CHAPTER 1

808 31 16
                                    

Pagi berbinar hangat. Sinar matahari tersenyum cerah. Jalanan pun tampak lembab oleh uap sisa hujan semalam.

Wush! Sekelebat bayangan melintas diatas trotoar jalanan  di suatu sudut kota Bandung. Seorang gadis tengah melaju diatas sepeda tuanya. Tasya, gadis cantik berambut panjang yang terkuncir satu itu tengah sibuk melajukan sepedanya secepat mungkin ditengah licinnya  jalanan.

CIIITTT!! Suara decitan keras  terdengar saat mobil itu hampir menabrak sepeda yang tengah dikendarai oleh Tasya di perempatan jalan.

“ Woi bisa bawa sepeda  gak  si lo?”  Sunggut seorang laki-laki yang keluar dari dalam mobil berwana merah itu.

“ Heh lo denger gue ngomong gak sih?” katanya lagi sambil berkacak pinggang didepan gadis yang sibuk memasukkan  barang jualannya yang berserakan kedalam box.

“ Ma..maaf  Mas,tadi saya buru-buru galiat bakal ada mobil,saya kira tadi mobil Mas masih jauh mangkanya saya nyebrang aja.” Jelas gadis bernama Tasya itu. Ia masih sibuk memasukkan jualannya tanpa memandang orang yang menjadi lawan bicaranya.

“ Woi lo ngomong ama siapa?” tanya nya lagi dengan nada ketus.
Merasa jengah dengan perlakuan perempuan yang berada  didepannya,laki-laki itu pun memutuskan untuk pergi.

“ ck! Awas aja kalo gue ketemu lo lagi” katanya ketus,sambil beranjak pergi meninggalkan Tasya yang masih sibuk memasukkan jualan yang dia bawa kedalam Box.

                           ***

Suara riuh terdengar dari sepanjang koridor sekolah SMA Rajawali.Terdengar suara tertawa riang dari para sekumpulan siswi  dan  candaan-candaan aneh yang terlontar dari para siswa.

Jam menunjukan pukul  09:30, saat- saat dimana kantin penuh dengan murid-murid yang kelaparan.

Bagi Tasya, jam istirahat adalah jam-nya dia untuk mengais rezeki. Ia bergegas menuju kantin untuk segera menjualkan makanan yang dia dan ibunya buat tadi malam. Selain berjualan dikantin  Tasya juga sering  membantu bibi kantin yang tengah kerepotan melayani pelanggan.

“ Neng Tasya Bibi tunggu dari tadi” kata salah satu penjual kantin yang sering akrab dengan sebutan bibi itu.

“Iya nih Bi, Disuruh guru dulu tadi. Oh iya bi, ini makanannya Bi. 30 buah ya Bi “ kata Tasya Ramah.

“Oh iya Bi, Kata ibu makasih udah mau dititipin makanan” lanjutnya.
“Oh ya Neng Sama-sama Bibi seneng  bisa bantu. Toh,kita kan sama-sama Jualan. Udah sekarang Neng Tasya Bantu Bibi ya” Pinta Bibi itu,Terlihat dari raut wajahnya yang memohon.

“Dengan senang hati Bi, bantuin apa Bi?” kata Tasya ramah, ia tersenyum sambil menunjukan deretan giginya nya rapi.

“Aduh nuhun pisan Neng geulis” Ucap Bibi itu senang “ Ini Neng tolong anterin Pesenan Baso ini ke meja Nomer 9 itu yang Neng,Bibi mau ngelayanin dulu yang lain. Si Bapak sakit,jadi Bibi Riweuh.” Katanya sambil memberikan Nampan Yang berisi 2 buah mangkuk baso.

“Oke Bi,tenang aja kan masih ada Tasya” kataya, sambil berlalu membawakan nampan berisi baso ke meja tujuan.

“Pesenan Baso-nya Kak” kata Tasya ramah,sambil menata Mangkuk Baso tersebut diatas meja.

“ Makasih Ade manis.” Kata salah seorang Pria berambut agak Pirang

“Eh bentar deh,gue sering liat lo bantuin mulu Bi inem. Lo anaknya?” kata pria salah satunya lagi

“ Oh, bukan kak. Aku cuman bantuin Bi Inem aja.” Kata Tasya sesopan mungkin,mengingat seseorang yang menjadi lawan bicaranya saat ini adalah kakak kelasnya.

BARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang