CHAPTER 16

292 6 2
                                    

Alunan musik Jazz terdengar diseluruh sudut ruangan Cafe bernuansa klasik.

Beberapa pegawai terlihat hilir mudik menyiapkan beberapa sajian para pelanggan.
Malam itu, pengunjung cafe ini tidak terlalu ramai seperti biasanya,hanya beberapa meja saja yang terisi. Wajar mungkin karena gerimis yang turun malam itu.

Alunan musik yang pas membawa para pengunjung cafe itu masuk kedalam iramanya. Tak terkecuali dengan seorang pria yang menatap kosong menu makanan yang tersaji di mejanya.

"Ditt, kenapa sih? Kamu kok dari tadi diem terus." Ucap seorang perempuan itu manja. Tangannya ia kaitkan pada leher pria yang ia sebut 'dit' itu. Ya Radit, Karin membawa Radit ke Cafe favorite mereka dulu.

"Ck, lepas Rin." Kata Radit melepaskan kaitan Tangan karin dilehernya.

"Kok kamu gitu sih?" "Kamu kenapa? Hm?" ucap Karin lagi manja, kali ini tangannya bergelayut manja pada tangan Radit.

" Karin! Lo bisa diem ga sih?!" ucap Radit kasar , ia merasa risih dengan perlakuan Karin malam itu.

" Lo kenapa sih? Kok lo jadi ngebentak gue?!" Ucap Karin tak terima.

" Lo kalau ada masalahnya sama Bara gausah di lampiasin ke gue juga kali!" ucap Karin lagi.

Radit mendelik Karin tajam saat mendengar ucapan Karin barusan.
" Denger ya, gue ribut sama Bara itu juga gara-gara lo!" balas Radit

"Kok nyalahin gue? Lo kan yang ribut ama Bara!" jawab Karin tak mau kalah.

" Dan lo Biangkeroknya!" Balas Radit lagi, kali ini kesabaranya telah hilang. Ia merasa sangat bersalah dengan sikapnya tempo hari.

Radit menarik nafas panjang lalu menghembuskannya perlahan mencoba mengontrol emosinya yang semakin meluap, ia sangat kesal dengan Karin namun disisi lain ia juga sangat mencintai perempuan itu.

" Gue akuin gue emang cinta sama lo, Tapi lo gak bisa ngancurin persahabatan gue sama Bara. Gue tau gue emang gak pernah pantes buat dapetin cinta yang tulus dari lo, bertaun-taun gue cuman bisa berharap lo bisa punya perasaan yang sama kaya gue. Gue tau lo gak pernah suka sama gue. Dan selama ini gue cuman berharap sama orang jahat kayak lo. " Ucap Radit seraya berdiri dari tempatnya duduk.

" Dan tololnya gue selalu sayang sama lo,Rin." Lanjut Radit lalu pergi meninggalkan Karin yang masih terkejut dengan ucapan Radit barusan.

***

Terik Matahari mulai masuk kedalam celah-celah jendela ruangan berukuran besar itu. Sinarnya membangunkan seseorang yang tertidur lelap sedari tadi. Suara burung mulai terdengar riuh diluar sana, pagi yang segar untuk mengawali hari yang indah.

Bara terbangun dari tidurnya yang lelap. Kepalanya terasa pening ditambah luka yang ada pada tubuhnya membuat ia kesulitan untuk bangun dari tempat tidurnya.

Ia mengerjapkan matanya mencoba melihat keadaan sekitarnya. Bara diam sejenak untuk mengingat kejadian tempo malam. Setelah dirasa cukup untuk mengembalikan ingatannya ia mencoba bangkit dan berjalan menuju kamar mandi untuk mencuci muka.

"Bar udah bangun lo?" tanya Adit yang baru datang dengan membawa nampan yang berisi roti dengan segelas susu.

" Nasib cowok tadi malem gimana?" tanya Bara setelah ia selesai mencuci muka,ia menghiraukan pertanyaan Adit barusan.

" Udah gue urus." Jawab Adit.

" Belum berangkat lo? Udah jam setengah delapan bego." Kata Bara Santai sembari melahap Roti yang Adit bawa tadi.

" Ya gue kan ngurus Bayi besar dulu." ucap Adit dengan menekankan kata 'Bayi besar'. Bara mendelik tajam pada Adit.

" wesh kalem dong bro. Pagi-pagi itu mata udah tajem aja. Yaudah gue mau cabut dulu. lo kalo abis makan buruan mandi, badan lo bau alkohol. Lo bisa pake baju gue dulu. Kalau lo mau balik kerumah bilang sama gue. Awas aja lo ilang-ilangan lagi!" ancam Adit

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 11, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang