CHAPTER 2

287 21 8
                                    

Jam telah menunjukan pukul 18:00 malam , Bara yang baru saja sampai memarkirkan mobilnya dihalaman rumahnya.

Bara memasuki rumah itu dengan langkah gontai, berharap ingin segera merebahkan tubuh di kasurnya yang empuk dan melupakan sejenak masalah-masalah nya.
Tapi sayang,baru saja beberapa langkah saat Bara menutup pintu,deheman dengan nada berat menghentikan langkahnya.

“Darimana kamu?” tanya si empunya suara.  Bara tidak menjawab ia malah melangkahkan kakinya kembali. “SAYA SEDANG BICARA SAMA KAMU!” katanya lagi dengan nada sedikit tinggi.

Bara mendengus kesal lalu membalikan badannya  malas dan menatap ayahnya itu dengan penuh kebencian. 

“ Berhak apa lo nanya-nanya gue darimana?” tanya Bara sarkas. Perkataannya tadi sukses membuat ayahnya membelalakan mata tak percaya dengan apa yang  dirinya dengar barusan.

“Saya ayah kamu, apa pantas seorang anak berbicara seperti itu kepada orang tuanya?” timpal ayah Bara dengan geram.

“Ohh,anda orang tua saya?saya kira orang tua saya UDAH MATI.” Jawab Bara dengan menatap tajam ayahnya itu lalu berlalu meninggalkannnya menuju kamar.

“KURANG AJAR KAMU! MAU JADI APA KAMU?!” ucap ayah Bara yang semakin marah dengan perkataan-perkataan kurang ajar Bara.

“BARA! BUKA PINTUNYA! SAYA BELUM SELESAI NGOMONG!” kata ayah Bara sembari menggedor keras pintu kamar Bara.

Merasa risih dengan apa yang dilakukan ayahnya, Bara pun membuka pintu kamarnya dengan kasar .

“ Ayah udah cape harus ngomongin kamu berapa kali,mau kamu apa sih?” tanya ayahnya  langsung setelah Bara membuka pintu.

“lo nanya mau gue apa? Urus keluarga lo yang bener!jangan jadi kepala keluarga yang Cuma gila kerja tapi ga BECUS NGURUS ANAK!” perkataan Bara sukses membuat bungkam mulut Herman, ayahnya. Bara berlalu meninggalkan ayahnya,menghidupkan motor lalu pergi meninggalkan rumah. Keinginanya untuk merebahkan diri  dikasur empuknya pun hilang  dengan sekejap.

Ditengah ramainya jalanan kota Bandung Bara membawa motornya  kencang. Entah apa yang ada dalam pikirannya sekarang,dalam hatinya Bara hanya ingin melupakan kejadian-kejadian buruk yang menimpanya. Ia kesal dengan ayahnya, ia juga kesal dengan dirinya sendiri.

Merasa hal yang dilakukannya sia-sia Bara berniat untuk memarkirkan motornya sejenak di pertokoan untuk sekedar membeli minum agar ia bisa menjernihkan pikirannya kembali.

Setelah keluar dari toko,Bara berniat hendak menginap dirumah Radit berharap ia bisa mencari kesenangan disana.Baru saja ia akan menaiki motornya, suara teriakan minta tolong menarik perhatian Bara. Ia mencoba mencari asal suara tersebut, dan berakhir  pada satu gang sempit yang tidak jauh ditempat motornya terparkir tadi.

Merasa janggal dengan apa yang ia lihat, langsung saja Bara menghampiri segerombolan pria yang mengganggu perempuan itu lalu menghabisinya tanpa ampun.

“BANGUN LO BANGSAT!” kata Bara  sembari terus memukuli seorang pria dibawahnya.  Batinnya berteriak puas saat ia bisa melampiaskan kekesalannya dengan memukuli pria di depannya tanpa alasan apapun. “seenggaknya gue bisa ngelampiasin emosi gue”batin Bara.

Ia terus memukuli pria-pria itu hingga salah seorang diataranya meminta ampun dan bergegas pergi meninggalkan Bara dengan emosi yang masih menjadi-jadi.

“PAYAH LO! SAMPAH SEMUA LO PADA!” teriak Bara sekeras mungkin.  Berasa emosinya telah terluapkan, ia membalikan badan dan melihat seorang perempuan yang  menangis ketakutan sembari menundukan kepala  diantara kedua lututnya.

Bara menghampirinya  lalu berjongkok didepan perempuan itu
“Hey, udah bangun. Mereka udah pergi. Lo aman” kata Bara.

Perempuan itu mendongakkan kepalanya  lalu mentap  Bara dengan tatapan sendu.Ia baru sadar, bahwa gadis yang ia tolong adalah Tasya,gadis yang hampir ia tabrak tadi pagi.Wajahnya yang mulai memerah dan tangannya yang gemetar membuat Bara tidak tega melihatnya. Bara menarik tangan Tasya lalu mendudukannya di bangku jalanan, dan memberikan botol minuman yang ia beli tadi.

Hening .

setelah beberapa saat Tasya baru memulai pembicaraan. Merasa malam semakin larut, Bara memutuskan untuk mengantarkan Tasya kerumahnya. Berjaga-jaga jikalau laki-laki tadi kembali menghampiri Tasya dan memperlakukan Tasya seperti tadi.

                            ***

“ekhem, udah nyampe kak” kata Tasya  canggung. Pasalnya,selama perjalanan tadi dia dan Bara hanya diam tanpa bicara sedikitpun. “ Kak Bara masuk dulu yuk,kalau pulang sekarang takut keujanan dijalan, aku bikinin teh dulu.”tawar Tasya dengan hati-hati.

Bara mengangguk setuju, karna dia rasa pulang sekarang pun ia bingung harus pulang kemana.

“Ayo kak masuk” ucap Tasya. Bara memasuki rumah Tasya yang bisa dibilang amat sangat sederhana, hanya ada 2 kamar,ruang keluarga, dan dapur dengan peralatan seadanya.

“kak bara duduk dulu, aku mau buatin teh dulu.” Kata tasya ramah. Bara mengangguk lalu duduk di kursi kayu  yang berada diruang keluarga.

“Uhukk.. uhukk Tasya, kamu  udah pulang nak?” ucap ibu tasya dari dalam kamar.
Ibu tasya keluar dari kamarnya dan mendapati Bara yang tengah duduk bersandar pada kursi kayu.

“ iyaa bu, maaf lama tadi rantai sepeda Tasya putus lagi. Dan.. oh iya, ini Kak Bara bu. Kakak kelas Tasya disekolah” kata Tasya memperkenalkan Bara dengan ramah. Bara langsung memberikan salam dan mencium tangan ibu Tasya dengan sopan.

“Bara tante” ucap Bara sopan.
Ibu Tasya tersenyum ramah kepada Bara.

“tadi kak bara anterin aku pulang bu” ucap Tasya setelah membawa dua buah gelas dalam nampannya dari dapur.

“Makasih ya nak,udah nemenin Tasya pulang, tadi ibu khawatir takut ada apa-apa” ucap ibu Tasya lemah.

“uhukk.. uhukk.. yasudah nak Bara ibu tinggal dulu ya,Tasya ibu mau istirahat lagi ya. Temenin nak Bara.” Ucap ibunya seraya pergi meninggalkan Bara dan Tasya.

“ini kak teh anget nya. Maaf kak gaada apa-apa aku” kata Tasya canggung

“ Ibu lo sakit?” tanya Bara to the point.
Tasya menganggukan kepalanya lalu tersenyum miris.

“ iya,gangguan hati. Udah 2 tahun semenjak ayah meninggal.” Jelas Tasya. Bara melihat raut sedih tampak pada wajah Tasya.  Merasa bersalah dengan pertanyaannya Bara mengalihkan pembicaraannya dengan melontarkan pertanyaan-pertanyaan lain.

“kalau gitu gue pamit pulang.” Ucap Bara setelah dirasa terlalu lama ia berada dirumah ini.

Tasya menganggukkan kepala,lalu mengantarkan Bara ke depan pintu gerbang

“ hati-hati kak.” Kata Tasya Ramah sembari disertai senyuman tipis.

Bara  mengagguk lalu mulai melajukan motornya menjauhi rumah Tasya.

“Hufhh” Tasya membuang nafas lega setelah Bara pergi meninggalkan rumahnya.

Ia merasa canggung dengan sosok Bara, apalagi dengan tatapan mata tajamnya yang seakan-akan mengintimidasinya. Ia bergidik ngeri saat pertemuan keduanya tadi pagi, saat Bara menatap tajam mata Tasya.
Tetapi ia sangat berterimaksih sekali kepada Bara,  jika bukan karena Bara yang menolongnya tadi,ia tidak tau bagaimana nasibnya sekarang.

                               ****

NEXT YUKS!!

Oh ya,Pict yang saya kasih itu hanya imagine Saya Pribadi. Reader bisa Imajinasiin  Pelaku seluas mungkin kok! Tapi kurang lebih pelaku yang saya ceritakan memiliki karakteristik yang hampir sama dengan pict🖐

Dapet Bonus Pict nih 😀

              Erlangga Bara Davian

              Erlangga Bara Davian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
BARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang