✨4✨

70 29 4
                                    

Happy reading!

✨✨✨

Belum sempat dan mungkin sekarang adalah saat yang tepat. Kean akan mengajak Nadira berkenalan. Akan sangat aneh rasanya jika duduk bersama yang mungkin untuk satu tahun ajaran tetapi tidak saling mengenal.

"Hai, kenalin, Kean. Nama lo?" Kean mengulurkan tangannya di depan Nadira.

"Hai juga. Nadira." Nadira membalas uluran tangan Kean.

"Gue panggil Nad aja ya biar singkat," ujar Kean. Ada alasan lain mengapa dia mengatakan kalimat itu.

"Iya boleh." Nadira tersenyum tipis.

Dia manis juga ternyata, batin Kean.

"Mau ke kantin ga? Kalo mau ayo sekalian sama gue."

"Gausah deh makasih. Ga laper."

"Iya deh ga laper. Ga haus emang?" Nadira mengeluarkan botol minum dari dalam tasnya. Kean mengetahui apa yang dimaksudkan Nadira. Rio dan Kean pergi ke kantin.

"Kuyla bagi peran dramanya."

"Kuy!"

"Jadi kita bikin kek undian gitu ya biar adil. Nanti gue yang bikin deh. Nanti yang kalian ambil itu yang bakal kalian peranin. Nah berhubung ga semuanya main, biar semuanya ikut nanti ada bagian lain-lain, oke?" Semua menyetujui ucapan Adel. Adel langsung membuat undian dan kemudian menyuruh mereka mengambilnya.

Sekarang semua sudah mengambil undian itu. Bukan semua, Rio dan Kean belum. Mereka menunggu agar dapat membuka undian itu bersama-sama.Tak lama, Rio dan Kean masuk ke kelas.

"Udah cepet ambil ni. Udah ditunggu tau!" ucap Adel sedikit kesal lantaran cukup lama menunggu dua orang itu.

"Iya-iya. Maap deh," balas Rio. Rio dan Kean langsung mengambil undian yang disodorkan Adel.

"Sip. Udah semua. Sekarang kita buka bareng-bareng oke? Satu dua tiga. Buka!" Mereka membukanya. Ada yang senang dan ada yang cukup kesal. Yang cukup kesal itu, Rio. Bagaimana tidak? Dia mendapatkan peran sebagai kurcaci.

"Apaan woy ya kali gue jadi kurcaci," protes Rio setelah membaca tulisan di kertas kecil itu.

"Udahlah terima aja. Pantes kok," ucap Kean diakhiri oleh tawa yang diikuti semua murid di kelas itu. Kean memang senang sekali melihat ekspresi lucu Rio saat ini. Sudah lama dia tidak melihatnya.

"Sini biar gue tulis nama sama peran kalian." Mereka bergantian menyerahkan undian tadi. Adel pun menuliskannya di buku. Adel mengambil gambar bukunya dan mengirimnya ke grup chat kelas.

Nadira terkejut, Kean lah yang akan menjadi lawan mainnya. Nadira berperan sebagai Putri Salju sedangkan Kean sebagai pangerannya.

"Oiya, kita mulai latihannya kapan?"

"Minggu depan aja deh."

"Sekarang!" seru Rio.

"Gila!" Reflek, Adel membalas ucapan spontan Rio. Rio gila!

"Oke minggu depan!" seru Rio lagi.

Hari-hari berlalu, mereka latihan drama setiap Sabtu dan Minggu. Sekarang sudah satu minggu lebih Nadira menjadi siswa kelas 11.

"Lo gapapa? Sini gue bantuin," tanya Kean.

"Gapapa cuma lecet dikit ssshh," ucap Nadira sambil sedikit merintih karena lututnya yang lecet. Nadira terjatuh saat ingin mengambil bola yang mereka gunakan untuk bermain basket di jam pelajaran ini.

"Ayo ke UKS, gue anterin. Ga nerima penolakan."

Kean membantu Nadira berdiri kemudian membopongnya ke UKS. Sesampainya di UKS, Kean mengambil kotak P3K dan langsung mengobati luka Nadira. Nadira sesekali merintih saat kapas yang sudah diberi alkohol itu menyentuh lukanya.

"Ga usah ikut pelajaran deh. Lo mau gue anterin pulang? Nanti gue izinin sama guru BK."

"Ga usah deh. Ngerepotin. Telponin mama gue aja." Kean menyerahkan handphone-nya ke Nadira yang langsung diterima. Nadira mengetikkan nomor sang ibu dan langsung diangkat.

"Makasih ya." Kean mengangguk.

"Gue ambilin tas lo dulu ya. Tunggu disini sampe Mama lo dateng." Nadira hanya diam dan Kean langsung mengambil tas milik Nadira di kelas. Setelah sampai dia terkejut karena sudah ada wanita yang diduga adalah Mama Nadira.

"Nak Kean, makasih ya."

"Sama-sama, tante."

Keesokan harinya Nadira berangkat sekolah. Mamanya sudah melarang tetapi Nadira tetap ingin berangkat sekolah. Alasannya, ada kuis matematika hari ini. Nadira tidak ingin melewatkan kuis pertamanya di kelas 11 ini.

"Nad, udah sarapan?" tanya Kean.

"Belum," jawab Nadira.

"Mau ke kantin? Gue temenin."

"Ga usah. Lagian gue ga laper kok." Nadira berbohong. Nadira lapar. Perutnya sudah berbunyi sedari tadi. Dan malah berbunyi lagi saat ini.

"Laper tuh. Gue beliin deh ya. Lo tunggu sini."

Kean mengusap pelan kepala Nadira membuat Nadira ingin melayang saat ini juga. Kean manis sekali. Kean berjalan keluar dan menghilang di balik pintu. Tak lama, Kean kembali membawa nasi goreng dan susu coklat hangat yang merupakan kesukaan Nadira.

"Dimakan ya. Capek-capek loh gue belinya."

"Iyaa. Makasih ya Kean." Kean tersenyum. Dirinya terus saja memandangi Nadira yang tengah memakan nasi gorengnya.

"Jangan liatin terus dong. Malu," ucap Nadira sambil menoleh menatap Kean. Kean terkekeh mendengar ucapan itu.

"Abisnya lo manis si, Nad. Sayang kalo ga diliatin." Blush. Jangan melihat pipi Nadira sekarang! Nadira akan malu sekali jika Kean melihat pipinya saat ini, memerah dan memanas.

"Udah ih."

"Iya-iya," pasrah Kean. Setelahnya, cowok itu mengambil handphone di sakunya dan men-scroll beranda instagram.

Nadira telah selesai menghabiskan yang dibelikan Kean untuknya tadi. "Kenyang," gumam Nadira.

"Siniin, biar gue balikin ke kantin."

"Ga usah, biar gue aja."

"Kaki lo masih sakit, Nad."

Nadira mengalah. Nadira tidak menyukai keadaan ini. Keadaan yang mengharuskannya untuk terus merepotkan Kean. Nadira tidak ingin, tetapi tidak bisa juga melakukan yang lain.

"Makasih." Hanya itu yang bisa Nadira berikan. Ya, sekedar ucapan terima kasih.

Semakin hari Nadira dan Kean semakin dekat. Kean sering memberi perhatian pada Nadira. Untuk menyukai Nadira, mungkin belum. Kean masih menyukai seorang perempuan yang sudah lama dia kenal. Kean ingin menjadikan dia pacar tetapi belum sempat. Dan sebentar lagi, Kean akan melakukannya.

✨✨✨

To be continue

Terima kasih sudah membaca

See you

--temanrlmu--

Keanadira [ Selesai ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang