TWD 13

45 7 11
                                    

Cayla menunggu dengan bosnya yang sedang memeriksa hasil liputannya dengan cemas. Beberapa menit kemudian, pria paruh baya itu tersenyum dan mengatakan bahwa ia menyukai hasil liputan Cayla. Cayla tersenyum puas dan berterimakasih lalu mohon diri. Cayla langsung disambut oleh kedua rekannya saat keluar dari ruangan itu.

"Haruskah kita merayakannya?" tanya salah satu rekan Cayla.

"Kurasa Barbeque tidak buruk." usul Cayla.

"Dengan extra pedas?" usul rekannya yang lain.

"Dan keju! Ayo kita kembali ke hotel!"

Mereka segera masuk kedalam mobil yang akan mengantarkan mereka ke hotel.

Sesampainya di hotel, Cayla mengetikkan sebuah pesan kepada Ashly.

'Kabar baik! Tugasku selesai dengan nilai sempurna! Bahkan mereka menawariku sebuah pekerjaan!. Oh iya, besok aku akan ke Paris'.

Pesan terkirim.

Cayla menunggu balasan dari Ashly. 3 menit, 7 menit, 10 menit. Tidak ada balasan dari Ashly, padahal gadis itu sedang online. Cayla memutuskan untuk mengambil makanan ringan di atas meja dan memakannya. Ia juga membuat teh untuk menemani sorenya. Cayla mengecek ponselnya, tidak ada balasan dari Ashly. Aneh.

Padahal Ashly selalu membalas pesannya dengan cepat. Ashly pasti akan membalas pesannya dengan ucapan 'benarkah? Selamat cayla! Aku benar-benar bangga padamu!'. Atau mungkin 'astaga kau benar-benar hebat! Aku turut bahagia!'.

Cayla memilih untuk menikmati makanan ringan serta tehnya. Setelah makanannya habis dan tehnya hanya tersisa sedikit, Cayla mendapat pesan dari Ashly.

'Selamat ya'.

Cayla mengernyitkan dahi melihat balasan Ashly. Ia segera mengetikkan balasan.

'Ada masalah yang menganggumu?'.

Beberapa detik kemudian Ashly membalas.

'Tidak ada'.

Cayla berharap bisa mempercayai kalimat itu.

*******

Ashly menenggelamkan wajahnya di bantal lalu menangis tersedu-sedu disana. Ashly benar-benar terkejut dengan pernyataan cinta Raven, namun secara bersamaan ia merasa telah mengecewakan Cayla. Ashly telah berjanji untuk membuat Raven dan Cayla jatuh cinta, tapi ia gagal. Raven ternyata mencintainya, sama seperti Ashly yang juga mencintainya. Ashly meremas bantalnya kuat-kuat. Ia tidak ingin menyakiti Cayla. Apa yang harus dia lakukan sekarang?. Kenapa cinta harus serumit ini?.

*******

Raven menoleh saat seseorang memegang bahunya. Daniel menatapnya sendu. 

"Berikan dia waktu sendiri, dia pasti terkejut."

Raven memandang ke jalanan dimana taxi yang di tumpangi Ashly telah hilang. Raven menunduk menatap lampion di tangannya. Lampion yang ia harap diterbangkan di langit itu kini hanya berada di tangannya. Raven memegang dadanya yang terasa sesak.

Daniel, Billy, dan Alvin hanya bisa menepuk bahu Raven untuk menengkannya.

"Apa aku begitu buruk?" tanya Raven. Teman-temannya serempak menggeleng.

"Ashly hanya butuh waktu untuk memahami semuanya." kata Daniel.

Raven diam tidak menanggapi. Tatapannya terus terpaku pada lampion yang mungkin tidak akan pernah diterbangkan itu. Daniel mengenggam tangan Raven, membuat Raven menoleh kearahnya.

The White Dove (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang