TWD 23

37 3 0
                                    

Cayla tak melihat batang pohon di depannya sehingga dia tersandung. Kaki Cayla terkilir. Sambil menahan rasa sakit di kakinya, Cayla berdiri lalu berjalan terseok. Ia harus lari sebisa mungkin.

"Berhenti disana!" seru pria-pria yang mengejarnya.

Cayla panik. Kakinya lalu tersangkut rumput-rumput liar. Cayla mencoba menarik kakinya, namun kakinya nyeri karena terkilir. Pria-pria berbaju hitam itu muncul di hadapan Cayla.

"Aaakhhh!!!"

Pria-pria itu mengunci pergerakan Cayla. Cayla meronta dan kesakitan di bagian kakinya. Mereka membawa paksa Cayla.
Daniel muncul dan langsung menyerang mereka. Cayla berhasil lepas, ia berlindung di balik punggung Daniel. Daniel mengambil ancang-ancang. Lima orang pria berdiri di hadapannya.

Mereka mulai menyerang. Daniel meninju rahang pria di depannya dan menendang pinggang pria di sebelah kanan. Ia lalu memiting pria di sebelah kiri. Tiba-tiba pria itu mengeluarkan sebilah pisau kecil. Daniel terkejut dan segera membanting pria tersebut. Namun, pisau itu berhasil menggores lengannya meski tidak dalam.

Cayla terpekik kaget melihat darah keluar dari lengan baju Daniel. Daniel memegangi lengannya yang berdarah. Beberapa anggota Blackfire yang lain datang. Daniel sedikit mundur.

Billy dan Alvin datang. Mereka terkejut melihat lengan Daniel yang berdarah.

"Sial! Mereka bersenjata." umpat Billy.
Terdengar suara tawa seseorang. Semua orang kompak menoleh. Tampak Max dan Careen datang.

Daniel, Billy, dan Alvin mengambil sikap waspada saat melihat pistol di tangan Max.

Max tertawa menyeramkan. Ia mengangkat pistol di tangannya.

"Tenang, akan ku gunakan di saat terakhir."

Ia menyimpan pistol tersebut di saku celananya. Max melepas jaketnya, menyisakan kaos hitam yang membalut tubuh atletisnya. Tattonya terlihat sepenuhnya.

"Aku baru saja mulai." kata Max lalu menyerang Billy.

Billy tersungkur terkena tendangan kuat dari Max. Alvin maju dan menyerang, Max berhasil menahannya dengan lengan kekarnya. Ia lalu membanting tubuh Alvin.

Lawan yang tidak imbang. Tubuh Max masih segar bugar, sementara Billy, Alvin, dan Daniel telah terluka akibat pertarungan mereka dengan anggota Blackfire tadi.

*******

Ashly mengusap garis wajah Raven. Wajah tampan itu tampak pucat dari biasanya. Ashly merindukan mata biru yang kini tertutup itu. Ashly menghembuskan napas berat. Ia belum mendengar kabar Cayla. Daniel, Billy, dan Alvin juga belum kembali.

Terdengar suara ketukan pintu. Ashly menoleh. Seorang perawat masuk dengan sopan untuk memeriksa kondisi Raven. Ashly memilih keluar.

Ashly mencoba menelepon Daniel. Namun tidak diangkat. Ini sudah 3 jam sejak mereka pergi. Ashly cemas sesuatu yang buruk terjadi pada mereka. Setelah menimbang-nimbang. Ashly akhirnya memutuskan untuk menelepon kepolisian perusahaan Smith.

Setelah menceritakan semua hal lewat telepon, Ashly kembali masuk ke kamar VIP di depannya. Ashly tersenyum kepada perawat yang sedang mengganti cairan infus Raven.

Ashly menggenggam tangan Raven. Ia menatap diam tubuh yang terbaring kaku tersebut. Ashly mengelus tangan besar Raven.

"Kumohon sadarlah...." Ashly membelai pipi Raven.

"Aku merindukanmu...."

Tiba-tiba tangan Raven bergerak. Ashly terkejut merasakan pergerakan itu.

The White Dove (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang