Radhika: Suster Resa ... nggak mau ngucapin apa-apa?
Suster Resa: Ngucapin apa, Dek?
Radhika: Hehehe.
Radhika:
Radhika: Ngomong-ngomong, Sus, ada yang ngomong lagi di telinga aku semalam.
Suster Resa: Kamu ingat teknik menghardik 'kan? Awas kalau kamu lupa, kita ketemu lagi di sini. Nggak mau 'kan?
Radhika: Hahaha. Ampun, Sus. Aku nggak mau ke sana sebagai pasien lagi. Apalagi pasien RBD. Aduh, udah cukup.
Radhika:
Radhi berhenti berjalan dan menyimpan ponselnya di dalam saku celananya. Ia berdiri tepat di depan pintu kelasnya. Entah apa yang terjadi, tumben-tumbenan suasana di dalam sepi. Dengan rasa penasaran yang tinggi, Radhi membuka pintu kelasnya. Segera saja Radhi masuk ke dalam.
"Selamat ulang tahun, Pak Ketua!"
Suara seruan itu terdengar begitu Radhi memasuki kelas. Diikuti oleh jabatan tangan dari teman-teman sekelasnya yang langsung mengerubungi Radhi. Senyum Radhi lantas mengembang. Tapi, kemudian ia berdeham pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Dream Catcher
Teen FictionKata orang, hidup Radhi itu sempurna. Punya otak encer dengan daya ingat sempurna, ditambah dengan keahlian bermain musik, wajah yang tampan, kakak yang perhatian, serta seorang ayah yang selalu menyayanginya. Tapi, jika orang-orang berharap berada...