Saat selasar senja merengkuh bantala
Lagi-lagi teringat jika kita bukan lagi kita
Aku meringkuk di gelapnya sudut ruangan
Banyak jejalan aksara memberontak ingin di lisankan
Hilang arah di tengah rancunya delusi
Tenggelam dalam keruhnya kubangan persepsi
Sedang kau, tanpa berdosa berlalu dengan sadar
Padahal tahu aku berharap padamu dengan sabarSendiri, nikmati pilunya gema tangisku
Masih adakah yang lebih kacau dari aku?
Air mata jatuh berdebam menjejak lantai
Aku bagai tawanan yang terbelenggu eratnya rantai
Rapuh, kehilangan sepasang lengan tempatku meluruh
Terombang-ambing, aku lupa caranya bersauh
Sedang kau, egomu mengharuskanmu untuk tidak menoleh
Seakan lupa sedalam apa luka yang kau toreh
KAMU SEDANG MEMBACA
Nonentity
PoetrySemu yang kau anggap satu Bersama laju sang waktu Merangkak mencari warasku Aku tetaplah aku Seseorang yang tak berarti untukmu ~Nonentity Bahasa//English