Jisung hanya terdiam sambil menatap langit-langit kamarnya. "Jaemin hyeong tidak menyukai Siyeon nuna?" Gumam namja itu.
Benar. Tadi, setelah ia mengungkapkan perasaannya soal Siyeon ke Jaemin, kakaknya itu malah tertawa. Sungguh. Jisung bahkan sampai berfikir kalau Jaemin sengaja bersikap seperti itu, tapi nyatanya, Jaemin benar-benar tulus menertawakannya.
...
"Siyeon? Park Siyeon?"
Jisung mengangguk.
"Siyeon yang kemarin menjengukku?"
"Ehm. Iya." Jisung menunduk.
"Astaga Jisung, kenapa kau tidak pernah bilang-terimakasih" sela Jaemin pada pelayan yang mengantarkan pesanan mereka. "Mwoya, kau kan bisa mengatakannya padaku. Tsk. Kenapa harus diam begitu." Jaemin menggeleng, heran dengan sikap adiknya itu.
"Hyeong-tidak menyukai Siyeon nuna?"
"Na?" Jaemin menunjuk dirinya sendiri. Jisung mengangguk. "Mwoya, aku tidak menyukainya. Kami berteman, makanya kami dekat."
"Tapi...kemarin...di kamarmu-maksudku-Siyeon nuna-" Jisung menggigit bibir bawahnya.
"Uhuk!" Jaemin tersedak ramyeonnya. "Hya, jangan bilang kau-"
Jisung lagi-lagi mengangguk, membuat Jaemin mengacak rambutnya. Astaga...ia sudah melukai Jisung.
"Keuge-em..bagaimana menjelaskannya." Jaemin melirik ke arah Jisung, dilihatnya adiknya itu tengah menikmati odeng. "Mianhae, sebenarnya, aku tidak sengaja mengerjainya, tapi- dia tiba-tiba..menciumku." Kalimat Jaemin melirih. Dan Jisung memahami itu.
"Gwaenchana hyeong, lagipula sepertinya Siyeon nuna menyukaimu."
"Kau tetap harus berusaha, kalau kau memang menyukainya, tunjukkan."
....Jisung hari ini bangun terlambat dan tentu saja membuat seisi rumah menjadi repot. "Mwoya, kebiasaan sekali dia." Jaemin mencibir sambil menikmati sarapannya, mengabaikan ayah dan ibunya yang sibuk membantu menyiapkan kelengkapan Jisung.
"Kau tidak melihat dasi Jisung?" Siwon meletakkan susu di samping piring makan Jaemin.
"Tidak. Mungkin di mobi? Bukankah-"
"Ahh..benar."
Lalu Siwon bergegas ke garasi, Jaemin hanya menggeleng. "Padahal bisa dipakai di mobil."
Dengan bantuan dua orang tua super itu, Jisung bisa selesai tepat waktu, walaupun dia harus sarapan di dalam mobil. "Jaem, apa sepulang sekolah kau sibuk?"
"Aniya, waeyo appa?"
"Bisakah kau membantu ayah untuk mengambil pesanan kue di toko roti dekat sekolahmu?"
Jaemin mengangguk.
"Kau mau ikut?" Bisik Jaemin pada Jisung.
"Hem? Ingin..tapi aku harus berlatih untuk olimpiade bulan depan."
Jaemin mendengus. "Mwoya, setelah aku membantumu mendekati Siyeon, kau malah seperti ini."
Jisung melotot. "Ya! Hyeong..."
"Siyeon?" Siwon menatap dua putranya dari kaca mobil.
"Eoh, nae chingu. Jisung menyukainya."
HYEONG!!!"
Lalu mobil itu dipenuhi tawa.
---Siyeon segera berlari begitu melihat Jaemin di depan gerbang sekolah mereka. "Jaemin!" Teriak yeoja itu. Tapi sepertinya namja itu tak mendengar karena sibuk dengan ponselnya, membuat Siyeon menghela nafas. "Apa dia marah karena-aishh...apa yang sudah aku lakukan!"
Jaemin sibuk melihat gambar kue yang dikirimkan ayahnya. Ya. Sebuah kue red velved yang dipesan ibunya untuk tetangga baru mereka. "Aish...kenapa appa tidak mengambilnya sendiri, kuenya besar sekali." Gumam namja itu saat melihat detail ukuran kuenya.
Suara bel terdengar begitu dia memasuki toko roti itu. Aroma kue bahkan sudah membuatnya lapar.
"William! Astaga!! Ya!"
Suara pekikan membuat Jaemin terkejut. Pasalnya toko roti itu terbilang sepi, jadi suara teriakan itu terdengar begitu jelas. Jaemin hampir saja terjatuh saat seorang anak berusia sekitar empat tahun menabraknya. Anak yang menggemaskan. "E-eh." Jaemin semakin heran saat anak itu bersembunyi di balik tubuhnya. "Noo-na. Lami noo-na museowo." Ucap anak itu.
"Huh? Astaga..kau menggemaskan seka-li"
"Ya! William kau-eoh, anyeonghaseyo."
Jaemin segera berbalik begitu mendengar suara sapaan. Dan detik itu juga waktu terasa terhenti untuk Jaemin. Di depannya kini berdiri seorang gadis berambut hitam panjang dengan wajah manis yang penuh dengan cream-cheese?
"A-anyeong-haseyo." Jawah Jaemin gugup. Astaga..kenapa dengan cara bicaranya.
"Maaf, adikku memang sangat nakal. Ya, William, kemari, eomma akan memarahimu kalau tahu kau seperti itu pada pelanggan." Gadis yang berdiri di hadapan Jaemin itu melambaikan tangannya pada William, anak kecil yang berdiri di belakang Jaemin.
"Shillo."
Gadis itu mendengus. "Arasseo. Tapi ingat, nuna tidak akan memberimu coklat-"
"Ne. William mianhae." Namja kecil itu berlari ke arah si gadis. Dan Jaemin masih terdiam seperti orang bodoh.
"Pintar, sekarang masuk dan menonton tv saja ne? Nuna akan melayani hyeong ini, arasseo?"
"Yess baby!"
Gadis itu hanya tersenyum, lalu beralih menatap Jaemin. "Selamat datang di Chocho Bakery. Ada yang bisa kubantu?"
Jaemin mengerjab. Cantik. "Em...i-itu...aku-aku Choi Jaemin." Jaemin mengulurkan tangannya.
Kini gadis di depannya mengeryit. "Ha? Ahh-cheonun Kim Lami ibnida." Lami menatap tangannya yang masih digenggam Jaemin. Namja itu buru-buru melepaskan tangannya, dasar Jaemin bodoh. Memalukan.
"Aku-ingin mengambil kue ini." Jaemin menunjukkan kode barcode pada ponselnya yang ada di foto yang dikirimkan Siwon. "Ah..pesanan itu ya. Sebentar, akan aku ambilkan."
Jaemin masih mematung. "Astaga...jantungku."
***~~~tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Love of Life (COMPLETED)
FanfictionIni tentang perjuangan seorang ayah, luapan benci seorang anak, dan tentang kasih sayang dari orang-orang yang mengasihinya, Jaemin Suzy-Jisung Siwon