02 :: Gabut

51 16 5
                                    

Terimakasih pernah hadir, menyisakan rindu yang menyesakkan dada, mengukirkan kenangan di dinding hati, dan menggoreskan luka yang membuat aku patah.

-Gretta

***

Gretta menyenderkan wajahnya ke meja, sesekali mengetuk-ngetuk bolpoint yang ada ditangannya ke meja. Mata nya masih fokus memperhatikan seorang guru berusia sekitar 31 tahunan dengan kacamata berwarna merah---orange yang menjadi ciri khas nya. Guru itu masih menerangkan materi tentang bumi, iklim dibumi, dan segala hal tentang alam. Gretta merasa sangat suntuk, karena ketika guru itu berbicara seperti sedang di ceramahi oleh ustad.

"Ta, jam berapa sih?" Ratu menyenggol bahu Gretta, Gretta melihat sebuah jam analog berwarna pink yang melingkar dipergelangan tangannya. "Masih setengah jam lagi," ia pun menumpu kedua pipinya pada lengannya. Yang kemudian diikuti oleh seseorang disebelahnya.

"Oke, sampai sini kalian faham?" Tanya guru itu sambil membetulkan letak kacamatanya, "Jadi, kalian itu para generasi penerus bangsa yang milenial. Harus bersifat aktif, apalagi tentang bumi yang kita tempati ini. Jangan sampai kalian tidak tau tentang tempat yang kalian tinggali saat ini ya." Guru itu berjalan kearah mejanya, "Ibu izin angkat telepon sebentar ya," bu Jusnia pun menghilang dari hadapan mereka semua.

"Tra, pelajaran bu Jus sampe kapan si? Beler banget ini mata gue belum ngopi di babeh." Dante menendang bagian belakang kursi yang di duduki Atra agar ia menoleh, "Lo tanya ke gue, ya mana gue tau." Atra kembali melanjutkan aktivitasnya---tidur siang dipelajaran bu Jus.

"Murid-murid, hari ini ibu harus pulang cepat karena anak perempuan ibu masuk rumah sakit. Mohon pengertian dan do'anya ya semua." Tiba-tiba bu Jusnia datang dengan terburu-buru sambil mengambil tas nya kemudian pergi berlalu dari dalam kelas.

"YESSS!!" teriak Icha dari kursi belakang membuat semua warga kelas juga berseru heboh sama sepertinya, Gretta hanya memijit pelipisnya karena pusing dengan tingkah laku warga kelas mereka yang absurd nya sama seperti Icha.

"Duh, gabut nih gue." Keluh Hana sambil berjalan kearah meja Gretta, "Kantin yuk." Hana menarik ujung seragam Gretta, yang dibalas keluhan oleh gadis itu. "Gue enggak mau kena lagi sama si bu Teri ya! Kemarin-kemarin aja gue disuruh nganter dia sampe kerumahnya karena nemenin lo bolos ke kantin. Duh kapok gue!" Gretta mengingat-ingat kejadian beberapa hari lalu yang terjadi pada dirinya akibat nekat melanggar peraturan.

"Hehe." Kekeh Hana, kemudian Elsa mengusulkan sebuah permainan yang cukup mengasyikan, "Truth or Dare yuk!" Ajaknya. Kemudian ia mengambil botol minum milik Ratu, awalnya ditolak tegas oleh gadis itu dengan alasan, 'emang enggak ada yang lain selain botol gue?!' Namun akhirnya, ia pun menyerahkan botol orange itu pada Elsa.

"Mulai ya." Botol itu berputar seirama dengan jarum jam, awalnya berputar kencang namun lama-kelamaan menjadi melambat dan berhenti. Tepatnya didepan Hana. "Dih, kok gue yang kena? Curang lo Sa!" Protes gadis gembul itu, "Lo yang curang, udah ya. Putaran pertama bagi semua orang itu kita kasih Truth dulu deh, baru Dare biar seru." Usul Elsa, kemudian botol itu kembali berputar.

Satu persatu sudah kebagian pertanyaan yang harus dijawab jujur, beserta tantangan. Kecuali satu orang, "Ta, sinian apa! Nantikan botolnya berhenti ke arah Hana terus. Karena lo ada dibelakang dia." Omel Ratu, kemudian Gretta menatapnya malas, "Gue udah geser dari tadi, tetep aja ketutupan." Kemudian gelak tawa temannya terdengar, Hana hanya mengerucutkan bibirnya sambil melirik ke arah Gretta yang terkekeh.

Ice cube [ On Going ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang