13. Lucky I'm In Love..

699 113 4
                                    

..with someone, wow.

It's the start of something new. He's just.. everywhere, and I happen to catch the butterflies when I'm not under the spell. Even when I'm under the spell, the spell will soon fade away once I we locked our eyes.

Aku tidak tahu apakah aku harus membagikan informasi ini kepada Mr. Max atau tidak.

Ini sungguh memalukan.

"You can do better, c'mon!" huh, iya. I can do better.

Keep your head in the game, Roseanne.

"Roseanne, I can read your mind. What is it?" NOOO, not you.

Jeffrey menundukkan tubuhnya sedikit sehingga kami sejajar dan meletakan tangan kanannya  di atas dahiku tanpa bilang permisi. Tiba-tiba saja aku merasakan dingin di sekujur tubuhku. Elsa? Jack Frost? Someone from New Mutants?

Akal sehatku benar-benar pergi seiring berkurangnya jam tidurku.

Sudah beberapa hari ini aku kesulitan untuk mengistirahatkan mataku, bahkan tidur 15 menit pun tidak bisa. Semuanya karena segala kejanggalan kutukan itu.

"Jeffrey, kamu tau nomornya Mrs. Clara?" Jeffrey terdiam sebelum menganggukkan kepalanya.

Ia merogoh saku celana olahraganya dan berhenti, "Untuk apa? Kamu ada urusan apa? Saya nggak bisa kasih ini sembarangan," ekspresinya begitu serius sampai-sampai aku tidak bisa menahan tawaku.

"Ada yang mau ditanyain tentang buku kutukan," jawabku sambil tertawa.

Menganggukkan kepalanya tanda mengerti, akhirnya Jeffrey memberiku nomor Mrs. Clara.

Sudah beberapa hari ini Jeffrey selalu datang ke rumah Kak Junior untuk mengajarkanku bagaimana cara mengontrol kekuatan baruku agar tidak sembarangan menarik energi orang.

Sekarang kami berdua sedang mengambil waktu istirahat, well, hanya aku, karena sedari tadi Jeffrey kerjanya hanya mengomeliku dan aku butuh istirahat itu. Fisik dan mentalku bisa beristirahat sebentar.

"Oh, iya. Saya baru dapat kabar kalau sudah beberapa hari ini Row putus kontak dengan teman-teman kita," kata Jeffrey tanpa ekspresi.

WHAT?!!!

***

"Jadi gitu ceritanya.." ujarku sambil menundukkan kepalaku. Tidak berani melihat ekspresi Mrs. Clara di layar laptopku.

Setelah berusaha menghubungi Mrs. Clara, aku berusaha untuk menceritakan segala kejanggalan yang aku rasakan dengan sedikit rasa malu karena dulu aku begitu vokal menyuarakan rasa benciku.

Mrs. Clara tertawa terbahak-bahak sampai-sampai ponselnya terjatuh, membuat layar ponselnya seketika menampilkan sebuah langit-langit ruangan yang sudah tidak asing lagi bagiku.

Saat tawanya sudah reda, layar laptopku kembali lagi menampilkan wajah Mrs. Clara, "Kamu tau kan fortune telling itu bagian dari kekuatan Mrs?" ujarnya sambil menyeka air matanya.

Aku menganggukkan kepalaku.

"Waktu kita di Perpustakaan tempo hari, Mrs. Clara udah bisa baca semuanya. I had visions," Mrs. Clara tersenyum lebar.

Tuhan.

Tolong hapus segala memori ini.

"Susah ya naksir sama mind reader?" tanya Mrs. Clara dengan nada isengnya.

"I don't like hi-"

"- my Gods! You love him already, Rosie Posie?" tanya Mrs. Clara, menyela kalimat pembelaanku.

PaviaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang