E m p a t

3.8K 395 10
                                    

Radhika: Suster Resa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Radhika: Suster Resa ... nggak mau ngucapin apa-apa?

Suster Resa: Ngucapin apa, Dek?

Radhika: Hehehe.

Radhika:

Radhika: Ngomong-ngomong, Sus, ada yang ngomong lagi di telinga aku semalam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Radhika: Ngomong-ngomong, Sus, ada yang ngomong lagi di telinga aku semalam.

Suster Resa: Kamu ingat teknik menghardik 'kan? Awas kalau kamu lupa, kita ketemu lagi di sini. Nggak mau 'kan?

Radhika: Hahaha. Ampun, Sus. Aku nggak mau ke sana sebagai pasien lagi. Apalagi pasien RBD. Aduh, udah cukup.

Radhika:

Radhi berhenti berjalan dan menyimpan ponselnya di dalam saku celananya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Radhi berhenti berjalan dan menyimpan ponselnya di dalam saku celananya. Ia berdiri tepat di depan pintu kelasnya. Entah apa yang terjadi, tumben-tumbenan suasana di dalam sepi. Dengan rasa penasaran yang tinggi, Radhi membuka pintu kelasnya. Segera saja Radhi masuk ke dalam.

"Selamat ulang tahun, Pak Ketua!"

Suara seruan itu terdengar begitu Radhi memasuki kelas. Diikuti oleh jabatan tangan dari teman-teman sekelasnya yang langsung mengerubungi Radhi. Senyum Radhi lantas mengembang. Tapi, kemudian ia berdeham pelan.

The Dream CatcherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang