Part 17

681 31 0
                                    


Oke. Jungkook siap berangkat sekolah. Tidak. Keadaan yang memang memaksa ia sekolah. Tubuhnya sangat lemas. Bisa ditebak. Jungkook tidak bisa tidur tenang semalam.

Bukannya lebay atau apa. Memang begitu sifat tubuh Jungkook. Lemah dan mudah sakit. Tak bisa dipaksa. Yang ada malah berakhir dilarikan ke rumah sakit seperti tempo hari.

"Hei Jung. Prmu sudah?" tanya Mingyu yang setiap pagi selalu mengulang pertanyaan yang sama.

Jungkook hanya menggeleng sebagai jawaban. Kepalanya tetap ditenggelamkan di antara lipatan tangannya. Menunduk.

"Jung? Kau tak apa?" kali ini dengan suara yang berbeda. Suaranya sangat familiar. Taehyung.

Jungkook mendongak. Lalu berusaha untuk tersenyum. "Ya. Aku.. tak apa.." ucap Jungkook pelan.

Tidak tidak. Lagi lagi ini bukan Jungkook yang biasanya. Ia tidak yakin Jungkook benar baik baik saja.

"Jung. Jangan berbohong." ucap Taehyung lalu mengusap pelan pucuk kepala Jungkook. "Ceritakan padaku."

Jungkook menggigit bibir bawahnya. Ia tidak mau menceritakannya. Lagipula mulai dari mana dia cerita.

"Mm.. I-itu. Aku---"

Tiba tiba bel masuk berbunyi. Membuat Jungkook terpaksa menghentikan ucapannya. Dan Taehyung kembali ke bangku asalnya.

"Istirahat. Oke?" ucap Taehyung dibalas anggukan oleh Jungkook.

Dilihatnya bangku Kai yang masih kosong. Berandalan memang. Baru masuk sekolah baru langsung terlambat.

.
.
.

"Jadi? Apa yang terjadi?" tanya Taehyung.

Jungkook hanya menggeleng. Lalu melempar pandangan ke bangku Kai. Kosong.

"Ceritakan. Apa susahnya sih?" ucap Taehyung.

Baiklah. Jungkook memberanikan diri untuk bicara.

"I-itu. J-jadi saat aku bersamanya di toilet--"

"Apa dia melakukan sesuatu padamu. Jangan segan untuk menceritakannya. Akan kuhajar brengsek itu." ucap Taehyung mengepalkan tangannya.

"Bukan bukan." dengan cepat Jungkook menggeleng. "Aku tidak diapa apakan kok."

"Lalu?" tanya Taehyung.

"Aku diberi dua pilihan. Aku harus menuruti permintaannya. Terima atau tolak. Hanya itu."

"Jawabanmu?"

"Tentu saja tidak."

"Bagus."

"Tapi dia terus menggangguku. Bahkan-- tadi malam dia bilang-- dia menelponku."

"A-aku takut. Aku tidak bisa tidur tenang semalam.." ucap Jungkook pelan.

Ctak!

"Akh! Sakit!" pekik Jungkook kesakitan saat Taehyung menjitak kepalanya.

"Bodoh. Kenapa tidak menceritakan padaku dari kemarin?" Taehyung.

Jungkook mendengus kesal. "Kau kira menceritakannya mudah. Tinggal cerita begitu?"

"Kau mau menginap di rumahku?"

Dengan cepat Jungkook menggeleng. "Tidak!"

"Kenapa? Daripada kau diintai beneran. Bagaimana bila kau diintip saat mandi. Diintip saat memuaskan diri?"

Bukh!

Sip. Kali ini Jungkook yang memukul kepala Taehyung. Menggunakan buku. Pasti sakit.

"Aku tidak pernah seperti itu bodoh. Beda denganmu." ucap Jungkook.

Taehyung hanya menggangguk. "Jadi itu alasan kau pingsan saat mengeluarkan spermamu. Ternyata belum terbiasa. Padahal baru dua kali. Belum beberapa ronde nanti." ucap Taehyung frontal.

Bugh!

Digaplok (4)

Taehyung malah cekikikan. Sinting memang.

"Jadi. Mau tidak? Menginap di rumahku."

"Tidak. Aku bukan manusia lemah yang takut hanya karena diintip." ucap Jungkook percaya diri.

"Bukan itu. Memang kau mungkin tetap aman. Tapi orang itu akan makin nafsu melihatmu. Makin mengejarmu. Makin suka menjadikanmu sebagai objek fan--"

"Stop! Jangan katakan apapun. Kau boleh mengatakan semua yang kau suka. Tapi jangan mengatakan soal objek fantasi.." ucap Jungkook sambil menundukkan kepalanya.

"Itu terasa sangat menakutkan.." lanjutnya.

"Ah gila!" pekik Taehyung tiba tiba. Membuat Jungkook tersentak kaget.

"Kau menggemaskan sekali astagaa! Aku ingin memakanmu sungguh. Aish. Aku bisa gila." ucap Taehyung gemas.

Digaplok (5)

"Aku tidak menggemaskan!"

Bel berbunyi. Menandakan bel istirahat selesai.

Jungkook maupun Taehyung terdiam.

"Waktu istirahatku habis."
.
.
.

"Jung. Kau yakin tidak ingin menginap di rumahku?" ucap Taehyung sambil mengemasi barang barangnya. Bersiap untuk pulang.

"Tidak. Lalu bagaimana dengan kakakku? Bagaimana kalau brengsek itu beralih ke kakakku. Tidak lucu." ucap Jungkook.

Ya. Jungkook sangat peduli dengan kakaknya. Kenapa? Ya karena dia kakaknya lah.

"Baiklah.. Hubungi aku bila terjadi sesuatu okay?" ucap Taehyung lalu beranjak keluar kelas.

Jungkook hanya mengangguk mengerti.

haha. aku berasa punya pacar bila begini.

Batin Jungkook sambil senyum senyum sendiri. Bahkan Jimin yang melihatnya bergidik ngeri.

.
.
.

"WHAT THE HELL?!" pekik Jungkook tak terima.

"Iya Jungkook. Ini terpaksa. Kau tahu kan rumah ini dengan kampusku sangat jauh. Yakali aku pulang pergi terus. Kuharap kau bisa mengerti kookie." ucap Nayeon pelan lalu mengusap kepala adik tersayangnya dengan lembut.

Membuat Jungkook mendadak tenang.

"Tapi kak-- aku tak mau sendirian."

"Tenang saja. Kau boleh membawa teman kapan saja. Aku tidak akan melarang. Okay?"

"Tapi kak. Kakak yakin? Bukannya daerah kampus kakak itu mengerikan? Apalagi di malam hari." ucap Jungkook berusaha mempengaruhi Nayeon.

"Tak apa. Aku dan Jin hyung berada dalam apartement yang sama."

"Kak... aku tak mau.." ucap Jungkook pelan. "Bahkan kakak belum kerja. Ayolaah.. Bukankah dulu tidak masalah bolak balik ke kampus?"

"Itu dulu kookie. Kau tahu kan betapa sibuknya mahasiswa semester terakhir?" ucap Nayeon lembut. "Semua akan baik baik saja. Okay?"

"Aku tak mau sendirian. Dulu eomma dan appa. Kenapa sekarang kakak juga? Aku tak mau..."

Jungkook menggigit bibir bawahnya.

"Kak.. jangan seperti ini." Jungkook menunduk. Meremat bajunya kuat.

Nayeon menatap sendu adiknya.

"Kenapa mendadak sekali.." ucap Jungkook benar benar lirih.

Jangan salahkan Jungkook yang manja dengan kakaknya. Jungkook akui dia memang manja. Hanya dengan kakaknya. Tidak dengan orang lain.

"Ayolah Kookie. Kau juga sudah besar kan?"

"J-jangan pergi--" ucap Jungkook lirih. Nafasnya sesak tiba tiba. Matanya memerah.

"Kookie-- hanya sebentar. Okay? Hanya sebentar. Aku akan datang kapan pun kau membutuhkanku."

Akhirnya Jungkook terpaksa mengangguk pasrah. Mau bagaimana lagi memangnya?

"Aku berangkat ya? Jaga diri baik baik. Hubungi aku bila membutuhkan sesuatu." ucap Nayeon. Sebenarnya ia juga tak tega mau meninggalkan adiknya.

"Hati hati di jalan kak..." ucap Jungkook sambil tersenyum. Lalu melambaikan tangannya.

Your Good Side [Vkook in ur area]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang