sesegera mungkin, Zoe meletakkan kembali ponsel Zayn di tempatnya tadi dan berusaha melupakan yang terjadi.

Aku harus berhati-hati, dan mencoba untuk pergi dari sini sesegera mungkin. Tempat ini, lingkungan ini, sudah tidak aman untukku. Ku mohon Tuhan agar masalah ini berlalu dengan cepat.

-

Oh my God!!!!

Maaf teman-teman, aku tidak update lama banget. I have so many reasons. Aku benar-benar minta maaf.

Oh iya, sekalian celebration karena cerita yang aneh ini udah 11k readers. Makasih semua yang udah sempetin waktu buat baca, dan para siders yang mungkin masih ada, aku juga berterima kasih sama kalian. Dengan kalian baca cerita gak jelas ini aja, aku udah seneng banget. Makasih semuanya, God bless you all! ♥️♥️♥️♥️

(Mungkin aku akan double update)

Half A Heart [Harbara] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang