2.

103 34 0
                                    

Selamat membaca

☁️☁️☁️

Satu perbuatan lebih baik dari seribu ucapan, karna hidup butuh aksi dan pembuktian, bukan basa basi dan ocehan.

***

Setelah pulang sekolah rosa hanya menghabiskan waktunya diapartemen sendirian, hanya sendirian. Kedua orang tuanya sudah meninggal 1 tahun yang lalu karena dibunuh oleh musuh mereka. Ayahnya adalah DAVID GREN SAUNDERS dia bekerja sebagai angent FBI dan ibunya ELISA MORRIS SAUNDERS dia adalah mantan seorang mafia. Mungkin aneh tapi inilah kenyataannya.

Kedua orang tua rosa juga salah satu pengusaha paling sukses di kotanya. Oleh karena itulah banyak orang yang sangat iri dan membenci keluarga rosa.

Ting tong

Bel apartemen berbunyi. Rosa merasa aneh karena jarang orang yang mengunjungi apartemenya kecuali ody, tapi sayang dia sedang pergi dengan ibunya lalu siapa yang datang?. Tanpa basa-basi lagi ia berjalan kearah pintu dan membukanya.

"Jian!!" Pekik rosa dan langsung memeluk Jian. "Hey. Kenapa lo datang tapi ngga ngasih tau gue hah?!" Seru rosa sambil melepas pelukanya.

"Buat apa gue ngasih tau lo queen. lo bakalan khawatir kalo tau gue mau pulang ke Indonesia. Dan gue juga udah kasih tau ke semua kalo gue udah sampai dirumah lo dengan selamat." Ucap Jian dengan menunjukan senyum termanisnya.

"Cihh. Terserah."

"Sudahlah jangan marah, sekarang gue ngga apa apa. Ngga usah khawatir queen." jian meyakinkan rosa dengan merangkul bahunya dan masuk munuju ruang tamu. Sementara Rosa hanya menatapnya kesal.

Drett drett

Sebuah deringan ponsel berbunyi. Jian mengambil benda pipih yang masih bergetar itu.

"Halo"

''Jian! Cepat kemari! Markas berhasil dibobol oleh musuh!"

"Sial. Bagaimana bisa?!"

"Selama ini ada penghianat yang mengintai markas."

"Brengsek."

"Gue udah nangkap salah satu dari mereka. Kita bisa mengintrogasinya. Cepatlah datang!"

Telepon dimatikan sepihak oleh Jian. Wajahnya memerah menahan amarah. Rosa mengajak Jian untuk duduk di sofa dan menenangkan amarahnya.

"Siapa itu?" Aku bertanya pada jian.

"Wildan. Dia bilang markas berhasil di bobol oleh musuh. Dan dia sudah menangkap salah satu dari mereka."

"Sial. Kita ke markas sekarang." Aku berjalan ke arah garasi untuk mengambil motor kesayangan milikku.

Brem brem

Suara merdu dari motorku menusuk indra pendengaran jian. Jian pun mengambil kunci motornya dan menyusulku yang sudah jauh tak terlihat.

Kittt

Tidak butuh waktu lama untuk pergi dari rumah ke markas. Aku dan jian memasuki sebuah rumah yang sudah berantakan hampir mirip seperti gubug besar. Semua orang yang melihatku hanya menunduk dan takut.

"Queen." Wildan menghampiriku sambil membawa salah satu musuh yang berhasil ditangkap. Wildan mendorong tubuhnya dan membuat dia jatuh di hadapanku dan Jian.

"Siapa lo?." Tanya laki laki itu.

"Gue?." Aku bertanya padanya sambil menunjuk diriku sendiri dan menunjukan senyuman maut yang mematikan. "Lo bakal tau nanti. Dan sekarang ini jadi urusan lo yan." Ucapku pada Jian. Sementara aku hanya duduk di sofa sambil menikmati pemandangan langka ini.

"Siapa yang ngirim lo kesini?" Jian bertanya dengan nada halus.

"Cihh. Gue ngga akan pernah kasih tau" ucapannya itu seolah olah sudah menantang Jian untuk berperang.

"Gue tanya sekali lagi. Siapa yang nyuruh lo!" Amarah jian sudah tidak bisa ditahan lagi

"Gue udah bilang! Gue ngga akan kasih tau lo!" Dia membuat jian tidak ada pilihan. Sepertinya dia akan mulai permainannya. Jian menginjak tangan laki laki itu dan membuat dia menjerit kesakitan. Aku tersenyum miring melihatnya. Ternyata Jian tidak berubah. Dia selalu kejam pada musuhnya.

Tidak sampai disitu. Jian menendang wajah pria itu menggunakan kaki kirinya. Sementara dia hanya menahan sakit di tangan dan hidungnya. Baru saja awal. Wajahnya sudah benar benar kacau.

Ternyata dia tetap tidak mau bicara. Dengan terpaksa akhirnya aku mengurungnya di penjara bawah tanah markas. Sepertinya dia tidak akan bisa berbincang secara halus.

"Oh. Tadi lo tanya siapa gue? Kenalin gue queen the golden rose salam kenal." Ucapku sambil mengulurkan tangan seperti memperkenalkan diri. Kulihat tangan dan tubuhnya gemetar hebat. Sepertinya aku sangat terkenal di kota ini.

"Ti..tidak mungkin. Ka..kau tidak mungkin queen rose." Ucapnya gemetar sambil menjauh dariku. Aku hanya mengangkat bahu acuh dan meninggalkan dia sendiri yang sedang ketakutan.

Rosa melewati semua tahanan yang berada di ruang bawah tanah. Dia berhenti disalah satu tahanan yang sudah lama disini. Rosa menunjukan senyum manisnya dan pergi meninggalkan tempat keramat itu.

***

Dan disinilah Rosa sekarang. Dia berdiri di depan batu nisan kedua orang tuanya. Ya, dia sedang berkunjung menemui orang yang dia rindukan.

"Ibu, ayah, Rosa datang." Rosa berbicara pada batu nisan didepannya sambil tersenyum. "Apa kalian tidak rindu denganku? Kalian benar benar tega meninggalkanku sendiri. Apa Kalian tau? Aku benar benar kesepian dirumah. Ody jarang sekali mengunjungiku, untung saja Jian sudah pulang dari Singapura." Rosa menghela nafas panjang dan merasakan sesak di dada kirinya.

"Sekarang aku benar benar sendiri. Tidak ada lagi omelan yang sering ku dengar dari ibu, tidak ada yang peduli apa aku sudah makan atau belajar, dan tidak ada lagi orang yang mengantarku ke sekolah. Aku hanya berharap kalian bahagia disana, terimakasih karena telah merawatku hingga dewasa. Aku janji, aku akan membalaskan dendam kalian. Aku pergi ibu, ayah. Sampai ketemu nanti." Rosa berjalan keluar makam meninggalkan rumah kedua orangtuanya dengan mata berkaca-kaca. Dia tau menangisi kedua orangtuanya tidak ada gunanya. Dia mengusap pipi yang basahi oleh air mata dan pergi untuk pulang kerumahnya.

_________

Tbc

Maaf all kalo ceritanya tambah ngga nyambung>.<

Jangan lupa vote and coment

'jeon arum'

ROSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang