Wajah pias yang mengintip dari balik mega
Ada rindu yang menggantung di udara
Resah yang mendamba tenang
Nyeri yang bahkan menusuk tulang
Sebuah nama yang selalu ada dalam setiap degub dada
Sampai kapan aku berduka?
Satu?
Dua?
Atau bahkan tiga tahun?
Selalu kau katakan "lambat laun"
Tapi tiap detiknya terasa menyayat nurani
Bagaimana tidak, aku masih menanti kau mengerti
Badra, saksi bisu beratnya setiap helaan napasku
Saat tanpa peduli kau genggam erat tangannya, wanitamu,didepanku
KAMU SEDANG MEMBACA
Nonentity
PoesiaSemu yang kau anggap satu Bersama laju sang waktu Merangkak mencari warasku Aku tetaplah aku Seseorang yang tak berarti untukmu ~Nonentity Bahasa//English