Chapter 46

1K 83 85
                                    

DOUBLE UPDATE HATI INI! CHAPTER 45&46! HAPPY READING!

~~~

'permainan lo cukup menarik Phil. Cukup gue ditindas hari ini, tidak dengan hari esok'

~Josephine Caroline Tasanee

~~~

H-1

"Ephine bangun!!" Teriak Stella ditelinga Ephine.

"Udah pagi nih! Bangun dan berangkat sekolah!"

"Ck! Ck! Emang dasar kebo! Bangun atau Mama siram kamu?!"

"Ngh. Mala berisik! Ephine masih ngantuk!" Ucap Ephine kesal.

"Sekarang udah jam enam lewat Phine. Mandi kamu!"

"JAM ENAM?!" Teriak Ephine terkejut.

Tanpa hitungan detik Ephine masuk kedalam kamar mandi di kamarnya, lalu melakukan ritual paginya.

Setelah beberapa menit, Ephine pun selesai dengan ritualnya. Kini jam menunjukan pukul 06:50. Ephine terlambat.

"Ephine berangkat sama siapa?" Tanya Stella sambil menatap ponakannya yang sedang berlari kesana-kemari mencari sepatu yang akan ia gunakan.

"Sama supir Ma," ucap Ephine tanpa menatap Stella.

"Sepatu Ephine dimana sih?! Aduh Ephine udah telat! Oh iya ini sepatunya! Siapa yang naro kamu dibelakang pintu begini?! Kasihan kamu kejepit!" Ucap Ephine heboh.

Ephine selalu saja heboh saat dirinya telat, hal itu hanya membuat Stella terkekeh.

"Ephine berangkat ya Ma! Dadah!" Teriak Ephine, lalu berlari keluar dari rumah Stella.

Kini Stella hanya bisa terkekeh. Ephine memang akhir-akhir ini sedang lemah, tetapi ia selalu memaksa tubuhnya untuk kuat. Stella juga sering melihat Ephine yang mimisan, atau pusing dikepalanya. Stella akui kalau Ephine kuat.

"Bang Felix?" Gumam Ephine pelan.

Ephine ingin sekali menumpahkan air matanya sekarang. Lemah yang ia sayangi berada tepat dihadapannya.

"Abang ngapain?" Tanya Ephine sambil tersenyum paksa.

Felix tidak menatap Ephine, Felix memilih untuk berjalan masuk kedalam rumah. Ephine tersenyum getir saat Felix menganggapnya tidak ada.

Ephine tidak boleh banyak pikiran atau ia akan gampang mengeluarkan darah dari hidungnya. Jika Ephine suntuk dan terlalu banyak pikiran maka sel-sel kanker otaknya akan semakin cepat menyebar kesemua orang tubuhnya, dan menyerang.

"Ma? Vanes dimana? Lama banget adik kecil itu!" Suara teriakan Felix terdengar keras ditelinga Ephine, karena Ephine masih berada diambang pintu.

Ephine ingin melihat apa yang terjadi, ia membalikkan tubuhnya menatap Felix.

"Apa sih Kak teriak-teriak?!" Gerutu Vanes kesal.

"Lama banget! Udah telat," ucap Felix sambil mengacak-acak rambut Vanes.

Ephine menatap Vanes dengan iri. Ia rindu Abangnya yang dulu. Rindu saat Felix memeluknya, Felix mencium keningnya, Felix menjaganya, Felix peduli padanya, Felix khawatir padanya, Felix yang selalu mengacak-acak rambutnya, Felix yang selalu tersenyum padanya. Ephine rindu semua yang Felix lakukan padanya. Kini itu hanya kenangan yang mungkin tidak bisa dikembalikan.

"Ephine?" Ephine terkesiap saat Vanes memanggilnya.

"Kak lo anter Ephine ya? Gue mau naik sama supir nih, bye!" Vanes berlari kecil kedalam mobil yang berada di garasi, lalu masuk kedalam mobil itu. Tak lama kemudian mobil itu berangkat meninggalkan perkarangan rumah Stella.

my stupid badboyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang