Halloween

246 29 4
                                    

Langit malam terlihat sangat cerah hari ini, membuat seorang gadis dengan dress putih usang dibawah lutut berkali lipat lebih percaya diri. Dengan lentera tua yang ia bawa beserta ketukan dari sepatu pantofel hitam legam pria dibalik kostum jas pelayan era 90an masuk kedalam lift gedung. Tak banyak percakapan yang mereka lakukan saat lift mulai melintasi setiap lantai dan membawa mereka menuju lantai paling atas gedung tersebut, lantai 5. Lantai dimana hari sial yang indahnya ini akan ia lalui.

Jika bukan karena teman sialan yang membuatnya terjebak dalam permainan gila milik jurusannya sendiri, ia akan tetap duduk manis di venue, dengan menyantap setiap masakan berbentuk 'unik' disana. Yup, benar sekali. Sebuah malam konyol dengan dia yang terperangkap didalamnya, berpakaian seperti roh gadis penasaran. Tapi sedikit terlihat normal, karena tidak ada dandanan menyeramkan ataupun topeng.

'Ting'

Pintu lift terbuka, menampilkan visualisasi ruang paling atas gedung yang katanya angker dengan penerangan minim dan portal seadanya di tangga, agar ia tidak bisa keluar seenaknya, sial.

"Mari ku jelaskan sekali lagi."

Si pria dalam balutan jas berucap dengan membawa keluar si gadis dari lift, membiarkan lift tertutup dan meninggalkan mereka berdua.

"Tidak ada yang namanya acara menakut-nakuti di area ruang kosong ini. Yang harus kau lakukan hanyalah mencari bendera yang sudah kami sebar disekitar sini."

Gadis dalam balutan dress putih hanya mengangguk dengan pandangan yang masih beredar pada seluruh ruangan. Oh ayolah, lantai 5 ini terlalu luas dan sedikit menakutkan.

"Bendera terakhir ada kelas paling pojok, setelah mengambil bendera jangan lupa untuk menekan tombol merah pada ponsel didepan bendera, karena panita berada di lantai 3 akan menjemputmu dan kalian akan turun lewat portal itu." tuntasnya sedikit menyeringai diantara wajah pucat dan gigi taring palsunya.

Si gadis meyakinkan diri bahwa ia sungguh tidak takut, hanya sedikit ngeri saja.

"Baiklah, selamat bersenang-senang nona."

Pria berjas era 90an itu perlahan menjauh meninggalkanya sendirian di lantai gelap yang usang ini. Terlahap oleh lift yang tertutup pelan seperti meledek kesialannya di hari ini.

'Okay, mari segera kita tuntaskan permainan konyol sialan ini!.'

Gadis itu perlahan menarik napas panjang dan segera melangkahkan kakinya perlahan menyusuri ruangan minim pencahayaan itu. Jika benar, ada total tujuh bendera yang tersebar disana dan ia harus bisa membawa setidaknya lima bendera agar bisa pergi meninggalkan ruangan sialan ini.

Ia terus berjalan menyisiri setiap bagian ruangan di lantai paling atas. Matanya menatap tajam, menyapu bersih setiap benda yang ada di sekelilingnya. Bisa saja benderanya terselip di beberapa tempat yang nampak mustahil untuk dicurigai. Dan benar saja, satu diantaranya berada di pojok sebuah ruangan tertutup lipatan lipatan kursi usang.

"Aha! Dapat kau! Tunggu saja, aku pasti mendapatkan empat yang lainnya, sesegera mungkin."

Bendera itu berwarna merah dengan kayu yang kira kira panjangnya sepuluh sentimeter sebagai penopangnya. Diraihnya bendera itu diantara sekian lipatan kursi yang ada, kemudian tersenyum bangga menatap bendera pertama yang ia dapatkan. Kepercayaan dirinya semakin bertambah ketika tak lama setelah itu ia mendapatkan bendera bendera yang lain.

Terkumpul sudah enam bendera di genggaman tangannya. Benar benar diluar ekspektasi, karena sedari awal ia hanya berniat mendapatkan lima bendera saja. Kini gadis itu melangkah mantap menuju kelas terakhir yang berada di ujung lorong sana. Namun langkahnya terhenti seketika saat hembusan angin dingin menerpa wajahnya.

KalopsiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang