CHAPTER 11

177 5 0
                                    

Kepulan asap keluar saat seorang pria yang sedang bersandar di pinggiran ranjang berukuran besar itu menghembuskan asap rokoknya yang tadi ia hisap,sesekali ia menghembuskan nafasnya berat bersamaan dengan asap rokok yang keluar dari mulutnya.

Ruangan berukuran besar itu terasa pengap tatkala beberapa barang tergeletak ditempat yang tak seharusnya. Botol-botol minuman berserakan diatas lantai berkarpet biru tua yang disimpan sembarang,ada pula beberapa  bekas makanan ringan yang dibiarkan begitu saja.

Gelap dan dingin. Begiulah suasana diruangan yang berukuran cukup besar itu.hordeng yang tertutup dengan rapat tidak membiarkan sedikitpun cahaya masuk.

Drtt..Drrt benda berukuran pipih itu bergetar saat sebuah panggilan masuk dan sebuah   nama tertera pada layar ponsel itu. Pria itu melihat nama yang tertera dilayar ponselnya lalu mengangkatnya malas.

“Dit lo dimana?gue depan rumah” kata seorang pria disebrang sana.

“ngapain?lo masuk aja Bar.gue dikamar”jawabnya. Ya,dia Radit.

Malam itu,Bara datang untuk menemui Radit karena ia merasa khawatir dengan sahabatnya. Pasalnya seharian tadi Bara merasa Radit tidak seperti biasanya,terlalu diam dari biasanya. Mangkannya ia memutuskan untuk menemui Radit sekarang.

Bara berjalan menuju kamar Radit sesampainya didepa pintu ia menarik kenop pintu yang tidak terkunci itu pelan. Begitu pintu dibuka, bau alkohol menyeruak tercium menusuk hidungnya. Bara membuang nafas berat lalu menghampiri Radit yang kini tengah bersandar di pinggiran ranjang dengan rokok ditangannya.

“Stres ga ngajak-ngajak” ucap Bara sembari mendudukan dirinya di pinggir Radit.

“Cuma lo doang yang stres aja mau.” Kata Radit sembari tertawa kikuk.

“Gue tau apa yang lo pikirin sekarang”ucap Bara mulai serius sembari tangannya mengambil rokok yang ia simpan disakunya lalu menghidupkannya.

“lo tau sendiri gue gasuka sama Karin,jadi lo tenang aja gue gabakal make si karin.” Ucap Bara santai sembari menghisap rokok lalu menghembuskannya perlahan namun pasti.

“Bukan gitu Bar,gue ngerasa gak guna aja. Seharusnya dari dulu gue nyegah Karin buat jadian sama Dhika.”ucap Radit,Bara mendengar ada nada kekecewaan disana.

“Dit,kita itu cuman manusia. Pada dasarnya manusia itu gabisa ngubah kehendak manusia lain. kalau keputusan karin gitu yaudah,kita bisa apa?kalau Karin milih jalan hidupnya kaya gitu yaudah. Lo ataupun gue gapunya hak atas jalan pilihan hidup dia Dit.”ucap Bara bijak.

Radit termenung mendengar ucapan Bara barusan yang menurutnya memang benar. Ia bukan siapa-siapa karin dan ia tidak punya hak untuk mencampuri pilihan perempuan itu.

“Tumben lo bijak,lagi galau juga?” tanya Radit. Bara kini mengehembuskan nafasnya berat.

“Dit menurut lo bajingan kaya gue bisa berubah?” tanya Bara sungguh-sungguh.

“gaada yang gak mungkin kalau lo niat.”jawab Radit.

Bara menghisap rokoknya dalam lalu menghembuskannya sehingga banyak sekali kepulan asap yang keluar dari mulutnya.

“tapi sayangnya bajingan kaya gue udah tersesat terlalu jauh. Udah terlalu susah buat nyari jalan keluar.”ucap Bara “ya kalau lo gak jalan makin jauh,paling lo mati disana.”lanjutnya.

“yang penting sekarang,selagi lo tersesat lo tunggu aja ada orang baik yang mau nuntun lo balik.”kata Radit yang kini membaringkan tubuhnya disamping Bara.

Bara terdiam,ucapan Radit barusan mengingatkannya dengan Tasya. Dengan ucapan Tasya tadi siang yang menyatakan bahwa dirinya bersedia untuk menuntun Bara kembali pada jalan yang seharusnya.

                                  ***
TBC GUYS!!! BARA UPDATE LAGI NIHH!!😁 JANGAN BOSEN-BOSEN BUAT BACA DAN VOTE&COMENT YA!!!🖤😍

   

   

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
BARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang