Prolog

190 10 0
                                    


Hujan gerimis menyambut pagi, matahari dari arah timur mulai memancarakan sinarnya. Dari arah barat warna-warni pelangi menghiasi tawa seorang gadis yang sedang bersenandung sembari mengayuh sepedanya. Alya memulai paginya dengan keceriaan. Hari ini Alya akan mengikuti test di SMA Kebangsaan, salah satu sekolah elit yang ada di Jakarta. Hanya anak anak orang kaya dan pintar yang dapat memasuki sekolah tersebut.

Alya Fellicya adalah gadis pintar yang lahir dari keluarga sederhana, ayahnya adalah seorang PNS dan ibunya penjahit baju. Baru beberapa bulan mereka pindah ke Jakarta, karena ayahnya dipindah tugaskan dari Surabaya ke Jakarta.

Gadis itu memasuki gerbang sekolah elit itu. Matanya terkagum-kagum ketika melihat bangunan yang amat megah. Sembari melangkah menuju ruang test, Alya mengikat rambutnya.

Mata Alya masih berbinar ketika memasuki ruang kelas tersebut. Semua yang di ruangan tersebut hanya berkutik dengan iPhone. Tidak ada perempuan yang tidak makeup, kecuali dirinya yang hanya bermodal baby powder dan minyak telon.

Pengawas ujian memasuki ruangan. Guru itu terlihat cantik dan menawan.

"Baik, anak anak siapkan alat tulis kalian, kita berdoa terlebih dahulu" ujar guru cantik itu

Semua yang berada di ruangan tersebut mulai terfokuskan dengan soal soal yang menurut Alya tidak terlalu sulit, tapi sangat sulit di mata lainnya.

"Maaf bu, saya telat"
Suara bariton dari arah pintu mengejutkan semua yang berada di ruangan tersebut.

Seorang laki-laki dengan tindik hitam dan tubuh jangkung sedang cengengesan diambang pintu. Semua perempuan yang ada di ruangan tersebut menganga lebar melihat ketampanan cowok itu, namun berbeda dengan Alya yang tidak peduli dan fokus pada soal soalnya.

"Silahkan duduk" ujar guru tersebut

Tidak ada bangku kosong, kecuali di samping Alya. Cowok jangkung itu dengan PD duduk di samping Alya.

"Ssssst, wooy"

Sementara yang dipanggil tak menggubris

"Woy, ssst sst"

Alya menoleh menatap cowok itu
"Nama gue bukan woy atau sst, nama gue Alya" Kata Alya dengan wajah galaknya

"Gue nggak peduli, pinjem pulpen dong" kata cowok itu

'Tampangnya aja yang kaya, pulpen aja minjem' batin Alya sembari menyodorkan pulpennya

Semua peserta yang ada di ruangan tersebut terfokuskan dengan soal-soal. Kecuali, cowok disamping Alya yang malah tertidur pulas dengan pulpen di tangannya. Alya menatap cowok itu sembari bergidik.

Bel telah berbunyi, menunjukan waktu untuk mengerjakan soal telah habis. Alya melihat cowok itu yang masih kosong pekerjaannya. Ia berdiri meninggalkan cowok itu beserta pulpen yang masih di tangannya.

"Dasar, cowok gila pinjem pulpen tapi malah tidur, ck orang kaya mah bebas" gerutunya dalam hati

AleyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang