Happy reading!
✨✨✨
Nadira berangkat pagi hari ini. Nadira melepaskan dan meletakkan tasnya. Membukanya kemudian mengambil novel yang belum sempat dibacanya sampai selesai.
Seperti biasa, setiap pagi Adel menyapa Nadira. "Pagi, Ra."
"Pagi juga, Del."
Kean dan Rio datang seperti biasa saat bel hampir berbunyi. Kean langsung duduk di bangkunya. Tentang kejadian kemarin, tentunya masih terngiang. Kean salah dan Kean tahu hal itu.
"Nad," panggil Kean. Nadira hanya diam. Nadira masih kesal dengan Kean.
"Del, boleh tukeran ga tempat duduknya?" Adel mengangguk. Nadira tidak seperti biasanya. Mungkin Nadira sedang ada masalah dengan Kean, pikirnya. Nadira mengambil tasnya dan beralih ke bangku Adel. Dia duduk bersama Rio.
Bel tanda masuk jam pertama sudah berbunyi. Guru yang mengajar kelas itu pun sudah masuk. Pelajaran dimulai dan Kean masih saja memikirkan cara agar Nadira memaafkannya. Kean tahu dia tidak bisa hanya diam seperti ini. Semua harus cepat diselesaikan.
Rio yang duduk di samping Nadira pun merasakan hal yang berbeda. Tidak biasanya cewek itu hanya diam seperti ini. Nadira yang ceria tidak lagi ia lihat. Terganti dengan pendiam seperti saat ini. Ada masalah antara Kean dan Nadira. Rio menyadari itu.
"Yan," panggil Rio pelan sambil setelahnya melirik ke arah Nadira. Kean mengerti apa yang dimaksudkan Rio.
"Del, kantin yuk," ucap Rio pada Adel. Adel tentunya bingung. Dia sering membawa bekal dan tidak biasanya Rio mengajaknya ke kantin.
"Tapi gue--"
"Udah, yuk." Rio meraih tangan Adel dan menariknya pelan. Adel berdiri dan mengikuti Rio keluar kelas.
Kean beralih ke tempat duduk Rio tadi. Menggeser kursinya lebih dekat dengan Nadira.
"Nad," panggil Kean. Nadira masih diam. Jujur, mungkin sekarang Nadira terganggu.
"Nad," panggil Kean lagi.
"Please dengerin gue, Nad." Kean memohon. Mengambil alih novel yang sedang dibaca Nadira dan menutupnya. Meletakkannya di atas meja. Kemudian meraih tangan Nadira.
Nadira berusaha melepaskan genggaman tangannya pada Kean. Entah terlalu kuat atau bagaimana, rasanya sulit sekali melepaskan genggaman tangan itu. Nadira melemah. Nadira benci situasi ini.
"Apasi. Urusin sana pacar lo."
"Lo pacar gue, Nad."
Apa yang dikatakan Kean memang tidak salah. Saat penampilan drama kelas mereka, Kean menyatakan rasa sukanya dan meminta Nadira menjadi pacarnya. Nadira menerimanya. Bukankah mereka memang berpacaran?
"Zara?"
"Sorry, Nad," lirih Kean. Nadira tersenyum tipis menanggapinya. Kean tidak menyukai senyuman Nadira kali ini. Bukan senyum yang biasanya. Tidak terlihat kebahagian sama sekali.
Secara tidak langsung, Kean membenarkan apa yang dikatakan Zara kemarin. Cukup. Nadira benar-benar kecewa. Belum ada satu minggu mereka berpacaran dan Kean sudah mempunyai yang baru? Hebat!
"Sekarang lo pilih deh, Yan."
"Maksud lo?"
"Pilih gue atau dia," ucap Nadira. Tentunya sudah pasti Zara yang dimaksud Nadira. Nadira akan mundur jika memang Kean memilih Zara. Itu pasti akan sangat sakit. Namun Nadira sudah memikirkannya. Justru sekaranglah yang lebih menyakitkan, baginya, Kean, maupun Zara. Dan ya, jangan lupakan Raka. Cowok itu masih menyukai Nadira meskipun pernah ditolak.
"Nad, please. Ga bisa," balas Kean. Sangat sulit untuk memilih. Nadira yang ceria dan ramah menemaninya belakangan ini atau Zara yang memang sudah lama ia kenal sejak kelas 10.
"Please pilih, Yan," lirih Nadira. Tidak lagi kuat menahan air matanya. Menetes begitu saja tanpa diminta. Ini menyakitkan. Kean harus memilih.
Suasana semakin menyedihkan saat tak sengaja teman sekelas mereka, Shania memutar lagu baru yang dinyanyikan oleh Rizqi Rama berjudul Teman Terbaik.
Kau adalah cahaya hidupku
Yang menerangi saat gelap kisahku
Kau adalah bagian hidupku
Terima kasih kau telah jadi teman terbaikkuBukan
Kuingin membuat perasaanmu
Terluka dan kecewa
Sungguh
Aku merindukan
Canda dan tawa saat bersamamuEntah kenapa Shania malah men-skip lirik lagunya karena sudah terdengar saat awal lagunya. Dia penasaran dengan lirik barunya. Memang cuplikan lagunya pernah diperdengarkan sebelumnya yang diselipkan di ending sebuah short movie.
Jangan pergi
Tetap disini
Aku merinduKau adalah cahaya hidupku
Yang menerangi saat gelap kisahku
Kau adalah bagian hidupku
Terima kasih kau telah jadi teman terbaikkuKean menatap Nadira yang masih menunduk. Dia membuat Nadira menangis lagi.
"Lo. Gue pilih lo, Nad. Jangan nangis lagi." Kalimat penenang? Atau memang akan diwujudkan? Kean mengusap pelan air mata Nadira. Air mata yang jatuh karenanya.
Kean mengambil minum dari tasnya dan memberikan pada Nadira. "Minum dulu." Nadira menerimanya.
"Pengumuman." Mendengar suara ini sontak semua warga SMA Azalea menghentikan aktivitasnya sejenak.
"Diberitahukan kepada seluruh siswa-siswi SMA Azalea bahwa yang mengikuti ekstrakurikuler fotografi harap berkumpul nanti pada jam pelajaran ke-8 untuk menghadiri rapat."
"Jam keberapa tadi?" tanya Kean pada Nadira.
"Gatau. Coba dengerin lagi kan biasanya diulang."
Benar saja, pengeras suara tadi berbunyi lagi mengeluarkan pengumuman yang sama.
"Diberitahukan kepada seluruh siswa-siswi SMA Azalea bahwa yang mengikuti ekstrakurikuler fotografi harap berkumpul nanti pada jam pelajaran ke-8 untuk menghadiri rapat."
"Jam ke-8. Masih lama. Nanti pulang sekolah gue anterin ya," kata Kean.
"Bukannya nanti lo kumpul ekskul?" Nadira sedikit ragu.
"Iya si. Tapi pulang sekolah udah selese kok."
✨✨✨
To be continue
Terima kasih sudah membaca
See you
--temanrlmu--
KAMU SEDANG MEMBACA
Keanadira [ Selesai ]
Ficção AdolescenteSeandainya Kean tak tergesa-gesa. Seandainya Kean memilih satu orang saja. Seandainya Kean menyadari lebih cepat perasaannya. Tapi nyatanya, semua tak berjalan seperti seandainya. Seharusnya Nadira bersikap biasa saja. Seharusnya Nadira memilih oran...