"aaaaaa....".Sebuah teriakan melengking terdengar dari kamar.Orang -orang yang duduk diruang tamu bereaksi.
"Dok..".Empat orang segera memburu kesebuah kamar.Saat dilihat,kamar sudah berantakan.Seorang gadis merangkak-rangkak.
"Nona!"
"jangan!"dokter itu mencegah seorang wanita paruh baya mendekati Nona."ayah,bagaimana ini?"
"biarkan dokter yang menangani".Wanita itu menutup mulutnya.Isakannya terdengar lirih.
"aaarrkh.....aaaa....eerrrkh..".Nona menggeram melihat dokter yang mendekatinya.Sebelum kehilangan kesempatan ,dokter bersama asistennya segera merangsek Nona.
"huaarrrrgh..".Geraman Nona makin menjadi.Ia berusaha memberontak.Tenaganya yang berkali lipat lebih kuat daripada dia normal membuatnya hampir lepas.Dua orang itu meringkus Nona dan memborgol tangannya lalu merebahkan tubuhnya ke ranjang.
Ayah ikut serta membantu menangani Nona.Dokter itu segera menyuntikkan cairan bening ke lengan Nona.Sesaat amukan Nona meredam menjadi tidur pulas.
"padahal baru 1 jam yang lalu"ucap sang ayah.
"kenapa bisa begitu Dok?"wanita paruh baya menatap si dokter.Matanya sembab.
"memang begitu.perasaan traumanya terlalu tinggi."
'bagaimana cara menyembuhkannya?"
"kita harus mentransfer sugesti positif.Namun terlebih dahulu kita harus mendapatkan perhatiannya.perhatiannya adalah kesadarannya.bagian ini yang menurut kami paling sulit.Sudah lebih dari 2 bulan tidak sedikitpun kami melihat tanda-tanda kesadarannya.Perasaan trauma itu sudah menguasai otaknya. bahkan lebih buruk.Kami juga agak bingung dengan tingkahnya."
Penjelasan dokter melemaskan kedua orang tua baya didepannya.Segala pengobatan sudah dijalani,namun tidak membuahkan hasil.
"ada kemungkinan bisa sembuh dok?"sebuah harapan kecil masih tersisa bagi ayah.
"kami tidak tahu,tapi kami akan mengusahakan".Jawaban itu tak membuat hati kedua orang tua baya itu terhibur.Dokter yang menangani hampir saja putus asa.Namun ia tahu bagaimana perasaan kedua orang tua ini.
"suntikkan cairan ini setiap 1 jam.Itu akan mengurangi amukannya"ucap dokter.Ayah menerima botolan cairan dari tangan dokter.
"besok pagi aku akan kemari lagi"Ayah mengangguk.Dokter itu sedikit membungkuk sebelum meninggalkan kamar bersama asistennya.
Ayah menatap kamar putrinya.Miris.Kamar itu tidak lagi seperti dulu.Nuansa pink berubah menjadi gelap tak terurus.Amukannya telah merubah segalanya.
3 bulan sebelumnya
malam sedigin es menaungi langit kota.Orang-orang sudah berselimut di dalam rumah.Dingin ini hampir membekukan kulit.Daun-daun pohon beku dengan sendirinya.Bebatuan seperti gumpalan es dan tanah bagai lautan membeku.Dinginnya malam bagai dinginnya hati seorang gadis yang tengah berjalan bersama seorang pria.Keduanya berjalan bersisian melewati jalanan sepi tengah kota.Semakin sepi bahkan tumbuhan besar mulai bermunculan.
"sebenarnya kita akan kemana?"pria itu bertanya.Ia merapatkan jaket wolnya.Gadis disampingnya tersenyum manis dan begitu menggoda.
"nanti kamu akan tahu"Gadis itu menggelayut manja.
"jangan buat aku penasaran".Pria itu meraih pinggang si gadis dan memeluknya.
"bukan kejutan namanya".Gadis itu membalas pelukan si pria.Dingin mulai merasuk lebih dalam.Pria itu menatap gadis disampingnya.Gadis itu terlihat cantik sekali.Ia memakairiasan yang agak kentara.Wajahnya seperti bertambah cantik berkali lipat.Mungkin kecantikkannya bisa diibaratkan dengan dewi-dewi yunani kuno atau cleopatra.Entahlah,dia sangat cantik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kepingan Serpih
Short Story"kurasa kita tak benar-benar bersenang-senang". Ia membuang puntung tembakaunya. "kesenangan ini mungkin hanya sebuah tuntutan. Kita butuh ruang kembali. Kembali seutuhnya, tanpa beban". Aku mengerutkan alis. Perkataannya membuatku harus berpikir ap...