✍🏻 The End Of Everything

3K 172 21
                                    

Lay berjalan membawa semangkuk bubur menuju ranjang dimana Kyungsoo berada. Senyumnya terus ia tunjukkan ketika melihat Kyungsoo yang tengah menatap luar jendela.

Ia mendudukkan tubuhnya dikursi samping Kyungsoo—sembari tangannya bergerak meletakkan bubur diatas nakas.

"Awannya bagus yah..." ucap Kyungsoo tiba-tiba namun pandangannya masih mengarah ke luar jendela.

Lay spontan menatap Kyungsoo. "Iya. Akan lebih bagus jika dirimu memakan semangkuk bubur buatanku," jawab Lay.

Kyungsoo mengalihkan pandangannya menatap Lay. Bibir putih pucat yang bergetar ketika akan mengucapkan sepatag kata.

"Bubur?"

"Iya. Mau kan?"

Kyungsoo tersenyum bahagia, "Pastinya. Aku udah laper banget."

Lay mengambil bubur tersebut. Tangannya bergerak mengambil sesendok makanan halus itu—tidak lupa meniupnya agar sedikit lebih dingin. Sendok itu ia sodorkan ke arah mulut Kyungsoo, dengan cekatan pria itu melahap bubur sampai habis.

Senyum tipis tersemat diwajah Lay melihat betapa bahagia Kyungsoo setelah mengalami beberapa penyiksaan yang tidak pernah berhenti.

"Gimana rasanya? Enak?"

"Enak.... Sangat enak..... Jangan pernah berhenti buatin aku bubur terenak ini," jawab Kyungsoo dengan mulut yang masih penuh dengan bubur.

Lay mengangguk semangat. Ia dengan bangga menyuapi kembali Kyungsoo. Ada rasa sesak didadanya ketika melihat begitu bahagia pria didepannya walaupun dalam hidupnya penuh oleh penderitaan.

Lay membayangkan keesokannya ia dan Kyungsoo akan hidup bersama-sama kembali.

Membuka lembaran baru.

"Kyung, dokter bilang besok kamu udah bisa pulang. Ikut aku ke Korea lagi yah. Kita sama yang lain disana bisa mengulang kembali perjalanan hidup tanpa kehadiran Kai dan Baekhyun."

Lay menggengam tangan Kyungsoo dengan erat. Sedangkan yang digenggam membuang muka menatap luar jendela. Sepertinya, ia terlalu asik memandang awan dilangit sana.

"Kamu kelihatannya suka banget sama awan. Sayangnya aku ngga suka awan. Aku sukanya air,"

"Karena aku suka air, jadi ayo minum dulu. Pasti kamu merasa haus kan?"

Lay mengambil secangkir gelas berisikan air putih di atas nakas. Ia mencoba untuk menyodorkan air minum itu ke arah depan muka Kyungsoo.

"Kyung.... Ayo minum dulu..."

Lay merasa tidak ada balasan dari Kyungsoo—ia berjalan menghadap ke arah pandangan Kyungsoo. Ia menghalangi objek yang membuat Kyungsoo acuh tak acuh kepadanya. Kemudian, ia tertawa kecil.

"Astaga Kyung. Kamu kekenyangan yah, sampe ketiduran gini"

Tangannya bergerak untuk menggoyang tubuh Kyungsoo, namun tidak ada pergerakan darinya.

"Ayo minum dulu baru tidur," ulang Lay kembali.

Ia menggengam tangan Kyungsoo ke udara , ia goncang-goncangkan—namun nihil. Masih tidak ada respon darinya. Saat Lay berusaha meletakkan kembali tangan Kyungsoo diatas ranjang, dengan cepat tangan lemas itu terjatuh sembarang arah.

"Kyung. Ih ayo minum dulu. Kalo ngga aku siram ini air ke wajahmu," ucap keras Lay yang hendak menyiramkan air minum itu ke wajah Kyungsoo.

Lagi dan lagi masih tidak ada pergerakan dari Kyungsoo.

'Tuhan. Apakah ini jawaban dari semuanya? Jika iya, kumohon, ubahlah takdir-Mu ini. Aku tidak ingin kehilangan sahabat terbaikku ini. Kumohon.' teriak Lay dalam batin

"Kyungsoo.... Gausah bercanda ih. Ngga lucu," lirih Lay dengan diiringi liquid bening yang akan merembes keluar selepas ini.

"Kyungsoo......"

Lay tidak ingin apapun kini. Ia hanya ingin sosok sahabatnya ini selalu berada disampingnya—seperti dulu. Ia tidak ingin barang, harta, kedudukan, dan apapun itu.

Ia hanya ingin satu.

Kyungsoo selalu berada disampingnya seperti dulu.

Lay bertingkah layaknya orang gila. Ia terus menggoyang tubuh Kyungsoo, memukul tubuh Kyungsoo, menyentuh luka memar Kyungsoo—tidak ada jawaban.

'Tuhan...... Jangan mengambilnya saat ini.... Ini bukan waktu yang tepat...... Kumohon...." paraunya dalam batin.

Lay memeluk erat tubuh Kyungsoo, membiarkan ia menangis dalam pelukan dingin Kyungsoo saat ini. Air mata itu berangsur-angsur merembes keluar—hingga kini membasahi baju pasien Kyungsoo.

Badannya bergetar hebat. Isakan tangis memenuhi seluruh ruangan.

Lay tahu. Sekuat apapun bocah didalam pelukannya kini, sekuat apapun benteng yang ia bangun dalam dirinya, tetap saja akan rapuh pada waktunya. Dan kini saatnya, bocah manis, Do Kyungsoo, beristirahat dengan tenang.

"Kyung..... Liat deh. Awannya lebih bagus saat ini. Awan seakan mengerti kondisimu," lirih Lay dalam isakan tangsinya.

Detik ini. Do Kyungsoo, namja kuat dalam menjalani hidup yang penuh dengan kesengsaraan, kini, Tuhan membuatnya menjadi namja yang lemah. Lemah, tak kuat lagi melanjutkan perjalanan hidup dikemudian hari.

"Kyungsoo...... Kamu tidur yang tenang yah. Kamu gausah khawatir, aku akan selalu mengunjungi tempat tidur terakhirmu nantinya. Selamat Tinggal, Do Kyungsoo," bisikku pelan disamping telinganya yang semakin dingin.

Fin

Maaf atas kebohongan yang pernah ku rancang sedemikian rupa untuk bisa pergi darimu. Membuatmu kecewa sungguh bukan pilihanku, maaf jika aku tidak seperti apa yang kamu harapkan.

Jangan menangis. Aku masih bisa melihatmu dari atas sini.

Kamu adalah Duniaku.

—Do Kyungsoo.

this hurt ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang