SENTRALISTIS SENJAKALA

45 0 0
                                    

Menjadi detak dalam lamunan

Menjelma detik dalam keheningan

Rindu melengkungkan harapan,

Cinta tumbuh disekeliling ladang perasaan.


Menyekat setiap lajur persimpangan,

Membuka ruang dimensi pada baris kenangan.

Masih kucoba menelusuri jejakmu disepanjang jalan,

Yang terjahit sempurna diatas rona senja, dengan kaulah, satu satunya poros dari gugus keindahan.


Tak terelakan,

Suaramu memecah

sunyi dibatas ingatan,

tempat pengasingan, bagi jiwa-jiwa yang merindu kebebasan.


Langit malam kini mendeklarasikan sepi, yang hanya menyisakan Purnama dengan secangkir kopi, bersama senyummu yang selalu kami perbincangkan hingga lahir pagi.

Berselang munculnya selaput korona tipis, diantara batasan kecewa dan bahagia yang silih berganti.


Bagiku, kaulah keanggunan abadi,

Dengan kilauan gemintang yang tertanam tepat, pada tiap kedipan matamu yang berotasi pada ruang imaji.

Menjadi awal mula proses respirasi,

Bersama aromamu, yang terus mengitari tak henti-henti


Terkadang,

Sepi menyesak kedalam ruang peparu  yang terdesak,

Terjepit diantara candu dan rindu, dalam dimensi rasa yang bergerak tanpa jejak.

Memompa darah secara teratur, dengan namamu yang terekstraksi sempurna, pada detak rasa yang rapi tertutur.

Terpampang jelas pada sebuah nomenklatur.

Terpatri tegas pada lembar kisah yang kuringkas, sebagai sebuah literatur.


Tanpa suara,

Kulayangkan namamu pada garis batas senjakala, sebagai pengingat kepada Tuhan, bahwa surga telah kehilangan salah satu sayapnya,

Dengan Jingga yang kujadikan saksi tentang terbitnya sebuah rasa yang tak pernah dirasa,

Tumbuh rimbun pada setiap celah frasa,

Menebar embun pada gersangnya konstelasi bahasa.

Tanpa jeda,

Aku memunguti cara untuk menghampiri

Mengenali,

Mencari,

Menjamahi,

Memanggil,

Menanti, kau

Untuk melahap malam yang enggan berganti,

dengan perbincangan hangat bersama secangkir kopi,

tentang rencana kita dimasa nanti.


Perhatikan,

Disetiap letup buih,

Disetiap asap yang merangkum lirih,

Diantara bibirmu dan cangkir berwarna putih,

Ada namaku,

Yang masih berupaya untuk merajut kisah,

sebagai pasangan kekasih

Serdadu Pejuang RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang