✍🏻 Screamed in Pain

1.2K 129 11
                                    

Cahaya putih terang menusuk mengenai retina Kyungsoo. Kedua matanya ia buka perlahan-lahan seraya menggeleng-gelengkan kepala guna memperjelas padangan. Matanya memicing memandangi kondisi tempat posisinya saat ini—Kyungsoo tidak mengenali tempat ini.

Banyak senjata tajam tertata rapi dirak hitam kecoklatan. Disetiap penjuru ruangan ini juga terdapat Tjusig dengan puluhan ikat pinggang yang menggantung diatasnya.

Pandangannya kini terarah pada kaki dan tangannya. Kedua kaki serta tangannya diikat oleh tali tampar—sehingga ia sedikit merasakan perih diarea pergelangannya. Luka merah terlihat disekitar pergelangan kaki dan tangannya akibat ikatan tali yang begitu kuat.

Memorinya terulang kembali, bagaimana ia bisa berada ditempat ini. Ia terakhir kali berada didepan gedung V Company menunggu taksi datang, namun justru yang datang adalah pria berbadan besar. Setelahnya ia tidak tahu menahu apa yang terjadi selanjutnya.

"Dimanakah aku? Ini seperti berada disebuah rumah. Namun mengapa disini terdapat banyak senjata tajam?" bisiknya dalam batin seraya memandangi sekeliling ruangan.

Cklek

Suara pintu terbuka dengan tiba-tiba mengejutkan indra pendengaran Kyungsoo. Derap langkah kaki seseorang berjalan mendekatinya dengan perlahan-lahan membuat sekujur tubuhnya merinding. Namun langkah tersebut tertehenti tiba-tiba.

Kyungsoo meyakinkan dirinya sendiri, bahwa ia akan baik-baik saja.

"Apa kabar, Do Kyungsoo?"

Suara yang terdengar kembali membuatnya merinding untuk kedua kalinya. Suara seseorang yang paling ia benci seumur hidupnya. Seseorang yang membuat Kyungsoo gila atas tindakan yang dilakukan orang tersebut.

"Hey, apa kabar?," suaranya menginterupsi Kyungsoo yang tengah bergerak gelisah untuk membuka tali tampar yang melilit dikakinya.

Kepalanya mendongak keatas, menatap seringai kecil yang dibuat orang tersebut.

"Lepasin gue! Gue ini dimana, Krystal!!?" teriak Kyungsoo frustasi kearah Krystal yang berdiri dihadapannya.

"Lo ngga perlu tau dimana, yang penting lo merasa tersiksa disini"

Krystal berjalan mendekati arah Tjusig disudut ruangan. Tangannya bergerak mengambil satu ikat pinggang yang menggantung diatasnya. Kemudian ia berjalan mendekati Kyungsoo yang terduduk lemas dilantai. Seringai mematikan Krystal terus ia nampakkan kepada Kyungsoo.

"Lo mau apain gue!? Jangan lecutin ikat pinggang itu kearah gue. Please, Kumohon!! Don't do it to me!!," teriak Kyungsoo meronta tak ingin pecutan ikat pinggang tersebut mendarat ditubuhnya.

Krystal dengan sifat kepala batu, ia tetap berjalan mendekati Kyungsoo dengan tangannya bergerak melecutkan ikat pinggang tersebut diudara. Langkahnya terhenti, tangannya bergerak akan melecutkan ikat pinggang tersebut kearah Kyungsoo yang memejamkan matanya.

Ctass

"ARGGHH!!!"

Lecutan ikat pinggang tersebut membuat sukmanya seakan sirna. Lecutan tersebut mengundang garis merah dibagian tangan kiri muncul dengan sakit panas membara disekelilingnya.

Ctass

Ctass

Ctass

Ctass

"ARGHHH!!"

Rasa perih menggetarkan sukma hingga membuat jiwa dalam diri tak kuat untuk menghadapi ini bagi Kyungsoo. Sudah puluhan kali ikat pinggang tersebut dengan ganasnya mendarat ketubuhnya. Darah segar yang dulu tak pernah keluar, kini kembali keluar kesekian kalinya untuk menjamah kulit Kyungsoo.

Kyungsoo menjerit meminta untuk tidak kembali menyiksanya. Cukup pada waktu itu saja. Benteng Kyungsoo kian lama rapuh. Benteng dalam jati dirinya hanya butuh kasih sayang yang dapat membuatnya kembali kokoh. Bukan siksaan fisik yang harus diberikan.

"Lo harus mati! Lo udah bunuh Kai!," teriak Krystal berjalan keluar ruangan meninggalkan Kyungsoo yang masih menjerit kesakitan.

Kyungsoo terus menjerit merasakan perih yang begitu parah ditubuhnya. Tangannya berusaha untuk membuka ikatan tali, namun ikatan tali tersebut tak kunjung terlepaskan. Terus ia berusaha, kemudian ide cermelang terlintas dipikirannya.

Matanya melirik menatap arah pintu ruangan yang tertutup, "Aku harus berusaha kabur."

Tubuhnya bergerak berusaha untuk berdiri sempurna, namun tubuhnya terus saja terjatuh kebawah. Kakinya berusaha membuat sikap jongkok, dan berhasil.
Kyungsoo tersenyum bahagia ketika ia berhasil mengambil posisi berdiri.

Ia melompat kearah jendela yang mengarah ke taman belakang rumah. Mulutnya bergumam, semoga ia berhasil untuk kabur dari sini. Mulutnya juga berdecak kesal karena jarak dari posisi ia duduk dengan jendela cukup jauh. Sehingga harus membutuhkan tenaga yang banyak untuk dapat sampai didepan jendela.

"Melelahkan, ini cukup jauh. Aku harus cepat-cepat untuk pergi dari sini. Sebelum Krystal menyiksaku lebih parah, " ucapnya sesekali menatap kearah pintu ruangan yang masih tertutup rapat. Tubuhnya bergerak mengambil posisi untuk keluar jendela.

"Eitsss, lo mau kemana?"

Tiba-tiba suara Krystal menginterupsi aktivitas Kyungsoo. Dengan pasrah Kyungsoo menghela napas panjang saat tubuhnya dihempaskan ke lantai oleh Krystal. Ada sedikit rasa nyeri pada tulang belakangnya saat mendarat dilantai.

"Lo ngga bisa kabur dari gue!," teriak Krystal dengan wajah penuh amarah kepada Kyungsoo.

Mata Kyungsoo menatap tangan kanan Krystal yang diletakkan dibelakang tubuh. Dirinya dibuat bingung, benda apa yang berada dalam genggaman Krystal.

Tangan kanan Krystal bergerak menunjukkan sesuatu yang membuat Kyungsoo heran bertanya-tanya. Sebuah besi. Bukan besi biasa, bagian setengah besi tersebut memancarkan bara menyala berwarna merah. Dengan asap tipis-tipis keluar dari sinar bara tersebut.

Krystal berjalan mendekati Kyungsoo, tidak melupakan smirk andalannya yang ia tunjukkan khusus untuk Kyungsoo. Tangannya menggerak-gerakkan besi tersebut seakan-akan besi tidak sabar akan menelusuri kulit Kyungsoo. Tangannya bergerak mendekatkan besi tersebut ke depan wajah ketakutan Kyungsoo.

Nyesss

Suara yang terdengar seperti benda panas yang dicelupkan kedalam air. Perih yang sangat amat parah melebihi lecutan yang tadi Krystal berikan pada Kyungsoo. Kulit putih tangan Kyungsoo melepuh dengan sisi-sisinya berwarna hitam gosong akibat besi panas tersebut.

Tidak hanya dikulit tangan, namun kulit kaki Kyungsoo turut serta Krystal tempelkan besi panas. Bahkan besi panas tersebut ikut serta menjamah kulit tubuh bagian atas Kyungsoo.

Air matanya tak kuat ia bendung lagi. Kini air matanya ia tumpahkan mengekspresikan bagaimana perihnya besi panas tersebut menyentuh kulitnya.

"Cukup!!!! Hentikan!!!," teriak Kyungsoo memohon agar Krystal menghentikan penyiksaan ini. Krystal yang merasa bahwa ini sudah cukup untuk penyiksaan yang dilakukan, kaki jenjangnya berjalan menuju jendela.

Dengan tangis isaknya, Kyungsoo menatap pergerakan Krystal yang kini terlihat mengunci jendela. Setelahnya, ia kembali berjalan keluar ruangan, meninggalkan seseorang yang tengah merintih kesakitan. Krystal sempat menatap Kyungsoo dengan tatapan sinis, dan smirk.

Terdengar suara kuncian pintu yang membuat Kyungsoo semakin lemah tak berdaya. Tidak ada akses untuk ia gunakan keluar dari ruangan ini. Kyungsoo hanya bisa pasrah dan menunggu suatu keajaiban datang menghampirinya.







"Bertahanlah, Do Kyungsoo. Aku akan segera membantumu untuk keluar dari tempat ini. Tuhan selalu bersamamu."

To Be Continued

Hai. Apa kabar? Semoga baik-baik aja yah. Jaga kesehatan.

Bagaimana ceritanya? Kirim pendapat dikolom komentar yah. Please.

Next or Stop? Really, Tell me.

Jangan lupa voment untuk support Author.
Makasih banyak udah vote

this hurt ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang