Happy reading!
✨✨✨
Ada tugas kelompok yang diberikan oleh Bu Dhea, guru biologi mereka, makalah yang harus dikerjakan oleh 2 orang. Satu bangku, itulah yang membuat Nadira pulang bersama Kean. Akan ribet rasanya jika memilih rumah Kean lah yang dijadikan tempat kerja kelompok. Nadira tidak tahu dimana alamat rumah Kean, begitupun sebaliknya. Mereka memilih rumah Nadira saja.
Kean tidak mau jika nantinya dia akan tersesat. Mungkin itu hanya alasan. Nadira sudah menawarkan akan share loc rumahnya. Nadira sudah memberitahu Mamanya jika dia akan pulang bersama Kean. Untung saja Rio membawa 1 helm cadangan di jok motornya. Kean meminjamnya untuk Nadira.
"Cieee Kean ciee." Rio menggoda Kean. Sudah lama dia tidak melakukannya karena tidak menemukan alasan untuk menggoda sahabatnya itu.
"Ciecieee." Entah angin dari mana, Reyhan yang biasanya tidak berkomentar kini ikut menggoda Kean.
Kean hanya memasang wajah malas kepada sahabat-sahabatnya itu. Lain jika pada Nadira, Kean tersenyum, "Yaudah yuk, naik gih." Nadira naik ke motor Kean dan melaju meninggalkan area sekolah.
"Mau makan dulu ga?" ucap Kean yang dia sendiri tidak yakin Nadira mendengarnya karena mereka sedang berada di jalan yang sangat ramai.
"Mauuu," ucap Nadira agak keras supaya Kean bisa mendengarnya.
"Dimanaaa." Kali ini Kean mengucapkannya sedikit lebih keras daripada yang tadi.
"Di warung bakso depan itu." Mereka berhenti di depan warung bakso yang ditunjuk Nadira tadi. Itu adalah warung bakso favorit Nadira.
"Mang, yang kek biasanya ya," ucap Nadira lalu menoleh pada Kean dan bertanya, "Lo? Mau yang kek gimana?"
"Samain sama kek punya lo." Kean hanya mengikuti pesanan Nadira meskipun tidak tahu bagaimana bakso yang biasa dipesan Nadira.
"Dua ya, Mang." Mang Adi membentuk jaringan menjadi seperti tanda OK.
"Sok atuh dimakan." Mang Adi meletakkan nampan di atas meja Kean dan Nadira. Mengambil mangkok berisikan seporsi bakso dan es jeruk lalu meletakkan tepat di depan mereka.
"Makasih Mang."
"Mang kesana dulu ya. Ada yang manggil." Kean dan Nadira mengangguk.
Dua mangkuk bakso sudah ada di depan mereka. Sepi sekali bakso itu. Tidak ada mie, bihun, sayur kol, sawi, seledri ataupun sejenisnya. Hanya ada bakso, kuah, dan bawang goreng. Dua gelas es jeruk pun sudah ada di meja mereka.
Nadira mulai mengambil sendok dan garpu kemudian memakan baksonya. Tidak menambah apapun lagi.
"Kenapa ga dimakan?" tanya Nadira saat melihat Kean hanya memandangi dan belum memakan bakso di depannya.
"Gapapa. Lo emang ga nambahin apa-apa? Emang enak ya?" tanya Kean penasaran.
"Emang si saus, kecap, sambel, cuka dan kawan-kawannya itu pelengkap. Tapi ga ada yang bisa pastiin kan bakso itu jadi lebih enak? Bisa juga malah jadi ga enak. Ga ada pelengkapnya namanya juga masih bakso kan? Lagian gue suka yang kek gini," jelas Nadira.
"Terus kenapa ga ada sayurnya?" Kean masih saja bertanya.
"Gue ga terlalu suka sayur. Kalo lo suka harusnya lo pesen yang bakso lengkap tadi. Ga kek gue."
"Kenapa ga suka sayur? Sayur enak lho padahal. Sehat lagi."
"Enak itu relatif. Enak menurut lo bukan berarti enak menurut gue. Gitu juga sebaliknya. Lo ga bisa maksain orang buat suka apa yang lo suka. Kalo lo ga suka, lo bisa pesen lagi."
"Gue juga mau nyobain kek lo. Enak apa engga."
"Hmm. Makanlah. Cobain." Nadira melanjutkan acara makannya yang sempat tertunda. Memakannya dan meminum es jeruknya hingga tandas.
Kean mencoba bakso itu. Jujur, ini pertama kalinya Kean memakan bakso yang seperti ini. "Ternyata enak juga," gumam Kean.
Mereka selesai makan kemudian membayar. Tanpa disadari, ternyata hari sudah sore. Kean mengantar Nadira pulang. Mereka tidak terjadi kerja kelompok hari ini. Digantikan dengan besok.
"Makasih ya, Yan." Nadira turun dari motor Kean kemudian melepas dan memberikan helm yang dipinjam dari Rio.
"Iyaa. Sana masuk gih. Udah sore. Gue balik duluan," pamit Kean.
Tak pernah Nadira duga, Kean menjemputnya pagi ini. Kean tidak memberitahu sebelumnya. Mereka berbincang lewat WhatsApp tadi malam, membicarakan tugas kelompok yang sempat tertunda. Deadline tugas itu masih 2 hari lagi. Nadira sudah menawarkan untuk mengerjakan tugas itu sendiri. Akan tetapi Kean menolak.
Nadira sudah berada di luar rumah dan memakai sebelah sepatunya.
"Nad, ayo berangkat bareng." Kean turun dari motornya. Kali ini dia membawa 2 helm. Helm milik Rio yang kemarin sudah dia kembalikan tadi malam saat Rio mengunjungi rumahnya.
Mama Nadira keluar, membuat Kean sedikit terkejut. "Eh tante. Boleh kan Tan? Nadira bareng sama Kean?"
"Boleh kok. Udah sana berangkat. Nanti telat." Nadira menyalami tangan Mamanya. Kean juga melakukan hal yang sama.
"Berangkat dulu ya, Ma," ucap Nadira.
"Hati-hati."
"Tumben jemput," ucap Nadira saat mereka sudah keluar area komplek.
"Jadi pengen sering dijemputnya? Oke besok gue jemput lagi deh," balas Kean sedikit jahil. Menggoda Nadira adalah suatu kesenangan baginya.
"Ih bukan gitu." Nadira mencubit pelan perut Kean yang membuat si empu semakin terkekeh.
"Lah terus?"
"Ya ga biasa aja lo jemput gue," ujar Nadira.
"Sama aja tuh."
"Beda ih." Cukup. Nadira kesal dengan cowok yang memboncengnya ini. Sekolah sudah terlihat. Sebentar lagi mereka akan sampai. Beruntung, gerbang belum ditutup.
"Nanti kerja kelompoknya malem aja ya," kata Kean.
"Kenapa emang?"
"Nanti kalo sore lagi ga jadi malah keburu maghrib. Mending malem aja sekalian."
"Oke deh."
Bukan itu alasan Kean, dia akan melakukan hal yang ingin sekali dia lakukan sore ini, menyatakan perasaannya pada cewek itu. Siapa pun itu silakan ditebak, yang jelas itu bukan Nadira.
✨✨✨
To be continue
Terima kasih sudah membaca
See you
--temanrlmu--
KAMU SEDANG MEMBACA
Keanadira [ Selesai ]
Teen FictionSeandainya Kean tak tergesa-gesa. Seandainya Kean memilih satu orang saja. Seandainya Kean menyadari lebih cepat perasaannya. Tapi nyatanya, semua tak berjalan seperti seandainya. Seharusnya Nadira bersikap biasa saja. Seharusnya Nadira memilih oran...