Secangkir malam tengah kunikmati, ditengah bisikan lampu kedai yang hampir mati,
Denting pun berteriak lirih, mengabarkan rintih ke setiap sudut meja, perihal penyambutan Sang Penikmat SepiHanya mejaku yang masih bernyawa,
Terjaga dari tumpahan fluida rasa,
Terbilas rintik cucuran aksara,
Terbasuh tetesan saliva, atas sebuah nama yang hingga saat ini, masih menggema tanpa suaraMerindukanmu, adalah sehebat hebatnya penolakan penuh kuasa
Kucoba menyusuri tiap-tiap kepingan napasmu dicelah udara, yang tetap bersarang pada harap yang lepas, dan jejak tak berbekas
Lalu
Kulontarkan senyum padamu, yang terjebak dalam potret diri,
Dimana kau, sedang memunguti gemintang sebagai saksi untuk melengkapi sebuah perhelatan suci , esok hari, dengan saling menumpahkan janji, pada sebuah pelukan yang menyayat hati.
Dan aku,
masih tetap setia, memeluk sepi yang mengitari, pada satu poros untuk tetap berevolusi
saat itulah
Hampa memelukku mesra,
Melengkungkan bibirku atas rasa bahagia yang menyelimuti kesedihan dengan sempurna, tertimbun puing realita, yang menyeretku kedalam pusara dari kekacauan rasa
Tetap saja,
hanya mejaku yang masih bernyawa,
Menyikapi lantunan detak tanpa irama, berbisik halus pada renjana, mengedarkan kecewa kepada setiap pasang telinga
Bahwa,
Sejatinya,
Aku masih mecintaimu tanpa karena,
Tanpa kata padahal, tetap mengorbit pada lini masa yang kuanggap kekal,
Melaju pada lajur sentripetal,
Tempat kilauan harap yang terpental.Membeku pada hirearki sistematis dari cinta yang teriris,
Aku,
Masih berupaya membenturkan kenyataan pada harapan yang perlahan mulai terkikis,
Mencoba memaknai setiap sudut ruang tak simetris, yang merusak algoritme logika dalam gejolak risau
Terbunuh waktu yang tertawa,
Tertikam asmara tanpa etika,
Terbanting berulang kali tanpa jera
Terbakar hangus, dalam pelukan api kecewa yang membara,
dan disitulah,
harap akan bersuara
bahwa,
Esok, saat hari bahagiamu tiba,
aku, akan menyambangimu bersama seluruh rangkaian luka,
Memapah senja, merengkuh rasa yang tersisa,
seraya berkata
hingga detik ini,
aku, masih mencintaimu tanpa karena-Serdadu Pejuang Rasa, Bandung, 14 Maret 2019-
![](https://img.wattpad.com/cover/182279338-288-k492405.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Serdadu Pejuang Rasa
RomanceRentetan aksara ditengah perjuangan dalam menghidupkan rasa