TWD 14

41 6 9
                                    

Ashly mengaduk-aduk minumannya. Ia melamun memikirkan perkataan Raven kemarin sore.

"Aku akan memperjuangkan cinta kita."

Ashly meneguk minumannya. Ia lalu mengalihkan perhatian ke seorang pria yang duduk di meja di sebelahnya. Tiba-tiba wajah pria tersebut berubah menjadi Raven.

"Aku akan memperjuangkan cinta kita" kata pria itu.

Ashly menggelengkan kepalanya, ia menatap pria di sampingnya. Pria itu bukan Raven. Ashly merasa dirinya mulai gila. Ashly membuka layar kunci ponselnya. Tiba-tiba layar ponselnya terdapat gambar Raven disana. 

"Aku akan memperjuangkan cinta kita."

Ashly segera membalik ponselnya. Ia memukul kepalanya sendiri.

"Aku pasti gila! Aku gila!" rutuk Ashly pada dirinya sendiri.

"Apa yang membuatmu gila?"

Ashly mendongak melihat David di hadapannya. David duduk di bangku di hadapan Ashly. David melihat minuman di depan Ashly.

"Kau tidak makan?"

"Aku tidak lapar" jawab Ashly.

"Ada masalah yang menganggumu?"

Ashly diam sambil mengaduk minumannya. David memilih tak bertanya dan memakan makan siangnya.

"David...." panggil Ashly.

David menatap Ashly untuk mendengarkan.

"Ada seekor kupu-kupu biru yang sangat menyukai sebuah bunga. Namun, ia tidak bisa mendekati bunga tersebut karena kupu-kupu merah telah lebih dulu menyukainya. Menurutmu, apa yang harus dilakukan kupu-kupu biru?"

David meminum minumannya. "Entahlah."

"Mungkin kupu-kupu biru harus mencoba mendekati bunga itu dulu." kata David.

"Lalu bagaimana dengan kupu-kupu merah?" tanya Ashly.

"Kau bisa mengetahuinya jika mendekati bunga itu. Bisa jadi, kupu-kupu merah hanya sekedar suka melihat bunga itu. Dan bisa saja sang bunga lebih menyukai kupu-kupu biru. Kupu-kupu biru tidak akan pernah mengetahui apapun jika hanya berdiam dan memandang dari jauh."

"Tapi kupu-kupu biru tidak punya keberanian untuk mendekat." kata Ashly lirih.

David menarik napas dan berpindah duduk di samping Ashly.

"Kupu-kupu biru mungkin tidak tahu, bahwa banyak kupu-kupu lain yang mendukungnya. Mereka akan berada di sisi kupu-kupu biru dalam situasi apapun."

David mengusap air mata Ashly yang mengalir.

"Karena itulah, kupu-kupu biru tidak boleh menangis. Oke?"

Ashly mengangguk dan menyeka sudut matanya.

"David, boleh aku pinjam bahumu?" tanya Ashly.

David mengangguk. Ashly langsung memeluk pria itu dan menangis di bahunya. David mengusap bahu Ashly dengan tangan bergetar.

'Seandainya kupu-kupu biru tahu. Ada bunga lain yang menyukainya' batin David dalam hati.

*******

David POV

Flashback 2 tahun yang lalu

Aku mendengar suara isak tangis dari kamar sebelah. Aku mengetuk pintu kamar tersebut.

"Hey! hey! Kau baik-baik saja?"

Aku mencoba membuka kenop pintu yang ternyata tidak di kunci. Aku masuk kedalam kamar itu dan melihat pemandangan yang membuat hatiku sakit. Seorang gadis tengah bergelung di dalam selimutnya untuk meredam suara tangisnya. Aku bergegas memeluk tubuh mungil itu.

The White Dove (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang