13 :: Dekat

7 2 0
                                    

Kamu romantis, kamu baik. Tapi kamu tau apa kurangmu? Kamu melakukannya kesemua orang.
-Gretta

***

Gretta kesal setengah mati dengan Alvaro, membuat gadis itu membulatkan tekadnya untuk tidak kembali berhubungan dengan laki-laki itu. Bagaimana tidak, cowok itu seakan menjadikan Gretta umpan dari para laki-laki disana, bukan melebih lebihkan. Karena saat tadi ia mengedarkan pandangannya keseluruh penjuru warung. Ia sama sekali tidak menemukan perempuan disana, dan bagaimana mungkin Alvaro bisa dengan santainya menyuruhnya masuk kedalam sana.

"Dasar cowok gila," umpat Gretta sambil melirik ke kaca belakang angkutan umum yang dinaikinya.

Angkutan umum yang dinaikinya tiba-tiba berhenti. Supir nya menoleh masam kearah Gretta, "Kenapa bang? Habis bensin?" sesaat ia mencoba bertanya. Namun supir itu tetap diam dan menatap Gretta tajam.

"Turun lo! Ngapain masih disini! Barusan lo ngatain gue gila kan." supir itu menggembrak stir seakan sangat marah terhadap Gretta.

"Loh, maksud saya itu bukan abangnya. Tapi temen saya yang kayak setan." Gretta berusaha membujuk supir angkot tersebut, karena tidak mungkin ia jalan kaki sampai kedepan komplek. Apalagi hari sudah mulai sore.

"Gak sopan lo ya sama orang tua kayak gue, udah dikatain gila gue dibilang kayak setan pula." Gretta semakin bingung dengan ucapan si supir angkot yang semakin lama semakin ngawur, akhirnya ia memilih untuk turun dari angkot tersebut dan melanjutkan perjalanannya dengan berjalan kaki.

"Kenapa nasib gue hari ini apes banget sih," Gretta menyusuri jalan komplek perumahan tempat sekolahnya berada. Dan diujung jalan ia melihat Alvaro dengan motornya seperti sedang mencari seseorang, ia pun bersembunyi dibalik tempat sampah dan melihat siapa yang sedang dicari Alvaro hingga sampai sini. Bukankah tadi cowok itu sedang makan, apa yang ia lakukan disini.

"Yah, udah ngilang lagi angkotnya cepet banget." Alvaro berhenti dan mengeluarkan handphone nya, "Gue LINE aja deh." Saat Alvaro berkutat pada layar handphone nya mengetik sesuatu pada seseorang disebrang sana, Gretta hanya mengintip dan berdoa agar Alvaro segera pergi dan ia bisa pulang sesegera mungkin.

Saat suara motor Alvaro sudang menghilang, barulah Gretta keluar dari tempat persembunyiannya dengan peluh keringat membasahi dahinya. Ia mendongak menatap langit yang sudah berwarna kelabu, Gretta pun berlari untuk cepat sampai kerumahnya. Kalau tidak, bundanya pasti akan marah jika ia terlambat samapi rumah. Gretta mengayunkan kedua kakinya lebih cepat lagi dan berharap ia akan sampai dirumah tepat waktu.

Setelah menunggu angkutan umum didepan komplek lebih dari satu jam, Gretta pasrah dan kembali melanjutkan perjalanannya dengan berjalan kaki. Jika tidak sudah dipastikan ia akan terlambat sampai rumah.

Suara deru mesin motor seakan berada tepat dibelakanhnya, Gretta mengeratkan tas ranselnya dan menggenggam tali tas nya dengan sangat kuat. Tangannya mengepal, dan tentu saja gemetar. Sudah lebih dari beberapa kilometer seseorang membuntutinya dibelakang, ia sama sekali tidak berani menolehkan pandangannya kebelakang. Dan sialnya, hari ini semprotan mericanya sedang tidak ia bawa. Maka yang harus Gretta lakukan pada seseorang yang membuntutinya adalah menyerangnya.

"Duh, mati lo Ta. Itu motor siapa yang daritadi ngikutin lo." Jantungnya berdegup sangat kencang, jari-jari tangan Gretta masih gemetar. Dan rambutnya terlihat sangat lepek karena ketakutan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 14, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Ice cube [ On Going ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang