The Eavesdropper

48 12 0
                                    

Sepanjang kaki menghentak lantai marmer dalam gedung hingga kami kembali duduk manis di kantin tak ada satupun dari kami yang berani membuka suara. Bahkan aku dengan sejuta pertanyaan yang saling bersautan di dalam kepalaku yang masih menutup mulut rapat.

Apakah Ares gila?

Apa tadi dia bilang? Membuktikannya sendiri?

Dan apa-apaan seringai tadi?

Menghembuskan nafas kasar di tengah kepulan panas uap soto ayam di depanku. Pikiran ini semakin liar mengingat kami telah melakukan pembolosan pada kelas terakhir, yah walaupun ini merupakan hal baik untuk perut yang kosong, hehe.

Mari kita kembali pada sosok Ares dengan senyum menghiasi bibir dan tangan yang sibuk memilah ayam dengan kulitnya—si penganut kulit ayam harus dimakan belakangan--kalem, tidak seperti wajahnya beberapa menit lalu.

Serius, aku tidak membual. Dia tadi menyeringai kecil! Benar-benar mengerikan—tidak juga sih. Hanya saja, sosok se kalem Ares dengan hawa tenang bisa menyeringai dan menantang seorang gadis?  Sangat tidak biasa untuk dibayangakan!

"Lian? Ada apa?"

Itu suara Kisa, menatapku bingung dengan telapak tangan mengayun pelan di depan wajahku.

"Hah? Kenapa?"

"Kau menatapku dengan pandangan sedikit... menyelidik? "

Dan itu barusan suara bariton Ares.

Sebentar, apa tadi katanya? Aku menatapnya? Ehh?! Aku melamun dengan menatap Ares?

"Apa yang sedang beradu di dalam tempurung kepalamu itu, Lian? "

Pertanyaan Ares seperti mengintrogasi. Nadanya memang tidak berubah, tapi tatapan nyalang dari manik tajamnya mampu membuatku sedikit mengkerut. Aku melirik Kila yang kini asik untuk memperhatikan tutorial tidak berguna di layar pintarnya, dan tentu saja tidak akan terganggu dengan tatapan tidak mengenakan dari Ares.

Aku berdehem pelan untuk melonggarkan tenggorokan dan mengembalikan kepercayaan diriku yang sempat oleng. Berusaha menatap balik Ares tepat di korneanya.

"Sebernarnya apa yang kau sembunyikan, Ares? "

Dan lagi, dia menunjukan seringainya

'Kalopsia'

Riuh umpatan, makian serta pertanyaan menusuk terlontar sesaat setalah pintu kelas tertutup. Menyudutkan si gadis yang beberapa saat tadi berdiri tegak dengan sejuta kepercayaan dirinya goyah. Hawa panas seperti menyelimuti dirinya dan siap menerkamnya kapan saja. Dalam benaknya masih tersimpan rasa kecewa, ia hanya menyampaikan kalimat gebetannya dengan amat detail agar mendapatkan dukungan. Tapi lihat apa yang sedang ia terima sekarang? Hinaan dan cacian tak masuk akal dari api yang tak pernah puas untuk membuatnya meledak, Gia.

'Kalopsia'

Aku menatap nanar kepergian dosen wali dengan kabar baik yang telah meninggalkan kelas ini kosong bersamaku. Memang, semua bangku didepanku ini kosong tak berpenghuni. Tapi lihatlah seberapa besar pengaruh cacian yang mereka lontarkan sebelum dosen wali kami datang untuk mengabarkan bahwa kelas kami akan diganti esok.

Kaki bergetar, rasanya aku telah melakukan dosa besar pada dunia. Hawa tubuhku memanas dan entah perintah dari siapa air mataku mengalir tanpa suara isak mengiringi. 

Mereka--teman sekelasku kecuali Gia--tak akan pernah seanarkis itu dalam mengolok seseorang jika bukan dia--Gia--telah mematiknya terlebih dahulu.

Berusaha mengobarkan api tinggi-tinggi agar aku semakin meledak dan ikut terbakar. Dia memang seperti itu.  Memendam dendam tersendiri untuk sesuatu yang tak pernah aku lakukan.

Bahkan ia sempat hampir mendorongku dari lantai tertinggi gedung universitas kami hanya karena file presentasi yang tak sengaja terhapus saat aku meminjam laptop kesayangannya. Tapi aku tau, bukan file yang membuatnya memiliki dendam kesumat terhadapku.

Persetan dengan Gia dan segala ocehan tidak menariknya. Aku berusaha bangkit di antara kaki yang bergetar hebat, menghapus air mataku kasar dan bertekat untuk menyelidiki ini semua.

Membuktikan sendiri atas apa yang telah disimpulkan oleh Ares, membuktikan bahwa aku bukan pembual ulung yang harus menerima cacian mengerikan mereka.




Bersambung ke chapter berikutnya

**

Author's note

haiii! karena chapter tiga dan empat cukup pendek, jadilah pagi ini double update.

Sebelumnya ini benar-benar di luar kendali karena part ini molor banget updatenya. Si Author akhir-akhir ini susah dapet wangsit soalnya tugas lagi pada numpuk, ehe.

Tapi tenang, semuanya bakal teratasi kok. Bisa di pastikan cerita ini bakal rampung tepat satu bulan nggak kurang dan ngga lebih.

dari sini kalian udah ngerasa bingung gak sih? siapa yang benar, dan siapa yang salah?

atau, menurut kalian tidak ada yang salah?


supaya gak penasaran, tetap pantengin work ini ya!

Oiya, jangan lupa tap gambar bintang di pojok kiri bawah dan isi kolom komentar yaa!!


Ciao!

KalopsiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang