25. Peringatan atau Ancaman?

4.6K 826 133
                                    

Gaes plis kalo nemu typo bilang aku ya :'v suka males baca soalnya ehehe

Oh iya ada yang request ga jalan cerita selanjutnya mau gimana? Apa aku bikin kapal Minsung karam? 😰
Muehehehee /evil laugh

Siapa tau kalian bosen karna aku hobi banget bikin plot twist ); ya maap bawaan dari lahir ga suka lempeng² doang 😂😖

Okede langsung aja

.
.
.

Seseorang itu berdiri dengan pandangan yang mengarah pada kedua orang yang masih betah berada di dekat makam adiknya. Ya, orang itu adalah Minho.

Kakinya melangkah mendekat ke tempat kedua pemuda lainnya berada. Tangannya masuk ke dalam saku hoodie yang ia kenakan.

Minho berhenti di makam yang letaknya tidak terlalu jauh dari makam adiknya. Ia berjongkok di depan makam yang entah milik siapa. Tudung hoodie nya ia naikkan untuk menutupi kepala. Dari posisinya ia bisa mendengar suara Kevin yang sedang mengajak Jisung untuk pergi.

Langkah kaki terdengar mendekat ke arahnya. Kevin hanya melewatinya. Namun Jisung tak kunjung mengikuti pergerakan Kevin.

Minho menoleh. Mendapati Jisung yang masih terduduk membelakanginya. Posisinya menghadap ke arah makam Hwall.

Tak ada suara apapun. Hingga-

"Kita belum pernah ketemu ya," ucap Jisung tiba-tiba.

Minho terus menajamkan pendengarannya.

"Lu pasti orang baik. Kak Kevin aja sayang banget sama lu," Jisung tersenyum di akhir kalimatnya.

"Hwall,"

Minho sedikit melirik. Melihat Jisung yang mengelus nisan di makam adiknya.

"Kakak lu nyebelin ya?"

Pandangannya dengan cepat ia alihkan ke depan. Minho makin memajukan tudung hoodienya untuk membantu menutupi wajahnya.

"Gue gak tau salah apa. Jujur gue sakit hati soal yang kemaren,"

Jisung menghentikan ucapannya. Sedikit mengambil napas. Tatapannya terpaku pada ukiran nama pemilik makam tersebut.

"Tapi, tau apa yang lu alamin dulu bikin gue malu kalau segini doang gue udah sedih," ucap Jisung sambil terkekeh.

Minho menundukkan kepalanya. Posisi tubuhnya sudah tidak lagi berjongkok, namun lebih seperti bersimpuh di tanah yang agak basah karena tetesan hujan mulai turun.

"Kalau lu masih hidup pasti gue seneng banget bisa jadi temen lu, bisa denger segala cerita lu sama kak Kevin. Karna dia sayang banget sama lu, Hwall."

Jisung tersenyum. Tangisnya yang sempat berhenti kini kembali pecah, meski hanya basah di sudut matanya.

"Kak Kevin salah, Tuhan gak pernah misahin kalian.

Boleh gak gue iri sama kalian?"

Jisung mengusap air matanya dengan cepat. Hwall mencintai Kevin bahkan hingga ajalnya, dan Kevin tidak goyah dengan perasaannya meski banyak hal yang menghalanginya.

Jisung merasa malu dengan dirinya sendiri.

Tapi kedua di antara mereka saling percaya dan memberi kepercayaan. Sedangkan dia-

"Apa gue berhenti aja ya?" tutur Jisung yang membuat Minho seketika menegakkan tubuhnya.

Minho meneguk ludah dengan kasar. Dengan cepat ia beranjak dari tempatnya. Langkahnya ia bawa dengan cepat, menuju mobil milik Mingyu dan pemiliknya.

LIMERENCE [Minsung]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang