Prolog

354 52 34
                                    

22 Januari 2020

Senja menghiasi langit kota paris. Beberapa kerlap-kerlip lampu mulai terlihat, karena matahari mulai menghilang, menyisakan guratan-guratan kemerahan. Menara Eiffel yang menjadi kebanggaan masyarakat kota Paris terlihat lebih berkelas dengan latar senja saat ini. Terlebih jika dilihat dari balkon perusahaan, tempat seorang gadis berdiri sekarang ini.

Rambut cokelat panjangnya sesekali tertiup angin sepoi-sepoi, menambah kecantikan di wajah gadis itu. Tangan mungilnya menggenggam sebuah kalung merpati. Tatapan mata indahnya tampak sendu.

Gadis itu memandang kalung yang digenggamnya. Satu bulir air mata jatuh dari matanya. Sesaat kemudian gadis itu tersenyum samar. Entah apa yang dirasakan gadis itu saat ini. Sedih? Atau senang?. Tidak ada yang tahu.

"Ashly!" Sebuah suara baritone membuat kepala gadis itu menoleh. Tampak seorang pria berpakaian formal menghampirinya.

"Kami sudah menunggumu, kenapa kau masih disini? Penerbitan novelmu tinggal beberapa hari lagi, seharusnya kau—" Pria itu terdiam melihat kalung merpati di tangan gadis itu. Gadis itu kembali memandang pemandangan kota paris di hadapannya.

"Aku ingin memandang kota ini sebentar."

Berada di samping gadis itu, membuat pria tersebut bisa melihat tatapan sendu di kedua mata indahnya.

"Tidakkah kau ingin pergi dari kota ini? Kota ini menyimpan kenangan paling menyakitkan untukmu," tanya pria itu.

"Tapi kota ini juga menyimpan kenangan paling indah bagiku. Kau tahu benar itu," jawab gadis itu.

Pria itu hanya menghela napas pasrah. Seribu kali-pun ia bertanya, jawabannya pasti akan sama. Dengan alasan yang sama. Dan pria itu tahu benar kenapa gadis itu memilih tetap tinggal di kota yang bahkan bukan tempat kelahirannya ini.

Alasannya adalah kalung merpati itu. Kalung yang selalu ia bawa kemanapun. Kalung itu adalah salah satu diantara tiga kalung yang sama, yang gadis itu simpan entah dimana.

Mungkin bisa dikatakan bahwa alasan gadis itu memilih tinggal adalah karena pemilik kalung itu. Pria itu tahu benar. Bahwa sejak hari itu, hanya kalung itu yang tersisa untuk gadis disampingnya.
.
.
.
Jangan lupa vote + komen nya ya...

The White Dove (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang