🕋٣. Sedekah karena Allah

469 30 6
                                    

بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم

"Sesungguhnya orang-orang yang bersedekah baik laki-laki maupun perempuan dan meminjamkan kepada Allah dengan pinjaman yang baik, akan dilipatgandakan (balasannya) bagi mereka; dan mereka akan mendapat pahala yang mulia."

{QS. Al-Hadid:18}

Zayba terus mondar-mandir di dalam kamarnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Zayba terus mondar-mandir di dalam kamarnya. Sedari tadi ia ingin sekali mengatakan kepada bibi Tharya tentang beasiswa yang ia dapatkan, Zayba merupakan salah satu wanita yang memiliki otak cerdas. Zayba sering diikutkan dengan kegiatan lomba-lomba yang diadakan dalam sekolahnya, dan selalu mendapatkan juara.

Dia bingung harus bicara bagaimana nantinya kepada bibi Tharya agar bibinya tidak bersedih saat ia memilih untuk melanjutkan pendidikannya. Pendidikan itu sangat berharga, hingga pepatah mengatakan kejarlah ilmu sampai ke negeri China, tapi kasih sayang bersama keluarga malah lebih berharga.

Ketukan pintu di kamarnya menghentikan aktivitas Zayba yang sedari tadi mondar-mandir, dia melihat kearah pintu dan akan membukanya, sebelumnya ia akan memakai cadar yang sempat ia lepas.

"Iya bentar, Bi,"

Zayba membuka pintu dan mendapati bibinya berdiri disana dengan senyuman yang tak pernah sirna dari wajahnya yang sudah berkerut karena usianya yang semakin menua. Bibi Tharya mengajak Zayba keluar dari kamar dan seperti biasa mereka akan berdagang. Berdagang merupakan salah satu Sunnah ajaran Rasulullah. Dahulu ketika Rasulullah tinggal bersama pamannya, Rasulullah selalu diajak pamannya pergi ke Syam untuk berdagang. Sejak kecil, Zayba sudah dibiasakan oleh ayahnya untuk selalu ikut ayahnya berdagang, dan sekarang Zayba juga selalu diajak bibinya berdagang kurma di salah satu pasar Madinah yang ramai dikunjungi oleh para jemaah haji.

Berdagang mengajarkan Zayba, bahwa dia termotivasi dengan kegiatan berdagang untuk bisa memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri, dan dia bisa menjadi anak yang mandiri juga giat berwirausaha, selain berdagang, setiap sore Zayba akan pergi ke masjid untuk mengajar anak-anak mengaji.

Zayba sudah bisa menguasai beberapa bahasa, diantaranya bahasa Arab, Indonesia, Inggris, dan masih banyak lagi. Dulu, Zayba hanya bisa menguasai satu bahasa yaitu bahasa Arab. Semenjak ia diajak berdagang oleh bibinya, ia harus belajar untuk menguasai bahasa agar para pembeli mengerti akan ucapannya. Dan rata-rata para jemaah haji adalah orang Indonesia, hingga membuat Zayba sangat fasih dalam berbahasa Indonesia.

"Jadi semuanya lima puluh riyal."

"Baiklah, ini uangnya." Ucap ibu itu sembari menyodorkan beberapa lembar uang dari dompetnya.

"Syukron Jazakillah ibu." Ucap Zayba sambil mengambil uang dari tangan sang ibu dan tersenyum, walaupun senyumannya tak dapat dilihat orang karena cadar menutupinya, akan tetapi semua orang tau, jika mata Zayba sipit, dan jika tersenyum akan semakin sipit.

Cinta di Tanah MadinahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang