7. JARE SOPO AKU TANPAMU KESEPIAN? AKU TANPAMU YO DOLAN-DOLAN.

5K 270 9
                                    

"Itu juga jadi salah satu alasan untuk menceraikan Fitri. Aku baru sadar kalau selama ini hanya dimanfaatkan wanita seperti dia. Menyesal sebenarnya, tapi buat apa? Toh semua telah terjadi, dan aku juga sudah mengambil keputusan yang benar."

Sorot mata Dika tiba-tiba berubah sendu, setelah beberapa saat emosi menguasai. Kelihatan sekali kalau laki-laki itu sudah pasrah dengan keputusan hakim. Sebab rumah tangganya memang tidak bisa diselamatkan.

"Aku tidak peduli alasan atau keputusanmu nanti seperti apa, yang jelas aku sudah memberitahu apa yang terjadi belakangan ini."

"Ya, terima kasih atas infonya. Kalau mau balas si Fitri, silakan saja. Oh iya, ini alamat tempat kerjanya yang baru." Dika menyodorkan kertas kecil berisi alamat sebuah kantor asuransi.

Berarti wanita itu mendapat pekerjaan berkat Mas Rudi. Sebab setahuku laki-laki itu punya kenalan di kantor asuransi dekat pabrik tempatnya bekerja..

"Terima kasih." Aku menutup pembicaraan dengan Dika, lalu berjalan menuju toilet.

Rasanya memang sakit, saat mengetahui bahwa Dika menyimpan kesakitan yang hampir sama denganku. Bedanya, dia laki-laki dan pandai menyembunyikan kesedihan.

Di dalam kamar mandi, aku kembali meneteskan air mata. Bagaimana bisa, Mas Rudi mencarikan pekerjaan untuk wanita itu? Sementara dulu, aku mau bekerja saja dilarang.

Ah, laki-laki memang 'plin-plan', dulu selalu berdalil kalau wanita harus menjadi ibu rumah tangga seutuhnya, lah sekarang malah mencarikan pekerjaan buat nenek sihir.

Astaga! Aku cengeng sekali. Lagi pula, untuk apa menangisi lelaki yang jelas-jelas tidak punya hubungan denganku lagi. Mau dia berbuat apa saja, ya, terserah.

***

Hari yang kutunggu untuk pembalasan telah tiba. Seluruh amunisi siap di tas ransel besar milik Kinan. Bukan isi senapan, tapi beberapa ekor kodok yang kubeli dari anak pemilik indekos, ada pula cacing hasil mencari di got depan.

Sebenarnya aku merasa jijik dengan hewan-hewan semacam ini, tapi mau bagaimana lagi? Semua penting dan sangat membantu untuk balas dendam ke nenek sihir itu.

Kinan sudah bersiap dengan pakaian serba hitam, menurutnya seharian ini bisa jadi hari berkabung untuk Fitri. Karena aku dan Kinan sudah menyiapkan banyak prank untuk memulai permainan, supaya dia kapok!

Jaket hoodie hitam, sepatu boots, dan celana panjang menjadi pelengkap misi kali ini. Aku juga sudah mendapat informasi dari Dika, kalau hari ini dia akan bertemu dengan Fitri di Edelweiss Coffe Shop.

Mungkin kafe itu akan jadi tempat prank paling menggemaskan sepanjang jalan kenangan. Mari kita lihat, siapa yang akan jadi pecundang hari ini!

"Siap?" tanya Kinan setelah menyiapkan semua perlengkapan.

"Siap, Bos!" jawabku mantap.

Aku dan Kinan segera bergegas menggeber motor menuju kafe. Jalanan yang cukup lengang di hari Minggu membuat semua tampak mudah dilaksanakan. Semoga saja rencana ini berjalan lancar.

Kinan memarkir motor di sebelah barat kafe, sekaligus menyiapkan peralatan perang. Sementara aku segera masuk dan memesan meja yang cocok untuk mengawasi makhluk astral itu.

Di dalam kafe masih tampak lengang. Beberpa kursi pun terlihat kosong. Aku memilih tempat duduk di pojok ruangan dekat jalan menuju kamar mandi. Beruntung sekali, ada seorang pramusaji laki-laki yang mau membantu melaksanakan misi hari ini, hanya dengan upah lima puluh ribu.

"Gimana, udah siap semua?" tanyaku saat Kinan mendekat membawa tas ransel hitam berisi amunisi menjijikan.

"Aman ... semua sudah siap, tinggal dikerjakan. Eh, ada karyawan yang mau disogok, gak?" Kinan duduk di sebelahku, lalu mengawasi ruang utama kafe ini.

SUMPAH SERAPAH!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang