Jangan lupa voment
..
.
.
"Kini kau tenang disana, --"
dertt dertt
Ponsel yang berada disaku celananya berdering. Lay merogoh sakunya dan mengambil iPhone X White. Maniknya menatap kearah ponsel, namun nomor tidak diketahui. Keningnya mengernyit tak tahu siapa pemilik nomor tersebut. Tanpa pikir panjang, Lay mengangkat panggilan tersebut.
"Halo?"
Tidak ada jawaban dari dari seberang. Indra pendengarannya tidak dapat menemukan suara dari Sang Penelpon.
"Halo?" ucapnya lagi namun masih tidak ada suara yang menyahut.
"Hei! Siapa ini?" teriaknya kembali namun masih tetap tidak ada sahutan dari pihak seberang.
"Dasar aneh!" final Lay merasa naik darah ketika tidak ada jawaban apapun.
Lay memasukkan kembali ponsel tersebut kedalam sakunya dengan paksa. Ia terus berdecak kesal. Ia bersumpah, jika nomor tersebut menelpon kembali, ia akan segera memaki-maki si penelpon.
Pandangannya beralih pada makam didepannya. Ia tersenyum manis kearah batu nisan putih yang tertancap tersebut. Bibirnya tak berhenti untuk membuat senyuman terindah.
"Aku akan merawat makammu setiap harinya. Makam Kyungsoo juga," ucap Lay sembari beralih menatap makam Kyungsoo dibelakangnya.
derttt derttt
Bibirnya kembali berdecak kesal ketika mendapatkan panggilan kedua. Panggilan tersebut mengganggu aktivitasnya kini.
Lay merogoh saku bajunya dan terdapat iPhone 7 Silver digenggamannya.Maniknya kembali menatap ke arah ponsel, tertera nama penelpon, Luhan.
Jemarinya segera menekan tombol 'angkat'."Hei, ada apa menelponku?"
"Bisakah kita bertemu sebentar? Di Cafe," ucap Luhan diseberang.
"Bisa"
"Baiklah, akan ku kirimkan lokasi cafenya," sahut Luhan cepat.
Sebelum Lay menjawab ucapan Luhan, namun Luhan terlebih dahulu mengakhirinya. Sepertinya ini penting, batin Lay.
Kaki jenjangnya segera melangkah keluar dari area makam. Ia membuka pintu mobil dan segera mendudukkan badannya dikursi. Tangannya merogoh mencari kunci mobil. Setelah mobil menyala, segera Lay injak pedal gas dengan cepat.
Mobil berjalan begitu cepat. Lay tahu, bahwa ini pertemuan penting. Temannya, Luhan, ingin membicarakan sesuatu yang penting hingga tidak bisa lagi ditunda.
Hingga akhirnya mobil Lay berhenti didepan suatu Cafe. Cafe dimana Luhan sebelumnya mengirimkan lokasi Cafe tersebut. Dengan langkah cepat serta postur tubuh tegap, Lay memasuki Cafe.
Manik Hazelnya mencari-cari keberadaan Luhan. Tidak dapat ditemukan. Namun tiba-tiba muncul tangan terangkat keatas, melambai-lambai kearah Lay.
Lay berjalan menghampiri tangan tersebut, "Luhan."
Lay mendudukkan tubuhnya dikursi kosong. Lay berhadapan dengan Luhan. Luhan dengan setelan formalnya. Tataan rambut yang rapi seperti pengusaha terkenal.
"Apa kabar?" tanya Luhan menjabat tangan Lay.
"Aku baik-baik saja. Bagaimana pekerjaanmu?" jawab Lay dengan melipat tangannya diatas meja.
KAMU SEDANG MEMBACA
this hurt ✔️
Bí ẩn / Giật gân"Aku pernah terjatuh begitu dalam dan terluka begitu parah. Sebegitu bodohnya hingga terus terulang pada lubang hati yang sama, aku lupa rasa sakit yang dihadirkannya. Yang kuharap saat itu, aku akan tinggal disana. Hidup bahagia hingga mati dan dik...