8. Trapped

698 160 11
                                    

800 detik lamanya aku terjebak didalam elevator yang tidak memiliki banyak ruang untuk bergerak ini bersama Jeffrey.

Kami berdua sama-sama mengatur napas, berusaha untuk tidak panik, dan terdiam. Lebih memilih untuk berkutat dengan pikiran masing-masing.

Hanya seorang June lah yang bisa kami andalkan sekarang.

Semoga ia benar-benar memanggil Mr. Jay agar kami berdua terbebas dari elevator yang sedang diberhentikan menggunakan sebuah kekuatan jahat oleh salah seorang rebels.

Child.. my child.. can you hear me? Do you need me? I can give what you want. I'll give you everything. Just whisper my name 3 times, and I'll free you.

Aku menutup telingaku.

Aku kira aku hanya kurang tidur.

Tunggu..

Terakhir kali mendengar suara ini, aku ditemukan tergeletak tidak berdaya di depan sekolah.

Tidak hanya itu. Setelah mendengar suara parau yang berkata bahwa aku baru saja berhasil memanggil 'ratunya', keningku terbentur benda keras yang mengakibatkan keluarnya darah segar, yang kuberikan pada vampire secara cuma-cuma.

Hanya saja, vampire itu tidak nyata.

Jadi entah siapa yang berhasil mengambil darah segarku. Intinya saat terbangun kepalaku sudah berhenti pendarahan, dan Jeffrey sudah berada di hadapanku dengan wajah cemasnya.

Do not be afraid to reach out to me. It is me, your parent.

Bulu kudukku seketika naik saat suara itu datang lagi.

Aku melihat kearah Jeffrey untuk memastikan bahwa ia bisa mendengar suara itu juga. Dan Jeffrey pun sudah menatapku dengan tatapan horrornya.

Ia bisa mendengar suara itu.

Aku tidak sendirian.

"The hell was that.." bisikku.

Jeffrey menggelengkan kepalanya sebagai jawaban. Ia menyatukan kedua tangannya dan kembali menatapku. Menungguku untuk mengeluarkan pertanyaan lagi.

"Aku takut.. suaranya dari kemarin udah ada dimana-mana," bisikku lagi, kini aku sudah merubah posisi dudukku agar lebih dekat dengan Jeffrey.

It shall begin, My Child. You will unite as one. The power of love never fail you.

Aku menutup mataku sejenak. Mengatur detak jantungku.

Sungguh, apapun yang dikatakan oleh suara itu— aku tidak mengerti semuanya. Makna apa yang ada dibalik kata-katanya?

Mengapa suara itu bisa didengar Jeffrey juga?

"Roseanne, dengar saya," Jeffrey membenarkan posisi duduknya, "suara ini adalah suara dari rebels yang menggunakan ilmu hitam. Kita tidak boleh terhasut oleh suara ini."

No, My Child. You're dead wrong. You shall follow my instructions. But first, whisper my name 3 times. You already know it.

"Nggak, aku nggak tahu."

Ya, Tuhan. Jika aku harus mati karena suara-suara yang bisa membunuhku ini, tolong beri tahu Junior– Kakakku, bahwa aku lah yang mengambil 20 AUD di dalam sakunya semasa aku SMA.

Lalu tolong beri tahu Richard bahwa Kakak favoritku yang sebenarnya adalah Junior, bukan dia.

"We're not dying, Roseanne."

Iya, Jeffrey. Tapi aku hanya ingin jaga-jaga. Biasanya kalau sudah mendengar suara-suara aneh, ada 2 kemungkinan.

1. Aku berhalusinasi. Tetapi Jeffrey juga bisa mendengarnya. Berarti, kami berhalusinasi.

2. Kiamat sudah dekat.

Just in case, opsi kedua benar-benar terjadi, aku sedang menulis surat wasiatku. Didalam pikiranku.

"Ini bukan waktunya untuk bercanda," ujar Jeffrey tegas.

Aku melihatnya seakan-akan dia itu sudah gila, "Siapa yang bercanda? Aku serius!" balasku tidak santai.

Jeffrey menggelengkan kepalanya dan kembali fokus untuk mendengarkan suara-suara lain, yang aku yakin diharapkan sebagai suara pikiran June maupun Mr. Jay.

"Aku pingsan karena suara itu."

Tangan Jeffrey berhenti menekan tombol darurat, matanya menyala seperti elang. Tatapannya membuatku mau tidak mau harus melihat ke arah lain.

Jeffrey menekan pipiku dengan telunjuknya, "Kamu dengar suara itu dari jauh hari?" tanyanya.

Aku menganggukkan kepalaku sebagai jawaban.

"Kamu tahu semua yang dikatakan suara itu maksudnya apa?" tanyanya lagi.

Kini gelengan kepala lah jawabanku.

"Kamu pingsan karena suara ini?"

Suara dentaman yang cukup keras dari sisi atas elevator ini membuatku dan Jaehyun berhenti sejenak dan menoleh keatas.

Tidak ada sesuatu yang spesial.

Ding!

Pintu elevator terbuka.

8 anak SMA dengan senyum penuh kemenangan di wajah mereka menyambut kami berdua.

Satu per satu mereka mulai mendekat kearahku dan Jaehyun.

"Don't, he's strong enough to fight all of us. We'll just give them the medicine," ujar salah satu dari 8 anak itu.

Dan detik berikutnya aku kembali tak sadarkan diri.

***

Terjawab sudah siapa orang yang berhasil mengambil darah segarku.

8 orang di hadapanku, dengan wajah yang tidak jauh berbeda dari predator yang sedang membidik mangsanya itu lah orang-orang yang mengambilnya.

Aku tidak mengerti apa tujuan mereka mengambilnya.

Tetapi sebagai orang waras yang mau memecahkan dan menulis kesimpulan dari penelitian yang sudah berlangsung beberapa menit di dalam otakku, aku akan menarik sebuah kesimpulan.

Kesimpulan tersebut adalah, 8 anak SMA yang wajahnya tidak tampan tetapi tidak jelek juga itu adalah segerombolan hippies yang bercita-cita menjadi klan vampire. Maka dari itu, mereka mengambil sample darahku.

Mungkin menurut mereka di dalam darahku terdapat zat yang nantinya akan membuat reaksi ke-vampirean mereka terbangun dari tidur lelapnya.

Who knows.

"She really is the soul keeper," salah satu dari mereka memperhatikan wajahku agak lebih lama dan tersenyum.

Okay, bukan segerombolan vampire wannabe.

Mungkin yang ini lebih parah lagi dari para vampire wannabe. Mereka melibatkan ilmu hitam karena aku dapat melihat garis-garis di lantai. Garis yang dibentuk secara acak mengelilingi sebuah batu.

Begitu juga dengan pergelangan tangan mereka.

Masing-masing memiliki tattoo yang melingkar mengelilingi pergelangan tangan mereka.

Sekelompok Pengabdi Setan!

Celakalah aku.

PaviaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang