TWD 7

61 14 17
                                    

"Akh!" seru Raven ketika Ashly mengompres sudut bibirnya yang berdarah.

"Maaf..." kata Ashly lalu kembali mengompres dengan lebih perlahan.

"Kenapa kau bisa seperti ini?" tanya Ashly.

"Aku terjatuh." jawab Raven. Ashly menatapnya.

"Ini adalah luka akibat berkelahi." Raven terdiam. Ashly mengompres pipinya yang lebam.

"Blackfire yang melakukannya?" tanya Ashly. Raven terhenyak.

"Kau... mengenal Blackfire?"

"Seluruh kampus mengenalnya." jawab Ashly.

Ashly membersihkan luka di pelipis Raven lalu memperbannya. Ia lalu beralih ke punggung tangan kanan Raven yang terluka. Ashly mendesah pelan.

"Haruskah aku menghubungi orang tuamu?"

"Tidak perlu." jawab Raven. Ashly hanya menghembuskan napas kasar seolah telah mengetahui jawaban Raven.

Setelah membereskan luka Raven, Ashly beranjak bangkit. Raven menahan tangannya.

"Aku harus pulang." kata Ashly.

"Temani aku." kata Raven. Ashly menatap mata Raven yang mampu membiusnya.

"Hanya untuk malam ini." kata Raven seraya mengeratkan genggamannya.

Tanpa disadari jantungnya berdetak lebih cepat. Ashly tak mampu mengelak ketika Raven menariknya untuk tidur di sampingnya. Aroma mint dari parfum Raven membuat Ashly tak bisa mengelak. 

*******

"Hey Ashly! Cayla! Dimana Raven?" tanya seorang gadis berambut pirang sebahu.

"Dia tidak masuk hari ini." jawab Cayla.

"Kenapa? Apa dia sakit?" tanya gadis itu. Ashly dan Cayla hanya mengangguk lalu melanjutkan perjalanan mereka. Sepanjang hari ini, Ashly dan Cayla terus di teror oleh para penggemar Raven lantaran pria itu tidak masuk kuliah. Cayla juga mengkhawatirkan kondisi Raven sejak Ashly memberitahunya tadi pagi.

Ashly dan Cayla meletakkan buku mereka di loker.

"Cayla!" seru seorang gadis bertubuh semampai. Gadis itu mendatangi Cayla yang sedang menutup lokernya "Dimana Raven?". Cayla mendengus kesal.

"Sakit!" jawabnya ketus.

"Benarkah? Sakit apa?" tanya gadis itu.

"Mana aku tahu!" jawab Cayla kesal lalu pergi. Ashly mengikutinya seraya tertawa.

*******

Raven terkejut ketika seseorang merebut buku dan earphonennya. Raven mendongak dan mendapati Cayla tengah menatapnya.

"Kau itu sakit! Jadi istirahat saja!" seru Cayla. Ia lalu neletakkan buku dan earphone Raven di atas nakas.

"Seharusnya kau mengetuk pintu sebelum masuk." kata Raven.

"Siapa suruh tidak dikunci" sahut Cayla. Raven hanya mendengus, percuma saja berdebat dengan Cayla.

Terdengar suara ketukan, munculah Ashly. Ia tersenyum kepada Raven "Sudah baikkan?"

Raven tersenyum dan mengangguk, tiba-tiba ia memekik ketika Cayla menekan keras pipinya yang lebam.

"Apanya yang sudah baik?!" seru Cayla.

"Setidaknya belajarlah menjadi lembut seperti Ashly!" sahut Raven.

"Seharusnya kau menjaga dirimu agar tidak terluka seperti ini!" sungut Cayla.

The White Dove (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang