Garis

14 4 0
                                    

ini ceritaku ketika aku bertemu orang asing yang tak begitu asing. Entah,laki laki itu terus memandangiku. Awalnya aku takut, namun rasa penasaranku menyingkirkan rasa takutku. Aku mendekatinya. Aku tersenyum ramah dan memperkenalkan diri. "hai aku line. Boleh tahu namamu?". Laki laki itu tak lantas membalas perkenalanku. Ia memandangiku cukup lama. Sebenarnya aku berpikir mungkin dia agak kurang mental. Tapi sebuah suara berat keluar dari mulutnya,dan menurutku itu seksi. Aku tak pernah tertarik dengan lelaki manapun. Jenis apapun karena menurutku mereka sama. Binatang yang suka memperkosa wanita. Tapi kenapa? Aku merasa telah jatuh cinta sekarang ini. Ini bukan bucin atau mendramatisir suasana. Tapi aku yakin ini memang jatuh cinta. Dia menyalamiku. Namanya cukup bagus tapi juga sedikit aneh. Air. Air?, kenapa tidak samudra biar lebih keren. Siapa pula yang berpikiran memberi nama anaknya dengan air?. Tapi tak apalah. Aku suka matanya yang seperti air. Bening dan aku ingin menyelam disana. Merasai dinginnya. "kenapa?" tanyanya. Aku agak terkejut ia menyadari keanehanku. Baru saja aku melamunkannya. "oh tidak, matamu bagus" ungkapku jujur. Ia tersenyum kecil. Kecil sekali hingga hampir tak kelihatan. "aku lihat beberapa hari ini kamu disini" kataku. Jeda agak lama. Kurasa ia menunggu kelanjutanku. "lalu?" ucapnya. "tidak apa apa", yah aku hanya ingin ngomong itu. Aku tidak tahu ingin berbicara apa. Aku hanya tahu cara merayu dengan seksi. Itu saja. Otakku tak bekerja banyak dan aku benci kenapa dulu aku tak melatih otakku agar menjadi lebih pintar. "kenapa malam malam disini?" tanyanya. "oh aku..aku cari angin saja" balasku. "bajumu seksi sekali. Seperti mau konser. Benar hanya cari angin saja?". Aku agak gugup menjawabnya. Jujurkah? Atau berbohong demi menjaga harga diriku. "yah...begitulah". Aku tak sesemangat seperti tadi. Laki laki ini menakutkan. Aku jatuh cinta padanya tapi aku merasa rendah diri dan tak pantas. "oke aku pergi dulu". Lebih baik begini. Aku tak mengharapkan cinta seperti apapun. Karena untuk diriku cinta itu tak ada. Begitulah yang kupahami. Kakiku menjauhi tempat laki laki itu berdiri. "malam ini, bolehkah aku menyewa jasamu". Suara itu begitu jelas tertangkap telingaku. Aku berdiri ditempatku. Perih rasanya dipelupuk mata. Laki laki sama saja. Binatang pemerkosa. Rasa cintaku benar benar tenggelam. Setiap hari, setiap malam aku lewati dengan kebencian. Angin malam menjadi selimutku. Aku berjalan mendahuluinya. Berat rasanya menemui bilik kecil dibelakang club. Aku menari dengan lemah gemulai. Dengan tetesan airmata aku mengikuti detik berputar. Aku mengulangi hal hal seperti yang kemarin. Seperti detik mengitari bundaran angka angka yang sama dan tak berubah. Hidupku tak pernah berubah. Aku tetap menjadi aku yang menjijikan. Kotor. Hingga aku tak mau menjadi diriku sendiri. Aku biarkan laki laki itu menghisap kenikmatan dari diriku. Kubiarkan ia merobek pakaianku. Kubiarkan ludahnya menempel ditubuhku. Kubiarkan semuanya sebelum detik menghentikan napasku. Semua itu tak berlangsung lama. Setengah jam laki laki itu sudah terkapar. "ahh". Senyumnya tampak mengembang. Kelelahan menyapa tubuhnya. Saat itu lampu lima watt menerangi bilik kecilku. Tak cukup terang. Aku merogoh laci dekat ranjang. Dinginnya sedingin hatiku saat ini. Kugenggam benda tajam itu dalam keremangan. Laki laki itu hampir pulas. Dengan lebih leluasa aku bergerak dan ini menguntungkanku. Bagaimana aku harus memulai? Bagian wajahnyakah atau leher atau perut atau mata. Aku tak terlalu pusing. Mataku terlalu gelap untuk memperhatikan urutannya. Detik benar benar membunuhku. Keterkejutan mewarnai wajah air. Suaranya tertahan ditenggorokan. Aku tahu teriakannya nyaring, namun hanya dirinya yang bisa mendengar. Telingaku hanya mendengar angin musim panas yang berhembus. Aku menatap pantulan diriku dalam cermin. Sungguh menyedihkan wanita malam ini. Dalam dirinya terpantul wajah iblis. Mengerikan dan aku tak ingin melihat diriku lagi. Akhirnya benda tajam itu menancap dileher. Sakit,sesak,dingin,dan menakutkan. Ini akhir dari hidupku dan akhir sebagai budak yang diperkosa. Iblis ini telah mati bersama seorang laki laki yang dinanti istrinya dirumah. Laki laki yang bernama air ini telah mengakhiri takdirnya. Air ini tak sebening sesungguhnya. Ia air keruh yang menyimpan rahasia dibaliknya. Dan aku tak tahu rahasia apa yang berada dalam garis takdirnya. Aku senang karena telah melenyapkan satu dari sekian miliar binatang pemerkosa dibumi. Kepada angin malam, sampaikan salamku pada ibu. Aku tak bisa lagi menyentuh raganya. Aku telah lenyap. Akhir dari hidupku tak selurus garis yang dibuat ibu untukku. Line.

November 09, 2019

Kepingan SerpihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang