T i g a b e l a s

2.9K 311 20
                                    

Sejujurnya, Radhi lebih suka berada di rumah sakit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sejujurnya, Radhi lebih suka berada di rumah sakit. Alasannya simpel, karena ia bisa menemukan banyak orang yang senasib dengannya. Di sana, setidaknya lebih baik daripada di rumah. Walau di rumah sakit tidak ada Neko, dan Radhi merindukan kucing itu.

Sore ini, Radhi berada di Taman Anggrek. Sesuai namanya, taman itu berada tepat di depan Ruang Anggrek. Sebuah taman yang menjadi tujuan utama keluarga pasien jika ingin bersantai. Pepohonan besar yang berusia puluhan tahun banyak berdiri di sana dengan berbagai macam tumbuhan yang tertanam di pinggir taman.

Tepat di sebelah Radhi, ada Keigen dengan tugasnya yang menumpuk. Ia duduk di kursi taman dengan beberapa buku yang terbuka dan laptop di pangkuannya.

Kedua netra Radhi asyik memperhatikan sekitar. Mulai dari pengunjung rumah sakit yang berlalu lalang di koridor hingga para staf rumah sakit. Diliriknya Keigen sejenak. Kakaknya itu masih fokus pada tugasnya.

"Kak, mau ke sana," ucap Radhi. Ia mencolek lengan Keigen perlahan, dengan sebelah tangan menunjuk ke arah taman bermain anak-anak. "Mau main ayunan."

Keigen berhenti mengetik. Ia menghela napas panjang, sebelum akhirnya membalas, "kalau ke sana sendiri, gimana? Aku lagi ngerjain tugas, Dek. Deadline-nya sebentar lagi."

Radhi mengerucutkan bibirnya sejenak. Ia bersedekap dengan kepala yang dianggukkan perlahan. "Oke, oke. Aku paham. Aku ke sana sendiri aja," cetusnya. Diedarkan pandangannya ke sekitar, sebelm akhirnya ia melajukan kursi rodanya ke arah taman bermain anak-anak.

Jaraknya memang tidak jauh, tapi cukup membut Radhi harus menarik napas lebih dalam lagi. Bahkan, beberapa kali ia harus berhenti. Tangannya saling menggosok sesaat, sebelum akhirnya Radhi kembali melaju. Setidaknya, udara siang hari ini tidak terlalu panas.

Hingga kedua manik biru itu menangkap sosok cowok berbaju putih-putih sedang berjalan di koridor. Senyum Radhi tampak merekah. "Kak! Kak Dafi!" teriaknya, memanggil cowok itu.

Cowok yang dipanggil Dafi itu berhenti berjalan. Ia menurunkan ponsel dari pandangannya, sebelum akhirnya menoleh. Begitu mendapati sosok Radhi tidak jauh darinya, Dafi lantas ikut tersenyum. Kedua tungkai yang seharusnya berjalan menuju ruangan tempatnya dinas, malah berbelok.

"Radhika! Kamu lagi apa di sini? Check up?" tanya Dafi. Suaranya meski terdengar agak serak, namun tetap riang, seperti biasa saat ia bertemu dengan Radhi---yang sebenarnya berstatus sebagai tetangganya.

Radhi mengusap kepala bagian belakangnya. Ia nyengir lebar. "Biasa, Kak, minta perhatian lagi badan ini," jawabnya, "Kakak lagi dinas, ya, sekarang? Woah, keren. Kakak keliatan keren pas pakai baju dinas."

"Wah, iya dong pasti." Dafi nyengir dan berjongkok di hadapan Radhi untuk menyesuaikan mata keduanya. "Bandel lagi, ya, kamu," omelnya. Meski bercanda, namun tetap terdengar nada keseriusan di kalimatnya.

Bagi Radhi, Dafi adalah kakaknya selain Keigen. Memiliki kekurangan yang sama di tubuhnya dan rumah yang bersebelahan, serta Neko yang kadang menganggapnya sebagai majikan, membuat keduanya lumayan dekat. Meski saat ini, Dafi disibukkan oleh berbagai tugas kampusnya.

The Dream CatcherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang