12 :: Kakel

39 3 0
                                    

Bukannya gue nolak, tapi gue enggak mau aja nyerahin hati kesembarang orang lagi hanya untuk di sia-siakan.
-Gretta.

***

Gretta berjalan sambil menghentakkan kedua kakinya saat kembali mendapat pesan singkat dari orang yang sangat lancang membaca isi catatannya.

Alvaro : Gue tunggu di taman belakang.

"Kenapa dari sekian banyaknya orang harus lo, yaampun kenapa harus lo!" Gretta meninju layar handphone nya berkali-kali, berharap pesan itu menghilang dan tidak pernah muncul dari layar handphone nya.

Iqlam hanya memperhatikan Gretta diam, melihatnya dari kejauhan. Ia hanya memilih diam dan bungkam, tidak bertutur kata sedikitpun padahal sebelumnya mereka terasa dekat.

Entah kesalahan apa yang diperbuat olehnya, sehingga membuat Atra dan juga Iqlam seperti menjauhinya. Padahal, Gretta berusaha bersikap sebaik mungkin pada keduanya. Terlebih lagi Iqlam, cowok dingin itu kembali membeku. Gretta sudah tidak dapat menyentuhnya lagi.

Ia melangkah menuju koridor, melihat sepasang siswa dan siswi yang sedang tertawa lepas mengobrol di depan salah satu kelas. Bisa dilihat kalau itu Jessy dan Atra, tawa mereka terdengar hingga tempat Gretta berdiri. Sepertinya sedang membahas sesuatu yang sangat lucu, seperti apa ya. Ia sempat berfikir seperti itu, sebelum akhirnya kembali berjalan ke ujung koridor.

"Hai Gretta!" Jessy menyapanya riang, senyuman itu seakan tidak pernah tenggelam dari wajahnya sejak ia dikabarkan dekat dengan Atra. Sebetulnya sedikit sakit melihat hal itu, sebisa mungkin Gretta juga membalasnya dengan senyuman terbaiknya. Menatap Jessy---dan juga Atra bergantian, sebelum akhirnya ia berbelok ke taman belakang sekolah.

Atra masih menatap punggung Gretta yang makin lama semakin menjauh, melangkah pergi. Walau sebenarnya ia tidak menginginkan itu, tapi sekarang ia benar-benar bingung. Apa yang sebenarnya ia lakukan, mengapa ia menjauhi Gretta. Sementara perempuan itu mungkin saja bingung apa kesalahan yang diperbuatnya, Atra dibuat pusing oleh fikirannya sendiri. Dan memilih menatap Jessy yang ada dihadapannya.

Gretta berjalan gontai, melangkahkan kakinya malas menuju taman belakang. Pemandangan yang baru saja ia lihat membuat suasana hatinya mamburuk, ditambah lagi harus bertemu dengan seseorang yang asing baginya. Membuatnya harus cepat-cepat menyudahi nya dan memakan tiga buah eskrim sekaligus untuk memperbaiki mood nya yang sedang kacau balau.

Dilihatnya cowok itu sedang duduk di bangku taman belakang sekolah, bangku yang membuat kakinya keseleo beberapa waktu lalu. Daun pohon rambutan mulai berjatuhan dan terlihat memenuhi halaman taman, menambah kesan seram bagi yang baru pertama kali menginjakkan kaki kesana. Namun bagi Gretta itu adalah keindahan yang harus dinikmati. Ia memerhatikan cowok itu dari jauh, terlihat menunduk dan sedang membaca sesuatu. Ia mendekat dengan langkah yang sangat hati-hati agar tidak mengejutkan cowok itu.

Matanya melebar kala baru menyadari bahwa cowok itu sedang membaca sebuah buku bersampul coklat yang sangat ia yakini adalah buku catatannya, ia berjalan cepat kemudian menarik kasar buku yang ada digenggaman cowok itu. "Enggak sopan banget sih lo!" Ketusnya, Gretta terlihat sangat kesal. Mungkin baginya, buku catatan adalah salah satu privasi yang harus dijaga isinya.

Cowok itu hanya menatap Gretta bingung, kemudian terkekeh. Itu membuat Gretta tambah naik darah, "Enggak punya rasa bersalah banget lo ya! Malah ketawa lagi!" Ia sempat melihat kesekeliling, takutnya cowok itu kesurupan.

Ice cube [ On Going ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang