5. Flashback - Penyelidikan

4.9K 221 4
                                    

Pagi itu Mas Rudi berpamitan untuk lembur, padahal sudah jelas tanggal merah. Tanpa banyak pertanyaan, aku memperbolehkan dia untuk kerja. Namun, dengan siap siaga dan amunisi secukupnya, aku memesan ojek online untuk mengikuti ke mana perginya makhluk yang suka digerayangi Nenek Sihir itu.

Ojek online melaju menembus jalanan kota yang padat merayap. Tak sampai sepuluh menit berkendara, tampak sepeda motor Mas Rudi ada di depan sebuah kafe bergaya klasik. Untung saja aku sudah menyadap GPS-nya. Kalau tidak, bisa kecolongan lagi.

Setelah membayar ongkos ojek online, aku segera masuk ke kafe yang isinya dipenuhi dengan muda-mudi sedang sarapan.

Aku segera menuju kamar mandi, mengganti pakaian yang sudah kusiapkan sebelumnya. Jaket hoodie dengan penutup kepala berwarna maroon menjadi pilihan. Ditambah sepatu boots hitam, celana jeans hitam serta kacamata, membuat penampilan diri ini mirip Song Hye Kyo dalam serial drama Korea Encounter.

Selesai bersiap, aku melanjutkan pengintaian ke lantai dua. Sebab di lantai satu baunya Mas Rudi pun tak ada. Baru saja menginjak ubin bertekstur kayu, mata ini dibuat kaget dengan adanya seonggok tai sapi. Bukan, maksudnya sesosok makhluk astral berambut sebahu dengan gincu merah merona yang duduk di hadapan Mas Rudi.

Emosi sepertinya sudah sampai ubun-ubun, siap meletus layaknya bom atom Hiroshima dan Nagasaki. Namun, aku harus pandai mengatur emosi, supaya tidak ketahuan hari itu juga.

"Kok mirip Song Hye Kyo sih, Mbak," goda pelayan laki-laki berambut mirip Song Joong Ki.

"Loh, ya pasti," jawabku santai.

"Cueknya."

"Halah-halah, Mas. Jangan godain saya."

"Biarin sih, Mbak."

"Oh iya, saya boleh minta tolong letakkan perekam suara kecil ini di bawah meja laki-laki dan wanita itu, bisa?" Aku menunjuk kursi Mas Rudi dan Nenek Sihir itu, sambil menyodorkan perekam suara kecil yang kutemukan di laci kamar. Mungkin milik Mas Rudi.

"Imbalannya?" Pelayan itu mengedipkan sebelah mata, mirip Mas Rudi saat manja.

"Nih!" Satu lembar lima puluh ribuan aku berikan sebagai imbalan.

Pelayan itu menyunggingkan senyum, seraya pergi menuju meja Mas Rudi. Tanpa banyak kesusahan, perekam suara berhasil dipasang, meskipun dengan sedikit drama menyenggol gelas Nenek Sihir.

Aku tersenyum senang, dan langsung duduk di meja kosong di pojok lantai dua. Sambil mengamati Mas Rudi, aku mengeluarkan ponsel yang sudah terhubung dengan perekam suara, lalu memasang 'earphone' ke telinga. Percakapan menjijikkan pun terdengar.

"Kok bisa cerai gimana, Fit?" tanya Mas Rudi.

"Gak tahu, Mas. Tiba-tiba Mas Dika langsung marah-marah dan mengucapkan talak," jawab Nenek Sihir dengan suara memelas.

Cih! Jijik juga mendengar percakapan mereka.

"Pasti ada penyebabnya, Fit."

"Sebenarnya ketahuan cerita ke teman, kalau aku masih mencintai kamu, Mas, makanya Mas Dika marah."

"Astaga, Fit, kok kamu bisa gitu." Suara Mas Rudi terdengar kaget.

"Aku memang masih mencintaimu, Mas. Ceraikan saja Rina, dan kita bisa menikah, Mas. Kamu juga masih cinta sama aku, kan?"

Aku benar-benar ingin menyumpal mulut Nenek Sihir itu dengan kaus kaki yang sudah seminggu belum dicuci. Biar dia langsung tersedak dan Innalillahi. Bisa-bisa bicara seperti itu pada suami orang.

"Entahlah, Fit, aku gak tahu harus jawab apa." Mas Rudi kelihatannya bimbang.

Dasar laki-laki! Lihat calon jendes sedikit kinclong saja langsung klepek-klepek. Mirip ikan hidup langsung digoreng.

SUMPAH SERAPAH!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang