TWD 20

35 4 9
                                    

Di rumah Cayla, tepatnya Di sofa ruang tamu, Duduk tiga orang dengan sebuah kue ulang tahun di atas meja.

Cayla menatap kue ulang tahun di hadapannya dengan mata berbinar. Kue rasa red velvet dengan hiasan cokelat batang tipis di pinggirnya. Tak lupa lilin berbentuk angka 20 menyala di atasnya. Cayla menatap Ashly dan Raven bergantian.

Ashly tertawa melihat ekspresi bingung dan senang Cayla.

"Happy birthday Cayla!" ucap Ashly.

"Hah? Oh... Iya!" jawab Cayla membuat Ashly dan Raven terkekeh.

"Oh! Oh! Apa aku harus meniup lilinnya sekarang?" tanya Cayla.

Ashly dan Raven mengangguk. Cayla segera meniup lilinnya setelah membuat permohonan. Ashly bertepuk tangan.

"Apa sudah waktunya potong kue?" tanya Cayla terlihat tidak sabar untuk mencicipi kue itu.

"Tentu, itu milikmu." kata Ashly. Cayla hendak memotong kue ketika terdengar seruan dari belakangnya.

"Selamat ulang tahun putriku!"
Cayla menoleh, ibunya datang dengan membawa sebungkus kado. Di belakang sang ibu, ada ayahnya yakni dokter Rustin tersenyum. Ibu dan Ayah Cayla duduk di samping Cayla. Ibunya menyerahkan sebuah kotak berukuran sedang.

Cayla membukanya dan berbinar takjub melihat sebuah gaun berwarna merah lembut.

"Ibu! Ini cantik sekali!" seru Cayla.

"Kau pantas mengenakannya sayang. Ini dari ibu dan ayah." kata ibunya. Cayla memeluk kedua orang tuanya seraya menggumamkan terimakasih.

"Cayla, aku juga punya sesuatu untukmu."

Ashly menyerahkan sebuah buku yang masih terbungkus rapi. Cayla membaca judul buku tersebut.

KIAT-KIAT MENJADI REPORTER YANG SUKSES.

"Wow! Terimakasih Ashly." ucap Cayla walaupun dalam hati ia malas membaca buku tebal tersebut.

Kini, Cayla menatap kearah Raven.
Raven mengernyitkan kening.

"Apa?"

Cayla mengerjap bingung.

"Aku menunggu." kata Cayla.

"Menunggu apa?" tanya Raven. Bahu Cayla menjadi lemas.

"Lupakan." kata Cayla dengan wajah cemberut.

Ashly segera menyenggol lengan Raven. Raven menoleh dengan tatapan bertanya.

"Kau tidak memberi kado untuk Cayla?" tanya Ashly.

"Kado?". Raven kembali menoleh ke arah Cayla.

"Ah... Jadi itu maksudmu tadi." kata Raven membuat Cayla kembali menegakkan tubuhnya.

"Aku tidak membawa kado."

Bahu Cayla kembali lemas setelah mendengar pengakuan Raven tersebut.

Ashly segera mengalihkan suasana.

"Cayla, bukankah kau ingin memotong kuenya?"

Cayla langsung bersemangat lagi.

"Benar juga! Mana pisaunya? Astaga! Kuenya terlihat sangat enak!"

Ashly tersenyum lega, ia lalu menatap sinis Raven di sebelahnya. Raven hanya mengernyitkan alis. Ashly mendengus kesal. Dasar pria dingin tidak peka!.

"Oke! Suapan pertama untuk mom!" seru Cayla lalu menyuapi ibunya. Ia lalu mencium pipi ibunya.

"Suapan kedua untuk ayah!". Cayla menyuapi potongan kedua kue kepada dokter rustin dan mencium pipinya.

"Terakhir, untuk Ashly!". Cayla menyuapi Ashly dan memeluknya.

The White Dove (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang