29

733 80 5
                                    

Jaemin memutuskan untuk melanjutkan kuliah di Jepang. Ya. Remaja itu baru saja lulus dan masuk dalam 20 lulusan terbaik. Sangat luar biasa. Sedangkan Jisung-anak itu memilih melanjutkan ke salah satu sekolah asrama laki-laki. Bukan tanpa alasan, tapi setahun terakhir, sejak kenaikannya ke tingkat tiga JHS-Jisung tertarik dengan dunia tari-modern dance. Untuk itu, Jisung dengan segenap tekadnya, meminta pada sang ayah untuk mengijinkannya bersekolah di SHS asrama.
"Ya, kau tidak mau melakukan salam perpisahan denganku eoh?" Itu suara Wonyoung yang menarik kursi di depan Jisung-ya...mereka di kantin.
"Ya-neo-jincaa..." Jisung menatap tak percaya ke arah hobbaenya itu. "Bicara yang sopan, aku ini sunbaemu." Cibir Jisung. Wonyoung mendengus.
"Oppa sendiri yang bilang kalau aku bisa menganggap oppa sebagai teman." Ucap Wonyoung tak terima.
Jisung menghela nafas pelan. "Ya-Jang Wonyoung, kau ini bodoh atau bagaimana-yang kumaksud itu-" ucapan Jisung terhenti saat ia menyadari kalau kedua mata Wonyoung berkaca.
"Eoh. Aku memang bodoh, tapi tak perlu mengataiku bodoh juga, menyebalkan."
Lalu yeoja itu berdiri dari kursinya dan berjalan keluar kantin, meninggalkan Jisung dengan tatapan bersalah. "Astaga..neo pabo Park Jisung.."
--

Jisung membuka pintu rumah dengan kepala tertunduk. Remaja itu terlihat tak bersemangat. Sepertinya Wonyoung benar-benar marah padanya. Biasanya mereka akan pulang bersama-ya-sejak gadis itu dan keluarganya pindah di samping rumah Jisung, mereka berdua menjadi dekat. "Eoh, wasseo?"
Jaemin meletakkan ponselnya di meja tengah, kemudian mengeryit heran saat melihat ekspresi Jisung. "Wae? Mussun irisseo?"
Jisung tersenyum kecil. "Aniya. Appa eomma eodi?"
"Eomma pergi ke dokter, "
Jisung mengangguk. Ya. Suzy tengah mengandung dan memasuki usia 7 bulan.
"Geundae wae?"
Jisung menghela nafas. "Wonyoung marah padaku."
Jaemin mengeryit. "Geurom wae?" Heran Jaemin. "Bukankah kalian sejak dulu memang sering seperti itu?"
Jisung menggeleng. "Tidak. Ini berbeda."
"Ha? Berbeda? Malhae."
"Aku mengatainya bodoh. Lalu dia marah. Dia tak mau pulang bersamaku."
Jaemin tersenyum lebar. "Aigoo..hanya seperti itu. Lalu kenapa kalau kalian tak pulang bersama, heum?"
"Emm...molla. Rasanya seperti ada yang kurang." Jisung menghela nafas.

Flashback
Jaemin akhir-akhir ini kerap tak pulang ke rumah. Remaja itu sibuk menyiapkan ujian akhir sekolahnya. Targetnya juga cukup tinggi, ia ingin masuk di Universitas Osaka, salah satu dari tujuh universitas terbaik di Jepang.
"Oppa?" Suzy memeluk tubuh Siwon yang tidur membelakanginya. "Apa ada yang kau fikirkan?"
Siwon tersenyum. "Eotohke ara?"
"Geunyang...oppa selalu membelakangiku jika belum ingin tidur."
Siwon kini membalikkan tubuhnya. "Jaemin."
Suzy mengangguk, lalu menegakkan tubuhnya, bersandar di kepala tempat tidur. "Oppa ragu dengan pilihannya?"
Siwon menggeleng. "Aku hanya tak ingin ia terlalu memaksakannya."
Suzy menggeleng. "Aniya. Sebenarnya, Jaemin itu termasuk anak yang cerdas."
"Kau tidak sedang menghiburku kan?" Siwon menghirup aroma leher Suzy-wanita itu mendengus.
"Aniya. Hanya saja-dia pemalas." Kekeh wanita itu.
"Ya-"
"Oppa cheorom."
Siwon mendengus. "Lalu, apa yang akan kita lakukan dengan keinginannya?"
"Hanya dukung dan berikan waktu untuknya oppa."
Siwon hanya tersenyum. "Ya. Kau benar, selama ini dia juga malas belajar juga karena sikapku."
"Geurrae, oppa ttaemune."
Siwon hanya mencebik, istrinya ini benar-benar jujur.
**

Pagi ini Jisung harus berangkat bersama ayahnya, karena Suzy harus berangkat pagi-pagi sekali untuk mengecek murid-murid tingkat akhir. "Appa! Ppali!!" Jisung menatap apple watchnya, hadiah dari sang ayah saat ia berhasil masuk sebagai salah satu nominator modern dance kompetisi tingkat sekolah. "Eoh! Chakaman-jogeum!"
Jisung mendesis. "Eish...appa kebiasaan sekali." Cibir anak itu saat melihat sang ayah sibuk memakai jas hitamnya. "Kajja." Siwon menutup pintu rumah dan melangkah ke anak bungsunya yang sudah berdiri di belakang mobil. Baru saja dua orang itu membuka pintu mobil, bel pagar berbunyi, membuat Siwon menghentikan gerakannya. "Aku akan membukanya." Jisung menutup pintu mobil dan berjalan ke pagar. Keningnya mengeryit mendapati seorang yeoja dengan seragam sekolah yang sama dengannya tengah berdiri bersama seorang wanita paruh baya. "Anyeonghaseyo." Sapa wanita itu ramah-Jisung hanya mengangguk.
"Anyeonghasseyo. Nugu-seyo?"
"Ahh..aku Song Hyejin. Ini putriku, kami baru pindah kemarin."
Jisung mengerjabkan kedua matanya-tetangga baru. Ah..benar, kemarin ibunya bilang mereka kedatangan tetangga baru, tapi karena Jisung itu tak begitu peduli, jadi ya-dia melupakannya.
"Bisakah aku meminta tolong agar putriku berangkat denganmu?"
Jisung membulatkan kedua matanya-yang benar saja.
"Jisung-oh! Ny Song." Itu suara Siwon, membuat wanita paruh baya itu tersenyum.
"Tuan Choi. Maaf mengganggu pagimu, tapi bisakah aku menitipkan Wonyoung padamu? Aku harus mengantarkan cucuku ke dokter, anak pertamaku sedang keluar kota."
Siwon tersenyum ramah. "Tentu saja, lagipula dia satu sekolah dengan putraku. Kajja."
Wonyoung melangkah ragu ke arah Siwon, membuat pria itu terkekeh. "Aigoo, kau cantik sekali."
"Gamsahabnida." Wonyoung tersenyum kecil, membuat Jisung terdiam untuk beberapa saat. "Jang Wonyoung ibnida." Gadis itu mengulurkan tangannya pada Jisung.
"Park Jisung."
Flashback end

Suzy menatap heran ke arah Jisung yang sejak kepulangannya dari rumah sakit tadi cenderung diam. "Jisung~i? Appo?" Suzy mengecek suhu badan putra bungsunya, menempelkan tangannya di kening Jisung.
Remaja itu menggeleng, membuat Siwon menatap keheranan. "Lalu?"
"Dia sedang bertengkar dengan Wonyoung." Jaemin terkekeh pelan, membuat Jisung mempoutkan bibirnya.
Siwon hanya terkekeh. "Astaga..apalagi sekarang? Heum?"
Jisung hanya menggeleng lemah. "Dia benar-benar marah, bagaimana ini eomma...." Jisung kini menatap ibu dan ayahnya bergantian dengan mata berkaca, membuat Suzy terkejut. Sedangkan Jaemin segera mengambilkan tisu. "Hey, jangan menangis. Wonyoung hanya marah, bukan pergi...astaga." cibir Jaemin.
"Tapi bagaimana kalau dia pergi..." suaranya melirih.
Siwon dan Suzy hanya saling pandang, senyumnya mengembang. "Wonyoung tak akan pergi. Kenapa kau tidak coba ke rumahnya? Bukankah kau sering ke sana?"
Jisung menatap Suzy.
"Kau ini namja, bersikap yang gentle? Heum? Kalau kau merasa bersalah, datang dan minta maaf. Mengerti?" Siwon mengambil pasta yang dibuat Suzy.
"Ayahmu benar. Jaemin hyeong juga beberapa kali bertengkar dengan Lami, gieokna?" Suzy mengusap pucuk kepala si bungsu.
Jisung mengangguk.
"Sudah-katakan saja kau menyukainya. Jangan sampai dia direbut yang lain, lagipula kau sudah mau ke SHS kan?" Jaemin menikmati pastanya dengan santai.
Jisung melotot. "MWO?! Aniya! Aku tidak menyukainya! Tsk! Hyeong jinca..." sungut Jisung.
"Geurom-kenapa kau takut dia meninggalkanmu, heum? Heum?" Cibir Jaemin.
Suzy dan Siwon hanya terkekeh. Itulah yang membuat makan malam mereka terasa berbeda.
"Keuge- aishh...hyeong tidak paham. Menyebalkan. Sudahlah, lebih baik aku ke tempat Wonyoung." Jisung mengambil jaket Jaemin yang dia letakkan di belakang kursi, membuat sang kakak mendengus.
"Mwoya..terus saja seperti itu. Dasar bocah." Cibir Jaemin. "Ya! Jangan kotori jaketnya! Itu baru saja kuambil dari lemari!" Jaemin setengah berteriak, membuat Siwon menggeleng. "Eishh.. Jisung jinca." Sungut Jaemin.
"Aigoo..kalian ini, akhir-akhir ini berisik sekali." Siwon menggeleng.
"Aku tidak akan berisik kalau Jisung tidak keras kepala. Sudah jelas dia menyukai Wonyoung, tapi lihat-aigoo..menggemaskan sekali." Jaemin menggeleng.
Suzy hanya terkekeh. "Jisung masih kecil, dia belum dewasa sayang..." Suzy menatap lembut putra sulungnya.
Jaemin mengangguk paham. "Justru itu, setidaknya dia harus tahu sedikit demi sedikit."
"Astaga..lihat-lihat, kau ini juga baru saja dewasa, tapi bahasamu itu-ya Tuhan...." Siwon mencibir, membuat Suzy tertawa.
"Sudah menyiapkan kelengkapannya?" Suzy memberikan pasta tambahan ke piring Jaemin.
Namja itu mengangguk. "Ya. Aku sudah mengepaknya."
Suzy tersenyum kecil. "Mungkin eomma tak bisa terlalu sering berkunjung, tapi setelah adikmu berusia beberapa bulan, eomma baru akan rutin berkunjung."
Jaemin tersenyum. "Gwaenchana. Aku akan sering pulang, lagipula aku masih di awal. Belum terlalu banyak materi." Jaemin menatap sang ibu, lalu memeluknya.
"Eomma harus selalu sehat, yaksok?"
Suzy mengecup kening Jaemin, membuat Siwon menatap haru. "Tentu saja, cha, habiskan makananmu, setelah ini eomma akan membantumu berkemas."
"Yes mom."

~~~Tbc

#adakah yang nunggu cerita ini?
Maaf baru post, laporan kantor menumpuk soalnya.🙏

Love of Life (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang