11. Lavender Bloom

540 122 14
                                    

5 restless nights and endless aromatherapy, akhirnya aku menyelesaikan semester pertama dalam masa perkuliahan ini.

Senangnya bukan kepalang.

Hari ini, aku dijemput oleh Kakakku – Junior, untuk tinggal bersamanya selama liburan ini di Georlaxh!

Akhirnya aku kemari juga.

Di Georlaxh itu berkumpul segala jenis orang-orang penting karena Georlaxh adalah pusat pemerintahan. Lain halnya dengan Pevaria, Georlaxh lebih banyak tempat-tempat wisata.

Kota sibuknya, ya Georlaxh.

"Kakak dapet telfon dari Mr. Max," wow, berita buruk.

Seperti sedang menunggu punchline, aku berusaha untuk tidak menjawab itu. Suasana begitu hening.

Seakan mengerti, Kak Junior memperlambat pergerakannya dan merangkulku, "Kamu besok menghadap Parlemen di Georlaxh pusat. Nanti teman kamu Jeffrey juga ikut menghadap," wow, ternyata benar-benar buruk.

Tetapi kenapa Kakakku malah tersenyum lebar?

"Gimana sih? Senyumnya mana?" tanyanya.

Aku memiringkan kepalaku, "Maksudnya?"

Dia menarik pipiku gemas, "Kamu itu besok mau menghadap Parlemen, berarti bakalan ketemu Raja dong! Pasti Mama sama Papa bangga deh sama kamu!" ujarnya penuh semangat.

Oh?

Bertemu.. orang paling terpandang di dunia ini?

"Oh..... yay?" balasku seadanya.

Bukan itu yang kupikirkan. Hanya saja aku merasa aku ini sangat berbahaya. Beberapa hari belakangan aku hanya berlatih bersama Mr. Max untuk mengatur emosi serta mengeluarkan energi.

Oh? Belum dapat kabar ya?

Aku punya kekuatan baru selain Healing?


***


Kurang lebih sudah sekitar 10 menit aku dan Kak Junior duduk berdampingan di salah satu ruang kedap suara yang begitu besar. Kurang lebih juga sudah sekitar 10 menit Jeffrey menahan tawanya akibat monolog didalam kepalaku ini.

Padahal ia bisa saja kan mengatur yang mana yang ingin ia baca?

Kenapa coba harus membaca pikiranku yang isinya tidak lebih dan tidak kurang drama singkat tentang apa yang aku hadapi saat bertemu Bapak Mulia. Duh, manggil Raja tuh gimana sih?

"Yang," ujar Jeffrey tiba-tiba.

Aku menoleh kearahnya, begitu juga Kakakku. Sedangkan Omnya Jeffrey sudah memandang aneh ponakannya itu, "Bocah bau kencur manggil siapa itu Yang Yang Yang aja?" serunya sambil menggelengkan kepalanya.

Bau kencur. Omnya Jeffrey nampaknya bisa kujadikan panutan dalam sambat menyambat didalam pikiranku.

Jeffrey memutar bola matanya, "Pake Yang, bukan Bapak. Yang Mulia," OH. Hehehe, kenapa sih. Kan bisa bilang dari awal.

Omnya Jeffrey dan Kakakku hanya menatap Jeffrey seperti menatap orang aneh. Ya, memang dia perlu ditatap begitu! Lanjutkan Kak, Om!

"Kamu liburan ini mau latihan pedang-pedangan nggak?" tanya Omnya Jeffrey.

Hening. Kakakku menutup matanya sambil mengatup bibirnya. Jeffrey menatap Omnya dengan tatapan tidak percaya. Sedangkan aku sedang bingung. Memangnya ada latihan pedang ya?

PaviaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang