"Apa dare-nya?" tanya Anggi harap-harap cemas.
"Lo harus jalan berdua sama gue besok sore," ucap Angga dengan senyum murah-meriahnya.
"Kok gue ngerasa banyak nyamuk ya," celetuk Elin seraya menepuk nyamuk yang sedang terbang di sekitaran mereka.
"Kok gue ngerasa jadi nyamuknya ya Lin," sambung Fara mulai ngawur.
"Kok gitu sih, Ngga?" protes Anggi tak terima.
"Ya harus gitu, Nggie," balas Angga masih dengan senyum-senyum.
"Yaudah deh, serah lo aja!" pasrah Anggi menyetujui walaupun dengan sangat terpaksa.
"Gitu dong," ucap Angga tersenyum manis.
"Menang banyak si Angga," celetuk Jerry.
Angga hanya mendelik tajam ke arah Jerry.
"Eh, udah mau malem banget nih, pulang yuk!" ajak Elin kepada semuanya.
"Iya ya Lin, udah mau malem banget ini, mending kita semua pulang," sambung Ken menyetujui.
"Ngajakin pulang biar nggak kena giliran kan lo berdua!" sembur Fara.
"Iya nih, mentang-mentang belum kena giliran ngajakin pulang," timpal Jerry.
"Udah deh, emang rezeki-nya kita nggak kena giliran. Iya nggak Ken?" seru Elin seraya bertos ria dengan Ken.
"Iya kita pulang aja, udah malem banget juga. Ntar cewek-cewek dicariin sama orangtuanya lagi," saran Angga.
"Iya, yang ngebet pengen nganterin Anggi pulang, iyaa!" balas Jerry sewot.
"Dih, sirik! Mending lo anterin Fara pulang tuh." suruh Angga seraya tertawa pelan.
"O to the gah, ogah!" sahut Fara cepat.
"Gue juga ogah kali nganterin lo!" balas Jerry.
"Banyak bacot! Pulangnya kapan nih?" tanya Ken.
"Sabar Ken, si Jerry kan belum bayar," ucap Elin mengingatkan.
"Iya-iya tenang aja, gue bayar nih." Jerry berucap sebal.
Setelah dibayarkan oleh Jerry, mereka semua langsung pulang ke rumah masing-masing. Elin pulang bersama Fara dengan naik taksi, sementara Jerry dan Ken membawa motor sendiri-sendiri dan pastinya Angga pulang dengan Anggi, untuk memenuhi dare dari Fara tadi.
"Nih, helm-nya," ucap Angga seraya menyerahkan helm tersebut ke Anggi.
"Anterin gue sampe rumah lho ya, jangan macem-macem sama gue!" ancam Anggi disela-sela memakai helm-nya.
"Iya Nggie, lo pikir gue orang jahat apa?"
"Ya siapa tau aja."
"Yaudah, cepetan naik," suruh Angga.
"Ini gimana cara naiknya, motor lo tinggi banget!" seru Anggi setelah melihat motor sport milik Angga.
"Sini pegangan sama tangan atau bahu gue."
"Lo mau modus sama gue ya?!" tuding Anggi.
"Astagfirullah, enggak Nggie, enggak! Katanya mau naik, ya lo harus pegang bahu atau tangan gue biar nggak susah naiknya," jelas Angga dengan kesabaran di atas rata-rata.
"Sabar Ngga, sabar!" batin Angga frustasi.
Akhirnya Anggi menurut saja dengan ucapan Angga, Anggi sudah siap duduk manis di atas motor Angga, tapi Angga tak kunjung menjalankan motornya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anggi & Angga (Completed)
Teen FictionSeseorang yang pernah dijatuhkan tentu tahu rasanya seperti apa? Begitu juga dengan Anggi, ia tahu, bahkan sangat-sangat tahu. Anggi pikir kisah itu akan terulang kembali, dengan dirinya dan Angga sebagai pemeran utamanya. Itu sebabnya Anggi menutup...