10

750 34 0
                                    

"LO!" teriak Ara kaget saat melihat tamu-nya yang tak lain adalah Angga. Sungguh dunia memang sempit.

"Ngapain lo kesini upil badak?" kata Ara sambil menatap Angga heran.

"Ini, nganterin pesanan nyokap lo" kata Angga sambil memberikan tas yang berisi pesanan tadi.

"Oh thanks" kata Ara menerimanya dengan senang hati.

"Emm ra?" tanya Angga pelan dan hati-hati.

"Iya Ngga?" jawab Ara sambil melihat kearah Angga yang sedang menggaruk kepalanya.

Angga memberikan ponsel miliknya kepada Ara.
"Minta nomor WhatsApp boleh?" tanya Angga malu-malu kucing.

"Oh b-boleh" kata Ara setengah gugup. Catet, Setengah.

"Nih" kata Ara mengembalikan ponsel milik Angga saat ia sudah mencatat nomor WhatsApp-nya diponsel milik Angga.

"Makasih, oh iya ra, boleh gak gua minta satu hal sama lo?" tanya Angga penuh harap.

"Emang lo mau minta apa?" tanya Ara penuh selidik.

"Bisa gak kita eh maksud gua, bisa gak gua dan lo berhenti musuhan. Ya maksud gua, mau gak lo jadi temen gua?" kata Angga sambil setengah memohon.

"Emang sejak kapan kita musuhan?" tanya Ara heran, emang sejak kapan dirinya dan Angga musuhan?

"Eh, tapi kayaknya setiap kita bertemu pasti berujung bertengkar, ya walaupun pertengkaran kecil sih. Tapi ya, gimana ya? Gua itu maunya lo jadi temen gua, bukan musuh gua" kata Angga menjelaskan.

"Oh oke, yaudah sekarang berarti gua dan lo berteman" kata Ara tak mau ambil pusing.

"Oke makasih" kata Angga dan tanpa sadar memeluk Ara.

Sedangkan Ara, drop seketika.

"Ngga" Ara berusaha menyadarkan Angga.

"Eh-iya maaf ya gak sengaja, kelewat senang gua" kata Angga disertai cengiran tak berdosa-nya.

"Yaudah sana pulang" kata Ara bercanda.

"Ngusir gua, lo? Sini gua ketekin lo" kata Angga sambil menghimpit kepala Ara diketeknya.

Sungguh terlalu-_-

"Pengap Ngga, ketek lo bau" kata Ara dengan bercanda. Sejujurnya, ketek Angga tidaklah bau, melainkan bau wangi.

Angga baru saja ingin memprotes Ara, tapi tidak jadi, karena terdengar suara seseorang.

"Ya ampun... Anggaaa... Mama suruh kamu nganterin pesanan buat tante Anna, dan kamu malah pacaran. Dasar anak muda jaman now!" kata Saras.

Jangan heran, keluarga Ara dan Angga sebenarnya sering kumpul. Tanpa sepengetahuan Ara dan Angga tentunya.

"Mama ngapain kesini?" tanya Angga tanpa memperdulikan ucapan Mamanya tadi.

"Tante, sejak kapan tante kesini?" tanya Ara sambil berlari memeluk Saras dan dibalas oleh Saras. Sedangkan Angga, hanya diam ditempatnya sambil memasang wajah cengo.

Ara memang mengenal Saras, tapi tidak tau kalau Angga adalah anaknya Saras.

"Baru aja kesini, tuh sama Mama kamu" kata Saras sambil menunjuk Anna menggunakan dagunya.

"Sebenarnya Mama kamu itu Tante Saras atau Mama sih ra?" tanya Anna kesal dan dibalas cengiran oleh Ara.

"Abisnya Mama galak sih" kata Ara sambil beralih memeluk Anna.

"Oh iya tadi kalian ngapain?" tanya Anna setelah melepaskan pelukan-nya.

"Ha?" tanya Ara masih belum mengerti.

"Itu, kamu sama Angga lagi ngapain" tanya Anna memperjelas ucapannya.

"Ohh gak ngapa-ngapain" kata Ara lagi.

"Ngga, sini. Jangan jadi kambing cengo" kata Saras saat melihat putra-nya kebingungan.

"Oh iya ma" kata Angga menuruti perintah Mamanya.

"Angga, anak Tante Saras?" tanya Ara.

"Iya ra, ini anak bungsu Tante" balas Saras ramah.

"Kok Ara baru tau" kata Ara lagi.

"Kamunya gak nanya" jawab Anna yang diangguki Saras.

"Serah Tan, Ma" kata Ara lelah.

____________________________________________

VOTE & KOMEN jangan lupa

#TinahKhoeriyah

ANGGARA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang