Chapter 23

979 53 7
                                    

Hari ini adalah hari terakhir SMA Mutiara 2 berada di salah satu pegunungan, Indonesia. Setelah 3 hari 2 malam melakukan kegiatan sekolah, akhirnya semua murid akan kembali ke rumah masing-masing. Semua murid kelas 12 akan berangkat menuju sekolah pada pukul 2 siang.

Kini jarum jam masih menunjukkan pukul 7 pagi. Masih ada beberapa kegiatan yang akan dilakukan para murid.

"Phine? Hubungan lo sama Vanes gimana?" Tanya Evita yang kini berada didepan kemahnya bersama Ephine.

"Udah baik kok, tapi gue bingung kakak gue suka sama siapa," jawab Ephine sambil menatap Vanes yang sedang menyemburkan air pada Nichole.

Dari kejauhan bisa dilihat Vanes yang sedang meneguk air putih yang berada di botol, tetapi air yang berada di mulutnya sudah disemburkan pada wajah Nichole. Vanes tertawa terbahak-bahak saat Nichole berhenti berbicara dan mengusap wajahnya yang basah.

Karena hal itu Ephine juga terkekeh kecil saat melihat wajah Nichole yang hanya bisa pasrah.

"Kalau Aidano sama Nichole, gimana?"

"Baik." Ephine mengalihkan pandangannya pada Evita.

Memang 3 hari terakhir ini hubungan persahabatan Aidano dan Nichole sudah membaik. Ditambah kelakuan minus dari Vino yang bertambah, membuat ketiganya tak pernah berhenti untuk terus tertawa.

Ephine senang melihat Aidano yang sudah memperbaiki hubungan persahabatan mereka. Sesuai permintaan Ephine, Ephine meminta pada Aidano untuk memperbaiki hubungannya dengan Nichole. Permintaan Ephine tidak sia-sia karena hubungan mereka kembali seperti semula.

"Terus hubungan lo sama ayang lo gimana?" Tanya Ephine sambil menoel-noel dagu Evita, menggodanya.

Evita tersipu. "Ya, gak gimana-gimana."

Satu hari kemarin Felix menyatakan rasa cintanya pada Evita. Ternyata rasa cinta Evita tidak bertepuk sebelah tangan. Apa yang diharapkan Evita sudah terjadi. Ia sangat bersyukur saat Felix menembaknya disaat api unggun kemarin malam. Acara tembak-menembak antara Evita dan Felix yang ditonton ratusan murid tidak berlangsung lama, karena Evita langsung menerima Felix tanpa waktu lama. Sahabatnya yang satu itu memang terlalu obsesi pada ketua OSIS sekolah mereka.

"Hai Vit. Aku boleh pinjam Ephine sebentar?" Felix datang dengan senyum manisnya.

Evita tersenyum saat melihat senyuman Felix. Manis.

Senyum Evita luntur saat mengingat siapa yang diajak Felix. "Gak boleh!"

"Kenapa?"

"Gue gak bakal ngambil pacar lo juga kali Vit." Ephine terkekeh.

"Janji ya?" Tanya Evita yang berhasil membuat Felix tertawa.

"Iya janji."

"Ya udah boleh."

"Makasih sayang." Evita mematung. Setelah Felix dan Ephine pergi, Evita masuk kedalam tenda, lalu berteriak sekencang-kencangnya. Ia malu saat Felix mengatakan kata 'sayang'  dihadapannya dengan lancar.

"Phine gue mau jujur. Gue gak bisa pendam ini lebih lama." Dilain tempat Felix sudah berdiri dihadapan Ephine.

"Kenapa Lix?" Tanya Ephine bingung.

"Lo ingat waktu di club malam? Lo ingat cowok yang mukulin Rendy, terus nganter lo pulang?"

Ephine mengangguk. "Tapi gue gak ingat wajah cowok itu. Wait! Kok lo tau masa lalu gue?!"

"Cowok itu gue, Phine."

Ephine mematung.

"Jadi itu lo?!" Tanya Ephine dengan wajah terkejutnya. Tanpa waktu lama Ephine langsung memeluk Felix.

my stupid badboyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang