16

789 85 4
                                    

Siyeon mengerang pelan setelah hampir satu jam tak sadarkan diri di ruang kesehatan. Jaemin yang sejak tadi duduk di sudut ruangan, kini berjalan mendekat. "Sudah lebih baik?" Jaemin kini duduk di tempat tidur sebelah Siyeon, yeoja itu masih terdiam. Ia tak suka dekat dengan orang yang tak begitu ia kenal.
"Gumawo." Siyeon berkata pelan-tapi cukup didengar telinga Jaemin. Namja itu mengangguk.
"Jaebum saem bilang kau kurang istirahat, mungkin kau kelelahan karena-" perkataan Jaemin terpotong begitu Siyeon menatap tajam ke arahnya.
"Kita tak dekat, jadi tak perlu seperti ini. Aku ingin istirahat, terimakasih sudah menjagaku."
Siyeon memejamkan kedua matanya lalu berbalik, membelakangi Jaemin. Namja itu hanya terdiam, "Arasseo, tapi karena kita tak dekat, jadi bisakah kita berteman sekarang?"
Tak ada jawaban, "Karena kau diam saja, jadi aku anggap setuju. Anyeong Siyeon~ah."
--

"Jaemin~ah, apa kau berkelahi di sekolah tadi pagi?" Pria itu memberikan segelas susu pada Jaemin-ya-keduanya ada di rumah Suzy sekarang, mengingat wanita itu belum sembuh benar.
Jisung yang baru saja duduk hanya menatap heran ke arah keduanya. "Sauja?"
"Aniya-aku hanya menolong Siyeon tadi, dia kelelahan sampai hidungnya berdarah."
"Siyeon?" Siwon mengeryit.
Jaemin mengangguk.
"Yeoja?" Kali ini Jisung yang bertanya, Jaemin mengangguk. "Eii...hyeong, solma-"
PLETAK
"YA! HYEONG!" Jisung memekik karena Jaemin memukul kepalanya.
"Tsk, jangan bicara yang tidak-tidak."
Siwon terkekeh, "Jisung kan hanya bertanya, tidak perlu marah kalau kau tidak menyukainya."
Jaemin mendesis. "Molla, lebih baik aku melihat eomma." Namja itu kini beranjak dari duduknya, lalu setelah beberapa langkah berbalik. "Appa, kenapa appa dan eomma tidak benar-benar menikah saja, aku lelah harus pulang pergi seperti ini terus."
"UHUK!" Siwon hampir menyemburkan air yang dia minum, sedangkan Jisung terkekeh. "Maja, lagipula itu lebih baik, geutji hyeong?"
Jaemin mengangguk lalu kembali melangkah ke kamar Suzy. Jisung masih saja terkekeh, "Jadi kapan appa dan eomma akan menikah?"
Siwon hanya menatap Jisung sembari mengerjabkan kedua matanya, "Appa~"
"Eish...Park Jisung, neo jincaa.."
***

Haechan baru saja mau memanggil Siyeon begitu melihat gadis itu berjalan keluar gerbang, tapi ia urungkan karena yeoja itu terlihat sedang berbicara dengan seorang pria berseragam SHS lain-dan setelahnya gadis itu ikut naik ke atas motor sang namja.  "Eoh, aku baru tahu kalau dia sudah memiliki namjachingu."
Satu tepukan di pundak membuat Haechan tersentak. "Eish..kau mengagetkanku." Namja itu mendesis begitu melihat Jaemin ada di sampingnya.
"Waeyo?"
"Aniya-geunyang, aku baru saja melihat Siyeon bersama namja lain."
Jaemin terdiam. "Kajja, kau bilang mau ke toko buku."
Haechan mengerjabkan kedua matanya. "Mwoya-tadi bertanya begitu dijawab malah pergi. Aneh sekali dia-Ya! Choi Jaemin tunggu!"
---

Siyeon duduk sembari menikmati es krimnya. "Tak mau makan?"
Yeoja itu menggeleng. "Bibi bilang-"
"Sam-"
"Arasseo. Jeno hyeong tidak akan suka melihat nuna seperti ini, bukankah nuna sudah berjanji tidak akan seperti ini lagi?" Samuel menatap sedih ke arah kakak sepupunya itu.
Siyeong menggeleng. "Nan shireo..."
"Nuna-"
"Ini salahku, harusnya aku tidak mengatakannya malam itu-harusnya aku diam-" lalu tangis Siyeon pecah, membuat Samuel menggeser tempat duduknya di samping kakak tersayangnya itu, menepuk punggung Siyeon, menenangkannya.
~~
Jaemin menatap apple watchnya, hampir lima belas menit dia menunggu Jisung di depan sekolah adiknya itu. Akhirnya ia memilih duduk di halte yang tak jauh dari gerbang sekolah Jisung, mengeluarkan headset lalu memilih mendengarkan lagu sembari menatap jalanan di hadapannya yang tak terlalu ramai. Kedua matanya mengerjab bersamaan saat ia melihat sosok seorang gadis yang baru saja menyeberang jalan-menghentikan langkahnya di persimpangan jalan dan meletakkan setangkai hyacinth biru  di sana. "Park Siyeon?" Gumam namja itu. "Mwoya, apa yang dia lakukan?"
Baru saja namja itu berdiri, sebuah panggilan menginterupsinya. "Hyeong!"
Jaemin menoleh dan mendapati Jisung melambai ke arahnya. Senyumnya mengembang. "Kau basket lagi?" Jaemin mengacak rambut adiknya. Jisung mengangguk.
"Eoh, aku dan Seonho dapat pelatihan khusus dari Wooyung saem."
Jaemin mengangguk, ia kemudian kembali menatap ke persimpangan-tapi yeoja itu sudah menghilang.
"Hyeong, waeyo?" Jisung menatap heran ke arah Jaemin yang tiba-tiba menatap ke arah persimpangan. "Ahh~.." Jisung kini mengangguk paham. "Pasti kau melihat gadis yang meletakkan bunga di persimpangan ya?"
Jaemin mengeryit, "Neo ara?"
"Geurom." Jisung kemudian melangkah ke halte, mendudukkan dirinya di sana lalu disusul Jaemin yang duduk di sampingnya.
"Kata Seonho, gadis itu meletakkan bunga di sana setelah kejadian kecelakaan tahun lalu. Katanya, seorang anak SHS meninggal karena kecelakaan. Pasti gadis itu yeojachingunya, matji?"
Jaemin terdiam, tatapannya kini beralih pada setangkai bunga biru yang tergeletak di sana. "Blue Hyacinth." Gumamnya. Setahunya, bunga itu adalah bunga yang melambangkan permintaan maaf yang tulus pada orang yang kita sayangi.
"Hyeong kajja, busnya sudah datang."
"E-eoh, kajja."
Dan tepat saat ia duduk di dalam bus, kedua netranya menangkap sosok gadis yang sejak tadi dia cari tengah menatapnya sembari berdiri di depan salah toko kue.
"Anyyeong!" Jaemin malah melambaikan tangannya begitu tahu Siyeon menatapnya-tapi gadis itu hanya terdiam.
"Aku-ingin membencimu-Choi Jaemin." Yeoja itu bergumam lalu menunduk, menatap sepatu putihnya-dan setelahnya, air matanya turun. "Aku ingin membencimu-hiks."

~~~TBC

Love of Life (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang