3. Morning Practice

866 177 21
                                        

Morning Practice pertama sampai ke empatku menjadi free class karena Mr. Jay sedang keluar kota. Mengurus Rebels yang semakin hari semakin banyak saja pengikutnya.

Tepat di hari Sabtu, akhirnya aku akan merasakan Morning Training perdanaku. Kenapa hari Sabtu pagi? Aku juga tidak mengerti. Disaat anak-anak lain sedang tidur, kami sudah harus bangun dan berlari ke lapangan indoor.

Berdasarkan penuturan Kakak Tingkat sekaligus teman satu kamarku– Joy, di angkatannya tidak ada Morning Practice. Katanya mungkin Morning Practice itu hanya ada di Special Class #10.

Ah, jadi kepikiran lagi.

Kalau memang yang hadir dalam Morning Practice hanya anak SC #10, berarti aku harus bertemu Jeffrey lagi.

Semenjak insiden mengetahui kekuatannya, aku jadi suka malu untuk bertemu mata dengannya. Bahkan untuk bermonolog didalam pikiranku saja aku sudah tidak bisa. Saking malunya.

Mulai sekarang aku harus memperhatikan Mr. Simon di pelajaran Securing, dimana ia mengajarkan kami untuk mengamankan pikiran, penglihatan, dan body language saat berhadapan dengan orang yang mencurigakan.

"SPECIAL CLASS!" suara lantang Mr. Jay membuat kami yang sedang bersantai di pinggir lapangan langsung berdiri dan memasang pose siaga.

Wah, Mr. Jay ini adalah definisi manusia sehat. I mean, look at him. Sudah pantas sekali dia yang ditugaskan untuk membina kami di Morning Practice.

Potongan rambut yang terlihat sangat fresh, senyum kecil diwajahnya, oh and let's not forget about the arm tattoos. Mungkin kalau Pete Wentz sudah capek jadi anak band, dia bisa melamar disini dan bertemu Mr. Jay supaya mereka jadi duo hot sauce.

Wajahku seketika memerah saat Jeffrey menatapku dengan tatapan geli.

Aku lupa, betulan.

Ia berdiri tepat di sebelahku saat Mr. Jay memerintahkan kami semua untuk melakukan stretching sebelum memulai practice hari ini. Wajahnya terlihat betul-betul seperti orang yang terhibur.

"Dari semua monolog pribadi anak kelas ini, cuma punya kamu yang aneh sekaligus menghibur," bisiknya.

Oh, wow? Apakah tadi sebuah compliment?

Ia mengedikkan bahunya, "Mungkin bisa kamu jadikan pujian. Tapi jangan lupa, dia itu guru."

Hhhh, aku memutar bola mataku dan mengalihkan pandanganku kembali ke Mr. Jay.

No more self monologue, I can do this.

Jeffrey yang berada disebelahku mendengus geli. Dan aku berusaha untuk tidak peduli.

Setelah melakukan gerakan stretching tanpa mengeluh didalam pikiranku, aku pun meregangkan tubuhku di bagian belakang lapangan indoor bersama Lisa dan Jenna.

"Emang kamu ada apa sama Jeffrey?" tanya Jenna.

Aku mendengus dan mengalihkan pandanganku kearah Mr. Jay yang sedang berbicara dengan lelaki.. entahlah aku tidak pernah melihat anak lelaki itu. Hanya saja wajahnya seperti familiar.

Aneh kan?

"Nggak ada apa-apa tuh. Dia berisik kayak Mr. Max," ujarku sambil mengikat tali sepatuku.

"Class," Mr. Jay mencoba untuk menarik perhatian kami untuk yang kedua kalinya.

Kini ia tidak sendiri di depan.

Di sebelahnya ada anak laki-laki, mungkin seusia kami semua. Badannya tinggi. Matanya tajam. Sosoknya mengeluarkan aura-aura pemimpin.

Pemimpin masa depan. Heheheh.

PaviaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang