05

983 48 4
                                    

Warteg.

Sekarang Ara dan Angga sedang ada di warteg. Aneh memang. Biasanya orang kan pada cari cari tempat romantis, lah ini malah nyasar ke warteg.

"Ngapain lo ngajak gua kesini?" kata Ara to the point.

"Gatau" kata Angga sambil mengaduk aduk es pop ice-nya.

Pletak!

Kedua kalinya Ara menjitak kepala Angga.

"Kok di jitak sih ra? Sakit tau" kata Angga sambil mencubit pipi Ara.

"Lepasin anjir. Ntar pipi gua makin melar" kata Ara sambil mencoba melepaskan tangan Angga dari pipinya.

"Mana ada pipi melar" kata Angga sambil melepaskan tangannya dari pipi Ara.

"Ada lah" balas Ara jutek.

"Iyain dah ra" kata Angga mengalah.

Hening

Kruk kruk kruk

Bukan, bukan suara perut keroncongan. Itu adalah suara Ara yang sedang menggigiti es batu.

"Diem sih ra" kata Angga yang mulai terganggu karena suara berisik itu.

"Ini udah diem kok" kata Ara.

Diam yang dimaksud Ara adalah tidak bersuara. Dan yang Angga inginkan adalah Ara berhenti untuk menggigiti es batu agar tidak berisik.

"Maksud gua, diem jangan menggigiti es batu. Lagian apa enaknya sih es batu tuh?" kata sekaligus tanya Angga.

"Ih enak tau es batu tuh. Emang sih gak ada rasanya, tapi pokonya enak lah" kata Ara sambil terus menggigiti es batu.

"Iya udah terserah lo deh" kata Angga pasrah.

"Yaiyalah terserah gua. Hidup, hidup gua" kata Ara.

"Bacot" gumam Angga pelan, tapi ternyata didengar oleh Ara.

"Apa lo bilang?! Itu mulut ya, lancar banget kalo ngomong kasar. Mau gua sumpel hah?!!" kata Ara sambil melotot tajam.

"Mau dong disumpel. Tapi pake bibir kamu ya" goda Angga sambil tersenyum mirip seperti om pedofil.

"Najis!" kata Ara dengan suara cemprengnya, mana ngomongnya pas banget di telinga Angga. Angga yang kagetnya luar biasa langsung kejengkang kebelakang.

Brukk!

"Aduh! Sakit raaaa" kata Angga memelas.

"Hahahaha rasain, makanya jangan macem-macem sama gua. Hahaha aduh sakit perut gua hahahaha" tawa Ara karena senang melihat Angga kesusahan.

"Sini gua tolongin" kata Ara setelah cukup puas tertawanya.

Ara membantu Angga untuk berdiri. Setelah Angga berdiri, ia langsung duduk lagi.

"Mmm ngga" kata Ara pelan.

"Hm" balas Angga sedikit cuek.

"Lo marah ya?" tanya Ara hati hati.

"Nggak kok" kata Angga sambil tersenyum.

"Maaf ya" kata Ara sambil menunduk.

"Buat apa?" tanya Angga bingung. Karena Ara kan tidak punya salah padanya. Lalu kenapa Ara meminta maaf?

"Gatau" kata Ara polos.

"Yeee kutu kupret" kata Angga sambil mencubit pipi tembam Ara.

"Aw! Sakit jancukk" kata Ara sambil menjewer telinga Angga.

"Anj--- telinga gua mau copot ini raaa" kata Angga sambil mencoba melepaskan tangan Ara dari telinganya.

"Impas" kata Ara datar, singkat, jelas, padat pula.

"Ayo dah pulang. Udah hampir jam 12 siang nih" kata Angga ketika menyadari bahwa mereka sudah cukup lama berada di warteg itu.

"Oh iya ayo" balas Ara sambil mencomot kerupuk untuk dimakan dijalan nanti.

"Itu kerupuk buat apa?" tanya Angga terkejut terheran heran. g

"Buat makan anak gua nanti. Bacot lo ah, udah ayo cepet" kata Ara tidak sabaran.

"Ayooo" kata Angga sambil menaiki motornya setelah itu Ara juga langsung naik ke motornya.

Brummm Brummm Brummm

Salah kalo kalian nebak Angga sama Ara lagi kebut kebutan. Nyatanya, mereka berangkat aja belum. Entah kenapa, sedari tadi Angga terus teruskan memanaskan motornya tanpa berniat untuk menjalankannya.

"Ngga? Ini kita kapan berangkatnya?" tanya Ara sambil memakan kerupuknya.

Tak ada jawaban dari Angga.

"Ngga" kata Ara lagi.

Tak ada jawaban lagi.

"ANGGA AZRIL LASKARA" teriak Ara di telinga Angga sambil menepuk bahu Angga kasar.

"Eh copot copot eh copot" latah Angga.

"Apa sih ra, ganggu gua tidur aja lo" kata Angga, suaranya agak serak khas bangun tidur.

"Bangsul lo! Pantesan daritadi kita gak jalan-jalan, orang lo nya aja molor. Udah cepet ayo jalan, keburu anak gua kelaperan nanti" kata Ara sambil mengguncangkan bahu Angga.

"Sabar calon nyonya Laskara" kata Angga sambil menjalankan motornya.

"Bacot" umpat Ara pelan. Untung gak kedengaran Angga.

****

"Udah sampai" kata Angga setelah mereka sampai di depan rumah Ara.

"Makasih ya Ng-ga" kata Ara sambil terbata-bata, Ara mulai merasakan sesak nafas.

Sampai akhirnya,

Brukk!

"Ra! Ra?! Lo kenapa ra?!" kata Angga panik sambil menepuk-nepuk pipi Ara.

Samar-samar Ara mendengar teriakan panik  dari Angga. Sebelum akhirnya, Ara benar-benar tak sadarkan diri.
______________________________

VOTE & KOMEN Jangan lupa.

#TinahKhoeriyah

ANGGARA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang